NovelToon NovelToon
Dunia Dzaka

Dunia Dzaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Keluarga / Trauma masa lalu
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Bulan_Eonnie

Aaron Dzaka Emir—si tampan yang hidup dalam dekapan luka, tumbuh tanpa kasih sayang orang tua dan berjuang sendirian menghadapi kerasnya dunia.

Sebuah fakta menyakitkan yang Dzaka terima memberi luka terbesar sepanjang hidupnya. Hidup menjadi lebih berat untuk ia jalani. Bertahan hidup sebagai objek bagi 'orang itu' dan berusaha lebih keras dari siapapun, menjadi risiko dari jalan hidup yang Dzaka pilih.

Tak cukup sampai di situ, Dzaka harus kehilangan salah satu penopangnya dengan tragis. Juga sebuah tanggung jawab besar yang diamanatkan padanya.

Lantas bagaimana hidup Dzaka yang egois dan penuh luka itu berlanjut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulan_Eonnie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DD 04 Manusia?

Dzaka menghentikan motornya di depan pagar hitam yang menjulang tinggi. Nggak lama, seorang petugas keluar dari pintu yang terletak di samping pagar. Setelah memastikan keberadaan Dzaka, petugas itu menyampaikan laporan ke tuannya lewat alat komunikasi.

Pagar itu perlahan terbuka dan Dzaka menghidukan motornya kembali untuk memasuki pelataran bangunan bak istana itu. Setelah memarkirkan motornya, Dzaka melangkah masuk disambut seorang petugas yang mengantarkannya ke ruang yang dituju.

“Wah, udah lama gak ketemu ya? Ada apa gerangan sepupu tercintaku sampai di rumah ini?” Sadar dengan ucapannya sendiri, sosok itu melanjutkan pertanyaannya, "Ada masalah apa?" tanya cowok itu dengan nada khawatir.

Dzaka mengalihkan pandangan ke arah lain dengan malas. Entah kenapa Dzaka nggak suka ditatap khawatir kayak gitu. Apalagi asalnya dari manusia satu ini. Dzaka memilih melanjutkan langkahnya tanpa membalas ucapan sosok itu.

Sampai di depan pintu ruang yang dituju, petugas itu masuk duluan dan keluar lagi memanggil Dzaka. “Tuan Muda! sudah ditunggu oleh Tuan di dalam,” ujarnya sambil membuka pintu buat Dzaka.

Dzaka mengangguk pelan dan melangkah masuk ke dalam ruang besar itu. Baru masuk aja Dzaka udah ngerasain aura mencekam dari ruangan ini. Bukan karena suasana horor atau sebagainya, tapi aura kewibawaan sosok yang sekarang berdiri membelakanginya.

“Kamu tahu alasan saya memanggil kamu ke sini?” tanya sosok itu sambil membalikkan badannya menghadap Dzaka.

Dzaka hanya mengangguk pelan dengan pandangan tertunduk. Dia nggak berani menatap sosok itu mengingat apa yang dia lakukan semalam. Harusnya Dzaka nggak bersikap gegabah seperti itu—melanggar batasannya.

“Lantas apa alasan kamu sampai tidak ikut serta dalam olimpiade matematika kemarin?” Pertanyaan itu sukses bikin Dzaka mengangkat kepalanya menatap sosok itu heran. Hah? Olimpiade matematika? Seingat Dzaka nggak ada olimpiade matematika akhir-akhir ini.

“Tidak ada olimpiade matematika beberapa waktu belakang,” jawabnya sedikit terbata, karena gugup.

Jawaban Dzaka bikin rahang sosok itu mengeras. “Bagaimana mungkin kamu tidak tahu?! Apakah kamu tidak mengikuti pelatihan olimpiade matematika lagi?!”

“Dua minggu belakangan memang tidak ada pelatihan olimpiade matematika.”

Dzaka juga sempat mikir soal ini, sih. Tumben nggak ada pelatihan olimpiade akhir-akhir ini. Biasanya Dzaka bakal disibukkan sama pelatihan olimpiade pulang sekolah.

“Lantas apa kamu tidak menaruh curiga? Kenapa kamu terima begitu saja, hah?!”

Nyali Dzaka menciut mendengar nada suara sosok itu meninggi. Ya, seharusnya Dzaka menaruh curiga sama keadaan yang nggak biasa ini. Tapi, Dzaka memilih abai dan malah ngerasa sedikit lega, karena bebannya berkurang.

Sosok itu keliatan menghubungi seseorang. Bahkan, ngeliat raut wajahnya aja Dzaka tau, ‘orang itu’ benar-benar marah sekarang. Nada suaranya pas ngomong emang datar, tapi penuh penekanan.

