NovelToon NovelToon
Pelacur Milik Sang CEO

Pelacur Milik Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta Terlarang / Mengubah Takdir
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Ayla, pegawai biasa yang diangkat menjadi resepsionis di perusahaan terkenal, terpaksa menjadi wanita malam demi biaya pengobatan adiknya. Di malam pertamanya, ia harus melayani pria yang tak disangka—bosnya sendiri. Berbeda penampilan, sang CEO tak mengenalinya, tapi justru terobsesi. Saat hidup Ayla mulai membaik dan ia berhenti dari pekerjaan gelapnya, sang bos justru terus mencari wanita misterius yang pernah bersamanya—tanpa tahu wanita itu ada di dekatnya setiap hari. Namun, skandal tersebut juga mengakibatkan Hana hamil anak bosnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekurangan Uang

Di dalam mobil milik Leo, suasana terasa sangat hening, nyaris tanpa suara selain deru mesin mobil yang terus menderu pelan mengikuti laju kendaraan. Ya, malam ini Leo sedang dalam perjalanan pulang, dan yang duduk di sebelahnya adalah Ayla, pegawainya sendiri. Mereka pulang bersama, bukan karena kebetulan, melainkan karena keadaan yang memaksa.

Kenzo, tidak ikut serta. Seperti yang sudah dikatakannya sebelumnya, malam ini ia memilih untuk menghabiskan waktu bersama calon kekasihnya, meninggalkan Leo dan Ayla berdua dalam perjalanan pulang yang sunyi.

Leo tahu betul bahwa di tengah malam seperti ini, tak akan ada taksi atau kendaraan umum yang melintas. Tidak mungkin dia membiarkan Ayla berjalan kaki atau pulang sendiri dalam kondisi seperti itu. Mau tidak mau, meski dengan wajah datarnya, dia menawarkan tumpangan.

Di tengah kesunyian itu, tanpa menoleh, Leo berkata dengan nada datar namun tegas, “Jangan mengotori mobilku. Kau orang lain pertama yang masuk ke dalamnya.”

Ayla spontan menelan ludah. Ia melirik sekilas ke arah Leo dengan pandangan sedikit tercengang bercampur heran. Sungguh, pria itu—bosnya sendiri—selain angkuh, juga sangat menyebalkan. Kalimat Leo barusan seperti tamparan halus yang membuat Ayla merasa kecil, seakan kehadirannya adalah gangguan di dalam dunia pria itu.

Ayla memilih untuk tidak menjawab. Bukan karena tidak bisa, tapi karena tubuh dan pikirannya sudah terlalu lelah. Hari ini benar-benar menguras tenaga dan emosinya. Dia hanya menatap ke luar jendela, membiarkan pemandangan malam yang gelap dan lampu-lampu jalan yang redup mengisi keheningan. Dalam hati, Ayla sebenarnya enggan menerima tumpangan dari bosnya yang dikenal dingin dan sombong itu. Tapi apa boleh buat? Andai saja dia punya kendaraan pribadi, tentu dia tak akan duduk di dalam mobil pria yang selalu bersikap kaku padanya ini.

Beberapa menit berlalu dalam diam sampai akhirnya suara Leo memecah kesunyian. “Kau diantar ke mana?” tanyanya, datar, tanpa sedikit pun menoleh ke arah Ayla. Pandangannya tetap tertuju ke jalan, fokus menyetir dengan tangan kiri memegang kemudi dan tangan kanan sesekali mengatur gigi.

Ayla sempat terdiam. Pertanyaan itu membuat pikirannya melayang sesaat. Dia tak bisa pulang ke rumah. Dia harus ke rumah sakit—tempat adiknya sedang dirawat. Tak mungkin dia membiarkan adiknya sendirian di sana.

“Bawa saya ke rumah sakit Purbakasih, Pak,” jawab Ayla akhirnya, suaranya pelan namun tetap sopan, nyaris terdengar seperti bisikan di tengah suara mesin mobil.

Mendengar jawaban itu, dahi Leo langsung berkerut. Kedua alisnya menyatu, menunjukkan ekspresi heran dan sedikit tak suka. Rumah sakit? Apa urusannya Ayla ke sana malam-malam begini? Siapa yang sakit? Pertanyaan itu langsung muncul di pikirannya.

