Dilarang memplagiat karya!
"Pernikahan kontrak yang akan kita jalani mencakup batasan dan durasi. Nggak ada cinta, nggak ada tuntutan di luar kontrak yang nanti kita sepakati. Lo setuju, Aluna?"
"Ya. Aku setuju, Kak Ryu."
"Bersiaplah menjadi Nyonya Mahesa. Besok pagi, Lo siapin semua dokumen. Satu minggu lagi kita menikah."
Aluna merasa teramat hancur ketika mendapati pria yang dicinta berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Tak hanya meninggalkan luka, pengkhianatan itu juga menjatuhkan harga diri Aluna di mata keluarga besarnya.
Tepat di puncak keterpurukannya, tawaran gila datang dari sosok yang disegani di kampus, Ryuga Mahesa--Sang Presiden Mahasiswa.
Ryuga menawarkan pernikahan mendadak--perjanjian kontrak dengan tujuan yang tidak diketahui pasti oleh Aluna.
Aluna yang terdesak untuk menyelamatkan harga diri serta kehormatan keluarganya, terpaksa menerima tawaran itu dan bersedia memainkan sandiwara cinta bersama Ryuga dengan menyandang gelar Istri Presiden Mahasiswa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27 Ronde
Happy reading
Hampir saja terlupa lagi. Pagi ini ada janji yang harus ditepati. Menjenguk Alisa--mama mertua Ayu.
Seusai sarapan, Ryuga berangkat ke Rumah Sakit Adiwangsa. Tentu saja ditemani oleh Aluna.
Selama berada di perjalanan, tidak banyak obrolan yang mengiringi. Tergantikan oleh lantunan lagu pop-rock yang diputar oleh Ryuga.
"Nanti sehabis nengokin Tante Alisa, kita langsung pulang ke rumah. Mama nyuruh kita nyobain baju, buat acara nanti malem," ucap Ryuga. Menoleh sekilas ke arah wanita yang duduk di samping kemudi, lalu kembali fokus melihat jalanan di depan.
"Iya, Kak," balas Aluna--singkat, tanpa mengalihkan pandangan mata dari pemandangan yang tersuguh di luar jendela.
Tidak ada lagi obrolan. Keduanya larut ke dalam pikiran masing-masing.
Wajah Aluna menyendu kala teringat gaun pengantin berwarna hijau sage yang pernah dicobanya. Tentu saat fitting baju bersama Baskara.
Ia tidak pernah mengira jika hubungannya dengan Baskara akan kandas disaat tanggal pernikahan mereka tinggal menghitung hari.
Sampai detik ini, Aluna belum bisa melupakan pengkhianatan yang dilakukan oleh Baskara dan Tifany, apalagi memaafkan mereka berdua.
Aluna memang memiliki hati yang lembut. Tapi, ia bukan makhluk yang teramat mulia seperti Baginda Nabi. Aluna hanya insan biasa, yang terkadang tidak mudah memberi maaf. Terlebih pada orang yang telah menjadikan hidupnya serasa jungkir balik dan hampir mendorongnya ke neraka melalui jalur ekspres--bunuh diri.
Mobil sporty yang dikendarai oleh Ryuga berhenti tepat di sebelah kanan mobil Alphard berwarna putih milik Arjuna yang berdiri kokoh di area parkir Rumah Sakit Adiwangsa.
Ryuga meyakini, Arjuna dan Ayu berada di rumah sakit itu.
Seperti biasa, Ryuga menunjukkan perhatian kecil. Membantu membuka seatbelt yang dikenakan oleh Aluna, sebelum mereka keluar dari dalam mobil.
"Kak, sudah tau belum kamar Tante Alisa ada di mana?" Aluna bertanya sambil mengayun kaki--mensejajarkan langkahnya dengan ayunan kaki Ryuga.
"Udah. Tadi sebelum berangkat, gue udah tanya Bu Ayu. Katanya di Ruang Magnolia, kamar VVIP."