“Kamu boleh pergi! Saya yang akan mengurus semua ini. Kamu tinggal menjalankan apa yang sudah saya atur untuk kamu dengan baik. Mengerti?!”

Dzaka mengangguk patah-patah. Setelahnya dia berbalik menuju pintu dan diantar kembali keluar rumah untuk mengambil motornya. Dzaka bergerak meninggalkan pelataran rumah yang luas itu menuju rumahnya.

...----------------...

“Gak usah, Bi. Saya nunggu Dzaka di sini aja. Paling bentar lagi juga pu—”

Suara deru motor Dzaka menghentikan ucapan sosok itu dan menghadirkan senyuman di wajahnya. “Nah bener, kan, Bi? Ikatan batin saya sama Dzaka itu udah erat banget. Haha.” Raffa tertawa renyah.

Dzaka langsung ber-tos dengan Raffa dan berjalan bersisian meninggalkan Bi Edah yang tersenyum melihat kepergian mereka.

Mereka langsung menuju kamar Dzaka di lantai dua. Karpet beludru itu sekarang udah jadi wilayah kekuasaan Raffa. Cowok itu dengan santainya rebahan, nunggu Dzaka ganti pakaian.

“Ka, dari mana?” tanya Raffa setelah Dzaka keluar dari kamar mandi.

“Istana sultan,” balas Dzaka cuek sambil menghubungkan charger ke ponselnya.

Raffa mengangguk singkat. “Kenapa lagi?” lanjutnya penasaran.

“Olimpiade matematika, Fa,” balas Dzaka. Dia ngambil beberapa cemilan dan teh kotak dari kulkas kecil di sudut kamar.

“Lah, kapan? Bukannya kalau mau olimpiade itu lo sibuk seleksi, ya? Tapi, kan, dua minggu ini lo libur latihan.” Raffa menyobek kemasan keripik di depannya dan langsung memakannya tanpa disuruh.

“Udah selesai. Gue yang gak dapat info,” balas Dzaka seadanya bikin Raffa terkekeh pelan.

“Itu guru sok-sokan emang. Gak tau aja kalau berurusan sama cucu sultan satu ini sama aja cari mati. Ck ... ck ... ck.” Raffa berdecak nggak abis pikir sama tindakan gegabah dan sia-sia yang dilakukan guru itu.

Dzaka cuma mengedikkan bahu nggak peduli. Toh, nanti juga semuanya diurus ‘orang itu’ dengan kekuasaannya.

“Main PS di bawah, yuk! Mumpung gue ada waktu,” ajak Dzaka langsung bangkit duluan, meninggalkan Raffa yang masih sibuk ngabisin keripik kentangnya.

...----------------...

“Ka!” Raffa mencoba memulai percakapan yang serius. 

Dzaka berdehem sebagai jawaban. Raffa terdiam sejenak menimbang-nimbang kata-kata yang harus dia pakai supaya nggak bikin Dzaka tersinggung.

“Sampai kapan lo mau kayak gini? Bersikap seolah lo baik-baik aja?” Diam-diam Raffa menghela napas lega. Barusan jantungnya berdetak kencang, kayak lari marathon. Soalnya dia khawatir salah ngomong.

“Gue beneran baik-baik aja, Fa,” balas Dzaka. Tapi, Raffa nggak merasakan emosi apapun dari omongan Dzaka barusan.

“Apa jarak kita masih sejauh itu, Ka? Sampai lo nggak mau ngasih gue dan Tanvir ruang buat tau sisi lemah lo?” tanya Raffa dengan nada getir.

Dzaka terdiam, bahkan membiarkan Raffa menang gitu aja. Matanya menatap kosong layar televisi. Pertanyaan apa lagi ini? Kenapa sih Raffa suka banget ngasih pertanyaan yang nggak bisa dia jawab? Pertanyaan kemarin aja masih belum bisa dia jawab.

“Ka … kenapa lo nolak uluran tangan gue dan Tanvir? Kita cuma pengen lo sebentar aja lepas dari kehidupan lo yang kaku ini,” lanjut Raffa. 

“Kalian gak perlu ngelakuin itu. Ini kehidupan yang harus gue jalani,” balas Dzaka datar. Seharusnya emang gini. Kalau dia sampai melenceng dari jalur, apa Dzaka masih bisa hidup?

“Ka … lo ….” Raffa kehabisan kata-kata buat ngejelasin maksudnya. Tatapan sendunya memperhatikan Dzaka yang masih menatap kosong layar televisi.

“Ka … plis liat gue,” bujuk Raffa. Tapi, Dzaka nggak bergeming. Karena, sebenarnya Dzaka lagi menahan diri. Sesak di dadanya udah sampai di tenggorokan.