“Ngapain ke rumah sakit? Rumahmu di sana?” tanyanya dengan nada yang sedikit kasar, seperti biasa—tajam dan tanpa basa-basi.

Ayla menghela nafas singkat sebelum menjawab. "Adik saya. Saya ingin menjaganya." jawab Ayla biasa saja. Tidak meminta belas kasihan ala ala agar dikasihani.

Leo hanya sedikit mengangguk. Tak ada niat untuk bertanya lebih jauh. Bagi Leo, itu bukan urusannya. Hidup masing-masing orang sudah cukup rumit tanpa harus mencampuri hidup orang lain. Meski begitu, dalam hatinya ada sebersit rasa iba yang datang entah dari mana. Tapi ya sudahlah. Dalam prinsip Leo, selama seseorang digaji, maka orang itu harus bekerja dengan baik. Emosi pribadi tak seharusnya mencampuri profesionalisme.

Tak butuh waktu lama, Leo pun menghentikan mobilnya tepat di depan rumah sakit Purbakasih. Tanpa banyak bicara, ia menoleh sekilas ke arah Ayla.

“Terima kasih, Pak,” ujar Ayla pelan sembari membungkuk hormat, lalu segera keluar dari mobil.

Leo hanya mengangguk kecil, lalu segera kembali menancap gas dan pergi, menghilang di balik gelapnya malam.

Sementara itu, Ayla melangkah memasuki rumah sakit dengan tubuh lelah dan langkah pelan. Sepanjang hari ia telah bekerja keras, dan kini malamnya harus kembali dihabiskan di rumah sakit. Tapi tak ada keluhan darinya. Wajahnya hanya menyimpan lelah yang dalam. Dia berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang senyap, menuju ruang Anggrek, tempat adiknya, Arya, dirawat.

Begitu membuka pintu kamar, hatinya terasa hangat melihat Arya yang sudah tertidur pulas di ranjang. Ada senyum tipis yang terukir di wajah Ayla. Ia mendekat, lalu duduk di tepi ranjang dan mengelus rambut adiknya dengan lembut. Kelelahan seolah mereda sedikit saat melihat adiknya dalam keadaan tenang.

Tak lama kemudian, suara pintu kamar terbuka perlahan. Seorang wanita berseragam putih masuk ke dalam ruangan. Itu adalah dokter Arya—dokter yang sudah cukup lama menangani kondisi adiknya. Wajahnya tampak serius, namun tetap menunjukkan empati yang dalam.

“Dokter,” sapa Ayla sambil membungkuk hormat.

Dokter wanita itu tersenyum hangat, lalu menghampiri Ayla. “Ayla,” ucapnya pelan, “Operasi Arya harus segera dilakukan. Kalau ditunda lagi, kondisinya tidak akan stabil.”

Nada suaranya lembut, namun jelas membawa kabar penting yang berat. Ia tahu betul bagaimana perjuangan Ayla selama ini—mengurus Arya seorang diri, bekerja keras, bahkan kadang mengorbankan waktu istirahatnya.

Ayla hanya tersenyum kecut. Ia menatap kosong beberapa detik, berpikir, lalu mengangguk pelan. “Tentu, Dokter… Operasi adik saya harus dilakukan. Saya pasti akan menyiapkan semuanya,” jawabnya, kali ini dengan suara tegas meski matanya menyimpan rasa khawatir yang tak bisa disembunyikan.

Dokter itu membalas dengan senyum hangat dan mengangguk, lalu berpamitan untuk pergi. Begitu pintu tertutup, Ayla terduduk di sofa kecil di pojok ruangan. Kepalanya tertunduk, pikirannya mulai kacau. Uang yang dimilikinya saat ini belum cukup untuk biaya operasi. Gajinya juga belum cair. Dia tidak tahu harus mencari ke mana.

Tiba-tiba, ponselnya bergetar pelan.

Tring... Tring... Tring...

Ayla melirik layar ponselnya. Nama yang terpampang di sana membuat matanya melebar sedikit.

Mami Jenny.

1
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!