PLEASE FOLLOW DEAMERIAWAN UNTUK MENDAPATKAN NOTIFIKASI UPDATE NOVEL TERBARU
Sudah lebih dari 8 tahun Alika menunggu kesempatan untuk membalas kematian kedua orangtuanya yang dibunuh secara keji oleh Klan mafia Camorra dari Sisilia. Saat itu Alika masih berusia 12 tahun dan baru saja beberapa jam sebelumnya ia berulang tahun dan membuka hadiah dari kedua orangtuanya. Tiba-tiba rumah yang mereka tempati didatangi tamu yang tak diundang. Ayahnya ditembak di tempat dan ibunya pun tak luput dari tembakan. Sedangkan Alika saat itu pingsan setelah tertembak dibagian perut. Untung ia bisa diselamatkan oleh tetangganya seorang mantan agent CIA yaitu Mr. Hamilton yang tanpa sengaja melihat gerombolan Camorra mendatangi rumahnya. Dan Mr. Hamilton pun mengadopsi Alika karena ia dan istrinya tidak memiliki anak.
Sungguh tragis ... diusianya yang masih muda Alika harus menjadi yatim piatu. Dan ia sendiri hampir meregang nyawa. Sejak saat itu Alika dilatih oleh ayah angkatnya men
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deameriawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BALAS DENDAM
Mereka mempelajari peta markas Camorra, mengidentifikasi titik-titik lemah, dan menentukan strategi penyerangan.
Beberapa hari kemudian, mereka berangkat ke Napoli. Mereka menyusup ke kota secara diam-diam dan bertemu dengan kontak-kontak mereka di dunia bawah. Pada malam yang telah ditentukan, mereka menyerbu markas Camorra dengan kekuatan penuh. Alika menggunakan kemampuan komputernya untuk melumpuhkan sistem keamanan, sementara Ethan dan timnya menyerbu masuk dengan senjata terhunus. Marco memimpin mereka melalui jalan-jalan rahasia, menghindari jebakan dan patroli. Mereka berhasil mencapai ruang utama, tempat para pemimpin Camorra berkumpul.
Pertempuran sengit terjadi. Alika, Ethan, dan tim mereka bertempur dengan gagah berani melawan para anggota Camorra yang bersenjata lengkap. Marco, dengan pengetahuan mendalam tentang markas tersebut, memberikan bantuan yang tak ternilai. Alika, meskipun bukan petarung terlatih, menunjukkan keberanian yang luar biasa. Ia menggunakan pistolnya dengan akurat, melumpuhkan beberapa musuh yang mencoba mendekat. Ia juga menggunakan keahliannya dalam teknologi untuk mengacaukan sistem komunikasi Camorra, membuat mereka kesulitan berkoordinasi. Ethan, dengan pengalaman tempurnya yang luas, memimpin timnya dengan efektif. Ia bergerak cepat dan mematikan, menembak jatuh musuh dengan presisi. Ia melindungi Alika dengan segenap kemampuannya, memastikan ia tetap aman di tengah pertempuran. Marco, yang haus akan balas dendam, bertempur dengan semangat membara. Ia menggunakan pisau yang disembunyikannya untuk melumpuhkan musuh dari belakang. Ia menunjukkan bahwa ia benar-benar bertekad untuk menghancurkan Camorra.
Setelah pertempuran yang panjang dan berdarah, Alika, Ethan, dan tim mereka berhasil mengalahkan para anggota Camorra. Para pemimpin Camorra ditangkap dan dibawa ke pengadilan. Namun, pertempuran belum sepenuhnya selesai. Bos besar Camorra, Don Alessandro, berhasil melarikan diri. Ia bersembunyi di suatu tempat yang tidak diketahui, merencanakan balas dendam.
Alika, Ethan, dan Marco tahu bahwa mereka tidak bisa beristirahat sampai Don Alessandro ditangkap. Mereka memulai perburuan yang intensif, mengikuti jejaknya ke seluruh Italia. Mereka menghadapi berbagai rintangan dan bahaya di sepanjang jalan. Mereka disergap oleh para anggota Camorra yang setia, diserang oleh pembunuh bayaran, dan dikejar oleh polisi korup yang bekerja untuk Don Alessandro.
Namun, mereka tidak menyerah. Mereka terus berjuang, didorong oleh tekad untuk membawa Don Alessandro ke pengadilan dan mengakhiri kekuasaan Camorra selamanya. Akhirnya, mereka berhasil menemukan Don Alessandro di sebuah vila terpencil di Sisilia. Mereka menyerbu vila tersebut dan menangkap Don Alessandro. Setelah pertempuran singkat namun sengit, Don Alessandro berhasil ditangkap. Ia digiring ke mobil polisi, wajahnya merah padam karena marah dan frustrasi. Alika menatapnya dengan tatapan dingin, tanpa sedikit pun rasa iba. "Kau akan membayar atas semua kejahatanmu, Don Alessandro" kata Alika dengan suara tegas. "Kau akan membayar atas kematian orang tuaku". Don Alessandro menyeringai sinis. "Orang tuamu ? Mereka hanyalah duri kecil di jalan kami. Mereka terlalu ikut campur dalam urusan yang bukan urusan mereka". Alika mengepalkan tinjunya. "Mereka adalah orang-orang yang jujur dan berani. Mereka mencoba untuk menegakkan keadilan. Kau membunuh mereka karena kau takut pada mereka". "Takut ?" Don Alessandro tertawa mengejek. "Aku tidak takut pada siapa pun. Orang tuamu tahu terlalu banyak tentang operasi kami. Mereka tahu tentang perdagangan narkoba, pemerasan, dan pembunuhan. Kami tidak punya pilihan selain membungkam mereka".
