𝘒𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳
"𝘙𝘰𝘴𝘦"
"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢? "
"𝘗𝘢𝘱𝘢, 𝘮𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘮𝘢𝘢𝘧𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘱𝘢"
"𝘔𝘢𝘢𝘧? 𝘜𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘭𝘶𝘬𝘢? "
"𝘔𝘢𝘢𝘧𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘱𝘢! "
"𝘕𝘨𝘨𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯! "
“ 𝘈𝘮𝘣𝘪𝘴𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘪𝘬 ”
"40 𝘬𝘨? 𝘞𝘩𝘢𝘵? 𝘎𝘦𝘯𝘥𝘶𝘵. 𝘖𝘭𝘢𝘩𝘳𝘢𝘨𝘢 𝘥𝘪𝘦𝘵. 𝘋𝘢𝘯 𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯! "
"𝘔𝘢... "
"𝘗𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶, 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶.. 𝘈𝘵𝘦𝘯𝘴𝘪 𝘱𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪. 𝘒𝘦 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬"
"𝘔𝘢.. 𝘙𝘰𝘴𝘦 𝘤𝘢 𝘱𝘦𝘬"
" 𝘕𝘨𝘨𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘤𝘢𝘱𝘦𝘬-𝘤𝘢𝘱𝘦𝘬𝘢𝘯! "
"𝘔𝘢.... 𝘚𝘢𝘬𝘪𝘵𝘵! "
_ 𝘒𝘦𝘣𝘰𝘯𝘨𝘬𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘳𝘢𝘩𝘢𝘴𝘪𝘢 _
"𝘈𝘱𝘢 𝘫𝘢𝘥𝘪? 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘯𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘢𝘬 𝘫𝘢𝘺𝘢? "
"𝘉𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘶𝘭𝘶! "
"𝘑𝘦𝘭𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯! "
"𝘠𝘢, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢.. 𝘜𝘥𝘢𝘩 𝘭𝘦𝘸𝘢𝘢𝘵! "
"𝘗𝘦𝘯𝘪𝘱𝘶!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bidadari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 27 “Rose ini papa ”
"Silakan pak masuk" Alam. Membuka pintu belakang mobil Jaya pun langsung masuk ke dalam mobil tersebut, setelahnya alam. Segera berlari memutari mobil lalu duduk di balik kemudi jaya menatap fokus ke depan seperti kehilangan energi, alam mulai melakukan mengeluarkan mobil dari halaman rumah mewah tersebut. "Entahlah rose, kamu dimana? " Tanya jaya membuat alam menoleh sejenak lalu kembali ke kemudi.
"Pak, pertemuan kali ini dengan keluarga Altha akan membicarakan tentang pembatalan perjodohan keluarga Elbert dan keluarga altha bukan begitu pak? " Tanya alam. Yang memang sudah menjadi seseorang yang bisa diandalkan dalam urusan seperti ini, ia sudah tahu banyak tentang keluarga Elbert. "Sepertinya begitu apakah alex akan datang juga? " Alam mengangkat bahunya "bisa ya bisa juga tidak. " Sahut alam membuat jaya tersenyum kecut. "Harusnya dia datang, karena ini tentang hubungan adiknya... Tapi kamu tahu sendiri alam dia seperti apa? " Alam mengangguk kan kepalanya. Ia sangat tahu sekali bagaimana sifat alex,
"Mungkin kita batalkan saja, perjodohan antara keluarga altha dan keluarga Elbert! " Gumam jaya "tapi pak kalau, misalnya.... Rose kembali bagaimana? " Tanya alam jaya menggeleng kan kepala "sudah hampir dua tahun kita cari dia tapi?.. Apakah ada? "
"Ya pak" Jaya menghembuskan napasnya penuh keputus asaan.
