Gita seorang istri yang tidak begitu di anggap keberadaanya oleh sang suami, tapi karena cinta membutakan Gita, hingga akhir di saat ulang tahun pernikahan yang ke satu tahun Gita yang ingin memberikan kejutan pada sang suami justru ia yang terkejut karena.
tanpa sengaja Gita melihat perselingkuhan sang suami dengan ibu kandungnya sendiri. hari itu ia mendapatkan kado penghianat ganda.
karena shock Gita pergi keluar dan mengalami kecelakaan, disaat itulah ia di nyatakan meninggal tapi tiba tiba tetak jantungnya kembali.
tapi itu bukan Gita yang dulu karena tubuh Gita sudah di masuki oleh seorang ratu penguasa jaman kuno yang mati karena penghianat. dan kini berada di tubuh Gita.
ingin tau kelanjutannya yuk mulai baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 – Jiwa yang Terbangun
Dan saat ia memejamkan mata, bayangan demi bayangan bermunculan: masa lalu Gita, Dion, dan sang ibu. Tapi tak hanya itu—ada ingatan lain. Ingatan tentang tahta, kerajaan, perang, cinta, pengkhianatan.
(Aku… dimana?)
Tubuh Gita adalah Gita. Tapi jiwanya bukan. Ia adalah seseorang dari masa lalu yang jauh. Seorang ratu yang dikhianati. Yang memiliki kemampuan melihat masa lalu, masa depan, dan menembus isi pikiran manusia.
Ia adalah Xia Huan ratu dari kekaisaran selatan, meninggal karena penghianatan, ia masuk ke tubuh Gita karena portal terbuka akibat dari kesedihan yang sama.
Namun di dunia ini… ia harus menyembunyikan semuanya.
Tak seorang pun boleh tahu.
Ia kini hidup kembali. Tapi bukan sebagai Gita sang istri. Melainkan sebagai ratu yang kembali untuk menemukan tujuannya—dan menentukan takdir barunya.
Udara di ruang perawatan itu terasa sunyi. Hanya terdengar suara mesin detak jantung dan napas lemah dari tubuh Gita yang kini terbaring dengan infus di tangan. Di luar, malam mulai turun. Lampu-lampu kota menyala gemerlap, kontras dengan keheningan batin yang berkecamuk dalam tubuh Gita.
dr. Amanda duduk di kursi pengunjung, tak beranjak sejak membawa Gita ke sini. Ia menolak pulang meski sudah disuruh rekan sejawatnya. Rasa bersalah masih membelenggu.
“Dia hidup… tapi kenapa rasanya seperti… ada yang janggal, semua hasil normal?” gumam Amanda lirih.
Seolah menjawab, tubuh Gita mulai bergerak perlahan. Kelopak matanya yang terbuka. Mata itu menatap langsung ke Amanda yang duduk di sana—dan lagi-lagi, tatapan itu bukan milik perempuan biasa.
Gita bangkit pelan, menopang tubuhnya dengan tangan. Satu tangan mencabut infus dari punggung tangan tanpa meringis sedikit pun.
“Eh! Hei! Kamu jangan gerak dulu—tubuhmu belum pulih!” seru Amanda panik, bangkit berdiri.
Gita hanya menoleh. “Tubuh ini lemah. Tapi jiwaku… Tidak selemah itu”
Amanda menatapnya Gita dengan was was
Gita tak bicara apapun lagi. Ia bangkit dari tempat tidur, berjalan pelan menuju jendela, mengamati langit malam yang bertabur lampu.
“Satu dunia… tapi tidak satu jiwa,” gumamnya sangat pelan. “Aku tahu tempat ini bukan kerajaanku. Tapi ada yang harus kulakukan.” lanjut Gita pada dirinya sendiri.
Amanda mendekat hati-hati. “Kamu—apa kamu… mengalami gegar otak? Atau… kamu kehilangan ingatan?”
Gita menoleh dan tersenyum samar. “Aku ingat segalanya, aku tidak gegar otak seperti yang kau katakan.”
Amanda pun mengangguk mengerti dan lega
"Dokter Amanda, apa aku bisa minta bantuan darimu?" ujar Gita
"Tentu saja, aku akan lakukan yang aku bisa" jawab Amanda cepat
"Terima kasih, dokter.... Tolong Carikan aku rumah atau semacamnya untuk aku tinggal, tapi tolong jangan beri tau siapa pun, aku ingin menjauh dari suami penghianat ku" ujar Gita
"Ya tentu aku akan menjaga rahasia ini dan apa aku boleh tanya, siapa kamu dan kenapa kamu menyebrang tidak hati hati?" tanya Amanda
Mendengar itu Gita terdiam lalu mulai berbicara.
