Kelvin muncul dari dapur sambil mengelap tangan dengan handuk kecil. Ia berdiri tegak di depan Wilona.
“Semua piring sudah bersih dan mengkilat!” ujarnya penuh percaya diri.
“Sekarang waktunya penyerahan hadiah!”
Wilona melirik geli ke arahnya.
“Iya, iya … sini sini”
Kelvin langsung duduk di samping Wilona, wajahnya mendekat dengan ekspresi penuh harap. Wilona tertawa kecil dan memberikan ciuman ringan di pipinya.
Ikuti ceritanya dari awal sampai akhir yuk✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqueena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Ternyata Aku Mencintainya
Keesokan paginya, sinar matahari menerobos tirai tipis rumah megah itu. Suara burung terdengar samar dari arah taman, membawa suasana pagi yang tenang.
Kelvin sudah bangun lebih awal. Jas dan tas kerja sudah disiapkan di tangannya, ia memanggil salah satu asistennya, Pak Dimas.
"Pak Dimas, tolong belikan kursi roda yang nyaman untuk Wilona, ya. Sementara ini, dia akan memakainya sampai kondisinya membaik."
Pak Dimas mengangguk sopan. "Baik, Tuan. Segera saya laksanakan."
Selesai memberi instruksi, Kelvin berjalan menuju lantai bawah, ke kamar tamu yang kini ditempati Wilona. Pintu kamar itu terbuka sedikit, menampakkan ruangan bernuansa hangat dengan aroma lembut lavender dari diffuser di sudut meja.
Kelvin mendorong pintu kamar tamu perlahan. Untuk satu malam, Wilona tidur di kamar tamu, sementara kamar untuknya dipersiapkan di lantai dua, tepat di samping kamar Kelvin.
Menemukan Wilona duduk santai di atas kasur, kakinya terjulur di atas bed cover, sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Pagi, sayang. Ayo sarapan," ucap Kelvin sambil tersenyum hangat.
Wilona mengangguk kecil, lalu mulai menggeser tubuhnya ke tepi kasur, berniat menurunkan kakinya. Namun sebelum telapak kakinya menyentuh lantai, Kelvin melangkah cepat masuk dan berdiri tepat di depannya.
"Eh, aku bisa jalan pelan-pelan kok—" Wilona belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Kelvin sudah membungkuk dan mengangkat tubuhnya dengan mantap.
"Kelvin!" Wilona terkejut, tangannya spontan melingkar di leher Kelvin.
Kelvin menatapnya sebentar, senyum tipis terukir di bibirnya.
"Aku bilang kamu nggak boleh jalan dulu. Kalau bandel… ya begini jadinya."
Wilona memalingkan wajah, pipinya memanas. "Nanti kalau Mamah kamu lihat—"
Kelvin hanya tersenyum, dan mencium kening gadis itu. Lalu melangkah keluar kamar dengan mantap, membawanya menuju meja makan.
Di tangga, Mamah dan Ayah Kelvin terlihat baru keluar dari kamar lantai tiga, langkah mereka melambat begitu melihat Kelvin menggendong Wilona.
Mamah Kelvin menghentikan langkahnya di ujung tangga, matanya langsung berbinar melihat pemandangan di depannya. Kelvin berjalan santai sambil menggendong Wilona yang tampak malu-malu.
"Aduh… pagi-pagi sudah bikin Mamah senyum-senyum aja," ucapnya sambil menahan tawa gemas.
Wilona langsung menunduk, wajahnya makin merah.
"Ma… Mah, ini… Kelvin maksa gendong, padahal aku bisa jalan pelan-pelan."
Mamah Kelvin malah semakin tersenyum, mendekat dan menepuk pelan lengan Kelvin.
"Biarin aja, Nak. Mamah malah senang lihatnya. Kayak pengantin baru."
Mata Wilona terbelalak.
"Pengantin baru? Pengantin? Baru? Mamahnya sudah berpikir sampai sana?" gumam Wilona dalam hati.
Kelvin terkekeh, melirik Wilona yang semakin tak berani menatap.
"Nah, dengar tuh. Mamah setuju sama aku."
Ayah Kelvin, yang ikut turun dari tangga, mengangkat alis dan tersenyum tipis.
"Hati-hati bawa Wilona, Vin. Jangan sampai jatuh, kamu bakal berurusan nanti dengan Ayah dan Mamah."
"Ayah tenang aja," jawab Kelvin santai, lalu melangkah menuju meja makan.
Mamah Kelvin mengikut dari belakang, tatapannya penuh rasa sayang dan rasa gemas yang sulit disembunyikan. Bagi dia, pemandangan ini bukan sekadar manis, tapi seperti melihat awal dari kebahagiaan yang ia harapkan untuk anaknya.
Pagi itu meja makan keluarga Kelvin tampak elegan dan berkelas. Hidangan mewah tersaji rapi, steak wagyu yang masih hangat, omelet keju truffle, salmon panggang, salad segar, dan buah impor berwarna cerah di piring kristal.
Mereka berbincang santai sambil sesekali tertawa, membuat suasana rumah terasa hidup. Ayah Kelvin sempat menggoda cara Kelvin menggendong Wilona, membuat pipi Wilona memerah.
Wilona menatap mereka satu per satu, ia mulai merasakan kehangatan yang lama tak ia rasakan.
"Setidaknya… walau aku kini tinggal sendirian, Kelvin datang di waktu yang tepat. Dengan caranya sendiri, ia mulai melengkapiku." gumamnya dalam hati.
...~Visual Ratu Kita, Wilona~...
...----------------...