Marco, yang berdiri di samping Alika, menyela. "Orang tuamu adalah orang-orang baik. Mereka mencoba melindungi orang-orang tak bersalah dari kekejaman Camorra. Mereka adalah pahlawan sejati". Don Alessandro meludah ke tanah. "Pahlawan ? Mereka hanyalah orang bodoh yang mati sia-sia. Camorra akan terus berkuasa, meskipun mereka sudah mati". Alika menatap Don Alessandro dengan tatapan penuh kebencian. "Kau salah. Camorra akan hancur. Aku akan memastikan itu terjadi. Aku akan menggunakan semua kekuatanku untuk menghancurkan organisasimu dan membawa semua anggotamu ke pengadilan".
Don Alessandro terdiam. Ia bisa melihat tekad yang membara di mata Alika. Ia tahu bahwa ia sedang menghadapi musuh yang sangat berbahaya. "Kau tidak akan berhasil" kata Don Alessandro akhirnya. "Camorra terlalu kuat. Kami memiliki koneksi di mana-mana. Kami akan selalu menemukan cara untuk lolos". "Kita lihat saja nanti" jawab Alika dengan senyum sinis.
Don Alessandro dibawa pergi oleh polisi. Alika, Ethan, dan Marco berdiri di sana, menyaksikan mobil polisi itu menghilang di kejauhan. Alika, Ethan, dan Marco kembali ke Zurich. Meskipun Don Alessandro telah ditangkap, mereka tahu bahwa Camorra masih merupakan ancaman. Organisasi itu memiliki banyak anggota dan aset yang tersebar di seluruh dunia.
Alika bertekad untuk menghancurkan Camorra dari dalam. Ia menggunakan kemampuannya sebagai agen CIA dan keahliannya dalam teknologi untuk menargetkan sistem keuangan, komunikasi, dan logistik Camorra. Ia meretas rekening bank mereka, membekukan aset mereka, dan mengungkap transaksi ilegal mereka. Ia mengganggu jaringan komunikasi mereka, menyebarkan disinformasi, dan memicu konflik internal. Ia melacak pengiriman senjata dan narkoba mereka, menyita barang-barang selundupan, dan menangkap para penyelundup. Sedikit demi sedikit, Alika berhasil melumpuhkan operasi Camorra. Namun, Don Alessandro, yang masih memiliki pengaruh dari balik jeruji besi, tidak tinggal diam. Ia menyadari bahwa Alika adalah ancaman terbesar bagi organisasinya.
Don Alessandro menyewa seorang hacker legendaris bernama Zero untuk menghentikan Alika. Zero adalah seorang ahli keamanan siber yang sangat terampil dan misterius. Ia dikenal karena kemampuannya untuk meretas sistem apa pun dan melacak siapa pun. Zero memiliki dendam kepada Alika sehingga zero menerima tawaran dari Camorra. Zero mulai membangun sistem pertahanan yang canggih untuk melindungi aset Camorra dan melacak keberadaan Alika. Ia menggunakan firewall yang kuat, enkripsi yang kompleks, dan sistem deteksi intrusi yang canggih.
Alika menyadari bahwa ia sedang menghadapi musuh yang sepadan. Ia membutuhkan bantuan untuk mengatasi pertahanan Zero. Ia menghubungi Jodie, kakak angkat nya di keluarga Hamilton, mantan mentornya di CIA. Jodie dulu adalah seorang hacker muda yang berbakat, tetapi ia memilih untuk meninggalkan CIA dan menjadi hacker independen. Alika tahu bahwa Jodie memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk melawan Zero. Ia meyakinkan Jodie untuk membantunya menghancurkan Camorra.
Jodie, yang sekarang bekerja secara profesional membantu berbagai organisasi melawan kejahatan siber, setuju untuk membantu Alika. Alika dan Jodie mulai bekerja sama untuk menembus pertahanan Zero. Mereka menggunakan teknik peretasan yang canggih, seperti rekayasa sosial, eksploitasi kerentanan, dan serangan brute force. Mereka bekerja siang dan malam, saling berbagi informasi dan strategi. Sedikit demi sedikit, mereka berhasil menemukan celah dalam sistem pertahanan Zero. Mereka menonaktifkan firewall, memecahkan enkripsi, dan melewati sistem deteksi intrusi. Mereka berhasil mendapatkan akses ke data-data penting Camorra, seperti daftar anggota, lokasi aset, dan rencana operasi.
Namun, Zero tidak tinggal diam. Ia menyadari bahwa Alika dan Jodie sedang menyerang sistemnya. Ia meningkatkan pertahanannya dan melancarkan serangan balik. Zero mencoba melacak keberadaan Alika dan Jodie. Ia menggunakan teknik pelacakan yang canggih, seperti analisis lalu lintas jaringan, pengintaian OSINT, dan pengumpulan metadata. Alika dan Jodie menyadari bahwa mereka sedang dalam bahaya. Mereka harus berhati-hati agar tidak ketahuan. Mereka menggunakan VPN, proxy, dan Tor untuk menyembunyikan alamat IP mereka. Mereka juga menggunakan identitas palsu dan lokasi palsu untuk mengelabui Zero.
***