NovelToon NovelToon
Cinta Datang Dari Kakak Mantan

Cinta Datang Dari Kakak Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Ira Adinata

Perselingkuhan antara Kaivan dan Diana saat tiga hari menjelang pernikahan, membuat hati Alisa remuk redam. Keluarga Kaivan yang kepalang malu, akhirnya mendatangi keluarga Alisa lebih awal untuk meminta maaf.

Pada pertemuan itu, keluarga Alisa mengaku bahwa mereka tak sanggup menerima tekanan dari masyarakat luar jika sampai pernikahan Alisa batal. Di sisi lain, Rendra selaku kakak Kaivan yang ikut serta dalam diskusi penting itu, tidak ingin reputasi keluarganya dan Alisa hancur. Dengan kesadaran penuh, ia bersedia menawarkan diri sebagai pengganti Kaivan di depan dua keluarga. Alisa pun setuju untuk melanjutkan pernikahan demi membalas rasa sakit yang diberikan oleh mantannya.

Bagaimana kelanjutan pernikahan Alisa dan Rendra? Akankah Alisa mampu mencintai Rendra sebagai suaminya dan berhasil membalas kekecewaannya terhadap Kaivan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ira Adinata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Diana Hamil!

Rendra yang sedang menunggu di mobil, tertegun tatkala mendapati Alisa keluar bersama Diana dari toko kue. Dua perempuan itu berjalan ke mobilnya, lalu Alisa membukakan pintu untuk Diana. Tak lama kemudian, Alisa menyusul dan duduk di sebelah sahabatnya itu.

"Kak Rendra, tolong antarkan aku ke klinik, ya. Diana dari pagi muntah-muntah terus," pinta Alisa sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Rendra.

"Muntah-muntah? Baiklah, kita ke klinik sekarang juga," kata Rendra, sambil menyalakan mesin mobilnya.

Setelah mobil melaju, Diana melirik pada Alisa. Wajah Alisa yang menunjukkan kecemasan, membuatnya terheran-heran. Ia tahu, sahabatnya masih sulit memaafkan perselingkuhannya dengan Kaivan. Namun, ia masih tak mengerti, mengapa Alisa masih saja memedulikannya.

"Kenapa, Alisa? Kenapa kamu masih perhatian aja sama aku? Aku sebenarnya bisa saja pergi ke klinik sendiri," ucap Diana menatap wajah Alisa dengan menyelidik.

"Karena aku kasihan sama kamu. Kamu di sini tinggal sendiri, ibu kamu di kampung masih harus berobat jalan gara-gara penyakit kanker, sedangkan bapakmu ... apa pedulinya dia sama kamu dan ibumu? Dia malah menikah lagi dengan wanita lain sejak ibumu jatuh sakit, sedangkan kamu harus berjuang keras di perantauan sampai memutuskan berhenti kuliah. Apa latar kehidupanmu masih belum cukup menjadikan alasan aku untuk tetap kasihan sama kamu?" jelas Alisa menoleh pada Diana.

"Aku nggak butuh dikasihani," ketus Diana melipat kedua tangannya sambil bersandar di jok mobil.

Alisa mendesah lemah sambil menggeleng pelan. "Terserah kamu mau berkata apa. Yang jelas, aku tetap akan membantumu tanpa pamrih."

"Oh, jadi kamu mau jadi pahlawan setelah menyindirku dengan tajam di depan ibunya Kaivan? Munafik banget, ya, kamu ini," ejek Diana mendelik tajam.

"Diana, kalau kamu nggak suka menerima bantuan dari Alisa, anggap saja kami datang dari keluarga Kaivan untuk membantumu. Daripada terus-terusan menggerutu, sebaiknya kamu mensyukuri pertolongan dari kami," saran Rendra, sambil sesekali melirik ke spion dalam mobil.

"Terserahlah, kalian berdua memang orang-orang munafik. Pantas saja belum kunjung diberi keturunan setelah tiga bulan menikah," cibir Diana menatap Alisa dan Rendra satu persatu, lalu mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil.

Setibanya di klinik, Alisa dan Rendra mengantar Diana berobat. Mereka segera turun dari mobil dan memasuki klinik itu bersama-sama. Tak banyak pasien yang datang sore itu, hanya tinggal menunggu tiga pasien lainnya sebelum Diana dipanggil untuk dilakukan pemeriksaan.

Ketika seorang asisten dokter memanggil Diana, Alisa beranjak dari kursi dan menemani sahabatnya ke ruang pemeriksaan. Kendati Diana merasa risi oleh kehadiran Alisa di ruangan yang sama, ia tetap berhadapan dengan seorang dokter perempuan dengan tenang.

"Selamat sore. Apa keluhan Mbak datang kemari?" tanya dokter itu.

"Begini, Dok. Teman saya ini muntah-muntah sejak tadi pagi," jelas Alisa.

"Baiklah. Silakan berbaring di sana," ujar dokter pada Diana sambil menunjuk ke ranjang pemeriksaan.

Dengan hati-hati, Diana menaiki ranjang dan berbaring di sana. Dokter segera memakai stetoskop dan memeriksa detak jantung gadis itu.

"Selain muntah, apa kamu mengalami keluhan lain seperti diare?" tanya Dokter.

"Tidak, Dok. Aku cuma merasa mual saja setiap kali mencium aroma kue," jelas Diana.

Dokter mengangguk, lalu memeriksa bagian perut Diana. Tak disangka, tangan dokter terus mengarah ke bagian bawah perut Diana dan tertegun sejenak.

"Kapan hari pertama terakhir kali kamu menstruasi?" tanya dokter menatap Diana cukup lama.