Aluna mengangguk, lalu fokus melihat jalanan di depan--lorong rumah sakit yang cukup panjang.
Setibanya di Ruang Magnolia, Ryuga dan Aluna disambut hangat oleh Arjuna beserta keluarganya yang kebetulan tengah berkumpul di ruangan itu. Mereka ... Ayu, Adam, dan Kinanti--kakak tiri Arjuna sekaligus kakak ipar Ryuga.
"Gimana keadaannya, Te?" Ryuga bertanya dan menyalami Alisa. Wanita paruh baya itu duduk bersandar pada headboard. Wajahnya masih terlihat sedikit pucat. Namun bibirnya sudah terhias senyuman.
"Alhamdulillah, sudah mendingan. Kemarin sore, papa dan mama-mu datang menjenguk. Mereka mengingatkan Tante, kalau nanti malam ... keluarga Mahesa punya gawe. Menggelar pesta resepsi pernikahan kalian--kamu dan Aluna, di Hotel Mahesa. Insya Allah, Tante usahakan datang --"
"Mama kan belum sembuh dan masih harus beristirahat. Jadi, jangan memaksakan diri untuk datang," Arjuna menginterupsi. Nada suaranya rendah dan khas.
"Bang Juna bener, Te. Fokus dulu buat sembuh dan pulih. Jangan maksain diri buat datang." Ryuga menyahut.
"Tante sudah sembuh. Nanti siang, Tante akan meminta Dira untuk memperbolehkan Tante pulang."
"Ma, Mbak Dira kan bukan dokter yang menangani Mama --"
"Tapi, Dira kan sudah diangkat menjadi kepala di rumah sakit ini. Jadi, dia pasti bisa memperbolehkan Mama pulang."
Alisa being Alisa.
Sifat keras kepalanya belum berubah, meski usia semakin bertambah.
"Ma, please --"
"Be quiet! I know my own condition," ujar Alisa--bernada sedikit tinggi dan menolak untuk dibantah.
Arjuna menghela napas. Bibirnya bungkam--demi mengindahkan keinginan mamanya.
Sementara Ayu ... berusaha menahan tawa yang serasa ingin meledak. Begitu juga Adam--sang papa mertua, suami Alisa.
Mereka sangat hafal dengan sifat sekaligus karakter Alisa, sehingga memilih untuk tidak berkomentar. 'No comment'.
Satu jam berlalu. Obrolan ringan mengalir tanpa jeda. Sesekali diiringi candaan dan tawa yang mengudara.
Meski masih betah berbincang, Ryuga dan Aluna terpaksa menyudahi obrolan. Mereka berpamitan, sebelum meninggalkan ruangan mewah yang dihuni oleh Nyonya Besar Amerta--Alisa Mayangsari.
.
.
Hari ini, suasana di kediaman keluarga Mahesa teramat berbeda dengan hari biasanya. Ramai dan hangat. Jauh dari kata 'senyap'.
Keluarga Mahesa berkumpul untuk mencoba baju yang dikenakan nanti malam. Tentunya, baju yang sudah disiapkan oleh Rosa. Rancangan desainer ternama 'Velove Yonina'--ibunda Nicholas Andrean. Pemuda berwajah blasteran Indo--Jerman, yang sering dipanggil dengan nama 'Nichol'.
Masih ingat Nichol?
Yups, Sang Wakil Jendral BEM Universitas Angkasa Dirgantara yang diundang di acara DIMA--Dialog Mahasiswa semalam.
Ryuga sangat mengenal Nichol, begitu juga sebaliknya. Mereka berteman sejak SMA dan pernah memiliki keterikatan. Ryuga--mantan Ketua Geng Brawijaya, sementara Nichol--mantan anggota geng tersebut.
Selepas SMA, keduanya memilih jalan yang sama. Mengabdikan diri, menjadi bagian dari BEM--Badan Eksekutif Mahasiswa. Organisasi intra--kampus tingkat tinggi yang berfungsi sebagai lembaga eksekutif, wadah aspirasi, agent of change, penggerak kegiatan mahasiswa, serta jembatan antara mahasiswa dengan pihak rektorat atau dekanat.