Di sebuah ruangan VIP, di restoran yang sangat mewah sudah ada zenny, irsyad, radit, arista dan Tirtayasa entah lah kenapa zenny bergetar sekali tangannya. Sungguh bergetar menahan gejolak hatinya, "sayang, kamu. Mau pesan apa? " Tanya Arista namun zenny tidak mengindahkan perkataan Arista ia malah terdiam "mungkin kamu mau jus stoberi ya?.. Terus kamu mau. Makan apa sayang? " Arista membulak balik buku menu, "papa mau sup ayam " Timpal radit Zenny terdiam ia. Sangat tahu sekali restoran ini... Dulu semasa umur lima tahun ia selalu ke restoran tersebut,
Masa lalu itu terngiang-ngiang di benaknya, ia meremas dress berwarna biru muda yang ia pakai. Ia mencoba menetralisir kan perasaannya kedua matanya memanas ketika bayang-bayang dirinya kecil teringat kembali,
"𝘙𝘰𝘴𝘦, 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳... 𝘒𝘢𝘬𝘦𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘳𝘦𝘴𝘵𝘰𝘳𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘦 𝘬𝘢𝘮𝘶"
"𝘒𝘦𝘬 𝘳𝘰𝘴𝘦 𝘮𝘢𝘶! "
"𝘊𝘶𝘤𝘶 𝘬𝘢𝘬𝘦𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴𝘭𝘢𝘩, 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘯𝘺𝘶𝘮 𝘬𝘢𝘬𝘦𝘬 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢! "
"𝘒𝘦𝘬.. 𝘙𝘰𝘴𝘦 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘬𝘦𝘬"
Irsyad menoleh ke zenny yang, memasang wajah datar lalu tersenyum ke arahnya "kamu mau makan apa sayang? " Tanya Irsyad zenny tersenyum tipis "kamu mau sup ayam? Atau soup mushroom? " Tanya irsyad lagi zenny hanya menganggukkan kepalanya. "Yaudah soup mushroom aja! " Sahut irsyad lalu zenny menganggukkan kepalanya irsyad berkerut dahi baru kali ini ia melihat zenny terdiam, sangat cantik membuatnya ingin melumutkan. Bibir gadis tersebut,
Krekk!
Pintu Ruangan VIP tersebut, terbuka lebar menampakkan seorang lelaki berjas rapih dengan seorang bodyguard yang berada di samping nya. "Selamat malam. Pak Tirtayasa! Pak radit! Bu Arista" Sapa jaya membuat zenny mengangkat pandangannya. Deg! Kedua bola mata jaya dan zenny terkunci satu sama lain.
Ketika kedua mata tersebut bertatap, membuat detak jantungnya tidak karuan, sangat berdetak. Bayangan kelam dulu bergejolak di dadanya, seperti ada api yang membakar. Ia mencoba untuk mengontrol diri, tapi emosi yang terpendam selama ini mulai meledak.
Tatapan mata itu seperti membuka luka lama, membuat ia merasa kembali ke masa lalu. Kenangan yang ingin dilupakannya, kini kembali menghantui dirinya. Ia merasa seperti akan meledak, seperti ada tekanan yang tak tertahankan.
Detak jantungnya semakin cepat, seperti ada drum yang berdentum-dentum di dadanya. Ia tidak bisa mengontrol diri, tidak bisa menahan emosi yang meledak. Hanya ada satu kata yang terucap di hatinya, "Tidak, jangan lagi."
"R.... ose! Ini papa" Suaranya nyaris tidak terdengar air mata mengalir deras dari kedua pelupuk. Matanya
"Nona muda! " Cetus alam. Membuat zenny terdiam tangannya bergetar tidak karuan,
Wajahnya pias, seperti ada sentuhan es yang membekukan darahnya. Ia merasa seperti diserang oleh tatapan mata yang tajam, seperti ada kekuatan gaib yang menusuk-nusuk dirinya. Warna wajahnya memucat, seperti ada kehidupan yang disedot keluar dari dirinya.
Tatapan mata itu seperti membongkar rahasia, seperti sedang membaca pikiran yang paling dalam. Ia merasa seperti tak bisa menyembunyikan apa pun, seperti ada kebenaran yang terungkap. Wajahnya pias, seperti ada beban yang berat yang menekan dirinya.
Ia mencoba untuk mengalihkan pandangan, tapi tatapan mata itu seperti memagut dirinya, membuatnya tak bisa bergerak. Hanya ada keheningan yang mencekam, seperti ada kekuatan gaib yang membungkus dirinya.
"Rose, maafkan papa! " Suara jaya penuh kesedihan dan haru bercampur,
Semua yang ada di ruangan tersebut. Terdiam melihat pemandangan yang tersaji di hadapan mereka irsyad melirik ke zenny yang matanya sudah mengalir deras air mata, "dek kamu kenal pak jaya? " Tanya irsyad dengan ragu zenny menggeleng cepat "ngga.. Ngga kenal"
"Rose! Ini papa kamu!,. Maafkan papa! " Suaranya penuh penyesalan
"Maaf Pak tapi, saya ngga kenal bapak siapa.. Mungkin salah orang! " Tegas zenny suaranya sedikit bergetar menahan gejolak hatinya.
"Nona.muda di papa. Mu! " Bentak alam
"Bukan dia bukan papa aku! " Tegas zenny suaranya meninggi. Kedua maniknya menahan emosi yang siap meledak kapan pun, jaya mendekati zenny yang menatapnya penuh kebencian rasa kebencian itu. Melekat di dalam dadanya.
Jadi? Gimana? Lanjut kah?