Dia tersentak kaget, karena tiba-tiba badannya dibalik dan ditahan sama Raffa. Matanya membelalak dengan jantung yang berdetak kencang.

“Ka. Topeng itu cuma dipakai kalau lagi butuh. Bukan dijadiin kebutuhan. Kalau lo ketergantungan bisa bahaya,” lirih Raffa menatap tepat bola mata Dzaka. 

Tatapan itu menyalurkan perasaan aneh ke hati Dzaka. Kenapa tatapan Raffa se sendu itu? Dzaka cuma terdiam dengan pemikiran dan perasaan anehnya.

“Manusia harus hidup selayaknya manusia, Ka. Menunjukkan sisi diri lo apa adanya. Bukan topeng untuk menyenangkan semua orang. Lemah, sedih, terluka, dan nangis. Itu lumrah banget. Bersandar sama orang lain itu juga wajar. Gak ada yang aneh, Ka.”

Dzaka termenung. Manusia harus hidup selayaknya manusia. Kehidupan kayak gimana? Dzaka nggak tau apa-apa soal kehidupan manusia. Sejauh yang bisa dia ingat, Dzaka udah punya jalur yang harus dia tempuh. Udah disediakan topeng-topeng yang perlu dia pakai untuk berbagai kondisi. 

“Fa ….” panggilnya lirih.

“Ya, Ka?” Raffa langsung menegakkan badan menunggu respon Dzaka. Dalam hati dia berharap banget Dzaka mencerna omongannya dengan baik. Dia dan Tanvir udah berusaha. Tapi, sejauh ini mereka masih belum bisa narik Dzaka.

“Kehidupan manusia itu kayak gimana?” tanya Dzaka sambil natap mata Raffa yang membelalak mendengar pertanyaannya

1
Hatus
Dzaka lagi pusing malah dengar lagu galau ya.. marah dia🤣
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Emang anaknya agak laen, Kak😎
total 1 replies
Hatus
Wow... cucu sultan enggak tuh..🤣
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Hehe iya, Kak. Cucu sultan😌
total 1 replies
Osmond Silalahi
aku mampir disini yo
Osmond Silalahi: sama²
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Boleh banget, Kak. Makasih udah mampir😭
total 2 replies
elica
UPDETTT KAKKK CEPATTTT
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Siap. Ditunggu yaa😉
total 1 replies
elica
sayang banget sama Dzaky😔❤️
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Definisi green forest gak sih?🤧
elica: Dzaka maksudnyaa typooo😭😭
total 2 replies
elica
semangat terus ya kak nulisnyaa, karena kita selalu nungguin updateannya🤩🤩
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Makasih udah selalu mampir, Kak❤️❤️
total 1 replies
elica
akhirnya update🙃🔪
masa rasanya kayak ditinggal ribuan tahun😤😁
sjulerjn29
thor semangat untuk nulis karya yang keren😊
ak mampir ya 😊
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Kak, makasih udah mampir
total 1 replies
elica
lope banget sama kakek ivander🤩❤️❤btw semangat terus ya kak updatenya😁 jangan sampe ga update😤😤 /berbicara sambil menodongkan 🔪
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Setuju. Kakek Ivander yang terbaik😉😉
Duh ngeri/membungkuk dengan hormat
total 1 replies
elica
Di tunggu lanjutannya ya kak😤😤
awas kalo lama😤😤
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Siap, Kak. Ditunggu, ya. Xixi😉😉
total 1 replies
elica
Wihhh keren banget kak🤩🤩
sering-sering update ya kak😁✨
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: wah. Makasih, kak. Udah mampir di sini
total 1 replies
Roxanne MA
dzaka, i want to help you if i can~ kasian pasti nyesek bgt
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: huhu iya, kak. Kasian banget Dzaka/Sob/
total 1 replies
elica
hai kak aku mampirrr✨😁
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Makasih udah mampir kak
total 1 replies
Roxanne MA
nyesek banget🥺
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Iya, Kak. Aku yang nulis aja nyesek/Sob/
total 1 replies
Roxanne MA
setiap bab nya seru banget
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Halo, Kak. Makasih udah mampir. Makasih juga buat bintangnya. Huhu terharu, deh. Lope sekebon buat kakak❤️
total 1 replies
Reaz
yap
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih sudah mampir, Kak
total 1 replies
Alia
widihhh
Alia
seruuu pls, semangattt kak suka sama ceritanya
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Makasih udah mampir ya, Kak
total 1 replies
xoxinus
rekomendasi banget ni novel
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih sudah mampir, Kak❤️
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
Ceritanya seru yok di baca
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Makasih, Kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!