"Aku tidak begitu ingat, Dok. Mungkin sekitar dua bulan ke belakang," jawab Diana sambil mengira-ngira.

"Jadi, bulan ini dan bulan kemarin kamu tidak menstruasi?" Dokter menatap Diana dengan menyelidik.

Diana menatap dokter itu sambil mengangguk.

"Hm ... Baiklah. Sekarang kamu boleh turun," ucap dokter itu, mempersilakan Diana bangun dan kembali ke meja kerjanya.

Ketika dokter duduk kembali di meja kerja dan mengambil kertas untuk menulis resep, Alisa tak sabar lagi ingin mengetahui diagnosa penyakit Diana.

"Dok, apa teman saya baik-baik saja? Kira-kira kenapa, ya, bisa muntah-muntah terus?" tanya Alisa menatap lekat wajah dokter.

Dokter melihat-lihat kalender sebentar, lalu menaruhnya dan menatap Alisa. "Teman kamu ini sedang mengandung. Usia kandungannya sekitar tujuh atau delapan minggu."

Seketika, mata Alisa terbelalak mendengar pernyataan dokter. Ia menoleh pada Diana sebentar, lalu mengalihkan pandangannya kembali pada wanita di depannya.

"J-Jadi ... T-Teman saya hamil, Dok?!" Alisa menatap dokter dengan kedua alis terangkat.

"Iya. Teman kamu muntah-muntah karena disebabkan oleh kehamilannya. Saya akan memberikan resep obat pereda mual dan vitamin agar kandungannya sehat," jelas dokter sambil tersenyum simpul.

Adapun Diana, hanya menunduk sambil memegangi perutnya. Kenyataan bahwa dirinya mengandung anak Kaivan serasa terdengar mustahil. Akan tetapi, dengan terlambatnya datang bulan selama dua bulan belakangan ini, tentu saja menguatkan diagnosa dokter.

Selesai dilakukan pemeriksaan, dua perempuan itu keluar dari ruangan dan menunggu resep diberikan. Rendra yang sedang menunggu dari tadi, menghampiri Diana dan Alisa.

"Apa kata dokter tadi? Diana nggak mengalami masalah kesehatan yang serius, kan?" tanya Rendra, penasaran.

Alisa terdiam, melirik Diana yang masih tertunduk lesu memegangi perutnya. Tak lama kemudian, ia menatap lagi suaminya.

"Diana ... Diana hamil," jawab Alisa dengan suara rendah.

"Apa?! Hamil?!" Rendra terperangah, lalu menatap Diana sambil menggeleng pelan.

"Kita harus bagaimana, Kak? Apa Kaivan harus tau tentang ini?" tanya Alisa menatap Rendra dengan kening berkerut.

"Harus," jawab Rendra dengan mantap. "Bagaimanapun juga dia harus bertanggungjawab atas perbuatannya. Menghamili perempuan di luar nikah bukan sesuatu yang terpuji, tapi Kaivan tidak boleh lari dari tanggung jawabnya."

"Tapi ... Bagaimana kalau Kaivan nggak mau menerima ini dan justru menuduh Diana yang bukan-bukan? Aku takut ... Kaivan memukuli Diana dan menyuruhnya aborsi," tutur Alisa sambil sesekali menatap Diana yang masih terdiam.

"Akan aku hajar dia sampai babak belur," geram Rendra sambil mengepalkan tangan, lalu menatap Diana. "Kamu tenang saja, aku akan membuat Kaivan bertanggungjawab atas kehamilanmu."

Dengan sungkan, Diana menatap Alisa dan Rendra secara bergantian. Ia benar-benar merasa malu atas perbuatannya dengan Kaivan.

"K-Kalian nggak usah repot-repot ikut campur segala. Ini urusan aku dan Kaivan," lirihnya, lalu menundukkan kepala.

Alisa memegang pundak Diana, seraya berkata, "Diana, bagaimanapun juga kami bagian dari keluarga pacar kamu. Kamu nggak perlu merasa risi atau terganggu. Sudah tanggung jawab kami memberi pelajaran pada Kaivan sampai bersedia menerima kehamilanmu."

Di tengah-tengah percakapan mereka, seorang petugas kesehatan memanggil nama Diana. Bergegas mereka menuju tempat pengambilan obat dan menerima vitamin serta pereda mual.

Setelah selesai menerima obat, ketiganya bergegas ke mobil. Tanpa banyak berpikir, Rendra melajukan kendaraannya menuju kediaman Bu Ani. Tak sabar ia memberitahu Kaivan mengenai kehamilan Diana.

"Kenapa Kak Rendra nggak mengantar aku pulang dulu?" tanya Diana.

"Kaivan dan Ibu harus tau mengenai kehamilanmu. Setidaknya, kami bisa langsung melihat reaksi Kaivan dan melindungi kamu dari perbuatan kasar dia," jelas Rendra, matanya tetap fokus ke jalanan.

1
Reni Anjarwani
lanjut thor
irma hidayat
katanya perempuan cerdas Alisa bukti vidio/potonya perlihatkan
Reni Anjarwani
doubel up thor
Ah Serin
alisa bodoh jangan jadi bayangan kaivan. lupa masalalu dan bina hidup baru dengan rendra
lanjut thorrrr.
Nur Adam
lnjut
Mundri Astuti
cihhhh Diana pake ngomong cinta, mana ada cinta yg diawali perselingkuhan, kamu tu cuma dianggap selingan, bersyukurlah Alisa ngga jadi sama kaivan
Myra Myra
tunjukkan bukti PD semua org sekali...pdn muka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!