"Aku Gita, hari itu adalah hari ulang tahun pernikahan ku yang ke 1 tahun, aku kira, itu adalah hari yang sangat membahagiakan tapi ternyata itu hati kehancuran ku dimana aku di khianati ganda, karena sedih aku tidak bisa melihat keadaan dan kau tau apa yang terjadi" Jawab Gita yang menjawab dari gambaran yang ia dapat.
Amanda yang mendengar itu sangat terkejut dan juga tidak menyangka dengan apa yang baru saja terjadi pada wanita di depannya ini.
"Baiklah aku berjanji akan membantu untuk menjauh dari pria gila itu, dia tidak pantas bersama mu Gita. Apa kau juga butuh pengacara untuk membantu jalan perceraian jika kau mau aku bisa bantu"ujar Amanda
Gita memejamkan matanya untuk mencerna ucapan Amanda, ia mencari tau, agar ia bisa menjawab dengan tepat.
" Iya aku membutuhkannya, maaf merepotkan dirimu" ujar Gita pelan
"Tidak aku tidak merasa di repotkan, sebaiknya sekarang kau istirahat dulu tubuhmu masih lemah, dan luka lukamu masih basah. Aku minta izin untuk mengurus sesuatu dulu" ujar Amanda
Dan di angguki Gita lalu ia kembali ke tempat tidurnya, sebenarnya sangat mudah bagi Gita atau Xia Huan untuk menyembuhkan luka itu tapi ia sengaja membiarkan karena tidak mau orang kaget.
...----------------...
Keesokan harinya pagi pagi saat Gita sedang memandang keluar jendela terdengar ketukan pintu dan itu adalah dokter Amanda.
Dokter Amanda datang membawa hasil scan MRI. Tapi belum sempat dokter Amanda bicara Gita justru langsung berkata,
"Tulang belakangku tidak patah. Tapi ada retakan mikro di bagian bawah tengkorak. Dokter sebaiknya pastikan pemulihan saraf tidak terganggu." ujar Gita
Amanda tertegun. Itu isi laporan yang baru saja ia baca.
Belum sempat hilang keterkejutan dokter Amanda, terdengar pintu yang di ketuk lagi
Tok....tok..... Tok....
"Gita?" Itu suara Dion. Dia datang.
Dr. Amanda yang membukakan pintu menatapnya penuh curiga. "Dia belum bisa diganggu dan siapa anda?" tanya Amanda
"Saya... hanya ingin lihat dia sebentar. Saya suaminya." jawab Dion tanpa rasa malu.
Kata "suami" membuat Gita tertawa kecil. Tapi tawanya bukan tawa bahagia. Tawa dingin.
"Biarkan dia masuk, Dokter Amanda," ujar Gita dari dalam.
Amanda menatap heran, tapi menuruti. Dion melangkah masuk, dengan ekspresi cemas dan bersalah.
"Gita... aku minta maaf. Aku... aku nggak tahu harus bilang apa. Aku khilaf. Aku..."
Gita menatapnya tajam. Dion terdiam. Ia merasa seolah sedang ditelanjangi hanya oleh sepasang mata itu.
"Kamu tidak khilaf," kata Gita pelan. "Kamu membuat pilihan sadar. Pilihan yang kamu ulang lebih dari sekali."
Dion membatu. Wajahnya pucat.
"Dan Mama? Sudah berapa lama kalian melakukannya?"
Dion tergagap. "A-aku..."
"Dua bulan sebelum pernikahan kita, bukan? Kamu sudah tidur dengannya bahkan sebelum aku jadi istrimu."
Wajah Dion membelalak. "K-kamu... bagaimana kamu tahu?"
Gita menunduk. "Aku bisa melihat..."
"Melihat apa?"
Gita menatap langsung ke mata Dion. "Semua kotoran dalam pikiranmu."
Dion melangkah mundur, takut. Wajah Gita terlalu... asing. Terlalu kuat.
"Gita... kamu berubah. Kamu bukan Gita yang aku kenal." ujar Dion gugup
Gita tersenyum tipis. "Mungkin kamu tidak pernah benar-benar mengenalku. Tapi mulai sekarang, aku akan mengenal dunia ini dengan cara baru. Aku tidak akan lagi menjadi perempuan yang diam dan menunggu."
Dion keluar buru buru, tubuhnya gemetar.
Dr. Amanda masuk setelahnya, menatap Gita dengan penuh tanya. "Kamu tidak apa apa?"
Gita mengangguk. "Aku baik baik saja.... Semua sudah selesai"
Beberapa hari berlalu.
Gita dipulangkan ke rumah. Tapi tidak ke rumah Dion—melainkan ke apartemen sederhana yang diam-diam Amanda sewa untuknya. Ia sepakat untuk membantu Gita sembuh secara legal sebagai dokter penanggung jawab
Bersambung
sukses terus thor. . karya mu aku suka👍👍👍👍semangat😇😇💪💪💪