Rosa berdecak kagum saat menyaksikan sang menantu mengenakan gaun pengantin ala Cinderella berwarna biru muda yang dipadukan dengan jilbab dan veil pengantin berwarna senada.
Nilai kecantikan seorang Aluna Kirana bertambah puluhan kali lipat. Itu yang terbesit di dalam benak Rosa dan putra bungsunya--Ryuga Mahesa.
"Masya Allah, cantik banget menantu Mama. Beruntung sekali Ryuga menikahi mu, Sayang," ucap sekaligus pujian yang mengalir tulus dari bibir Rosa.
Aluna tersenyum dan sedikit menunduk--sembunyikan rona malu.
Hatinya menghangat ketika mendengar kalimat pujian itu.
Dulu, selama menjalin hubungan dengan Baskara, Aluna belum pernah mendengar kata pujian dari ibunda Baskara. Dan setelah hubungan mereka kandas, kata cacian yang diterimanya.
"Sependapat, Ma. Ryuga sangat beruntung menikahi Aluna. Selain lembut, paras Aluna juga cantik seperti bidadari." Kinanti menyahut, mengamini ucapan Rosa--sang mama mertua.
Sementara yang dipuji hanya bisa mengulas senyum dan setia menunduk.
"Luna, terimakasih sudah hadir di kehidupan Ryuga. Terimakasih sudah mau menjadi pendamping hidup putra Mama yang paling galak," tutur Rosa diselipi canda, sembari melirik Ryuga--putra bungsunya.
"Galak gimana, Ma? Jangan ngasih info yang nggak valid," ujar Ryuga--melayangkan protes.
"Infonya valid. Sangat valid. Karena Mama peroleh dari anak-anak BEM inti dan Zizi. Selain galak, kamu juga suka main perintah. Itu kata mereka."
Ryuga berdecak kesal. Ingin kembali melayangkan protes, tapi kenyataannya memang demikian.
"Mama cuma ingin berpesan, bersikaplah manis pada menantu Mama dan jangan terlalu galak, apalagi sampai membuat Aluna menangis. Beri perhatian dan jangan membuatnya kewalahan --" Rosa menggantung ucapannya dan mengedipkan mata--menggoda.
"Maksud Mama?" Ryuga mengernyitkan dahi dan melayangkan tatapan penuh tanya.
"Ehem, nanti malam ... jangan melakukannya beronde-ronde. Kasihan Aluna. You understand, right?"
Ryuga berdehem dan enggan menimpali perkataan mamanya yang mengarah ke hal 'in-tim'.
Ia memilih untuk menghindar. Beranjak dari posisi duduk, lalu keluar dari ruang keluarga--bergabung dengan Adam dan Romi yang tengah berbincang di ruang utama.
Lantas, bagaimana dengan Aluna?
Sama seperti Ryuga. Aluna juga menghindar dan beralasan ... ingin melepas gaun yang dicobanya di dalam kamar.
Jelas, Aluna teramat malu ketika mama mertuanya membahas tentang 'ronde'. Bahkan, pipinya serasa panas.
Tak terbayang apa yang akan terjadi nanti malam ....
🍁🍁🍁
Bersambung
jangan lupa nanti kalau dh di rumah pura2 marah terus minta cepok ya🤣
kreatif. Tapi nilai kreatifnya akan bermakna jika digunakan ke arah hal yg lbh positif. ngritik boleh. Tapi lbh baik jika energinya dibuat utk ikut membangun aja kan... membangun bukan yg berarti harus ini dan itu, terjun di politik atau apalah..berpikiran kayak anak muda di kisah ini, itu udah bagian dari membangun. membangun mental bangsa yang udah terlalu banyak dicekoki parodi---yang sementara dianggap lucu, tapi justru tanpa sadar menanamkan nilai tidak mrncintai negeri ini....
ah..kok ngomongnya jadi kemana2 ya..