Jingga Purwati dan Ruben Karindra adalah pasangan yang beda strata sosial, tetapi memiliki ikatan batin yang sangat kuat, jika Jingga berada dalam bahaya, Ruben bisa merasakan tanda bahaya didadanya akan berdenyut ngilu dan sakit, begitu juga Jingga dia bisa merasakan apa yang Ruben rasakan.
Perasan cinta mereka yang kuat terhalang oleh keinginan Bramantyo untuk segera menikahkan Ruben dengan Alisa. Mereka pun menikah secara resmi sedangkan Ruben hanya menikahi Jingga terlebih dulu secara sirih.
Keteguhan hati Jingga Purwati yang mampu mengatasi rasa kecewa pada sikap Ruben yang tidak memberitahukan kepada dirinya bahwa dia sudah menikah lagi dengan pilihan Bramantyo membuat Jiingga memilih memaafkan dan kuat menghadapi tekanan dari sang mertua yang galak dan sering menyiksanya.
Akankah Jingga Purwati dapat menaklukan hati sang mertua?
Ikuti kisah cinta mereka ... !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fanie Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Penderitaan Jingga.
Semakin hari Jingga semakin dibuat kewalahan dengan semua rutinitas baru sebagai pembantu dikediaman Karindra.
Jingga disibukkan dengan cucian piring yang menumpuk, ia hanya bisa tersenyum miring melihat piring berwarna putih yang kotor
"Mereka rupanya sengaja membuat aku kelelahan, tapi aku tidak akan menyerah dengan semua tugas ini bagiku ini sudah biasa saat aku dulu dipanti asuhan," batin Jingga.
Jingga sama sekali tidak mengeluh dia bersenandung ria saat memberi sabun berwarna hijau kedalam wadah plastik, lalu memberi sedikit air, sehingga busa itu mengebul keatas.
Jingga mulai menekan piring kotor dengan sabun yang sudah berbusa, lalu menekan pengait keran air. Ia menggosok piring itu sampai bersih dan mengkilap.
"Sudah selesai, sekarang kebagian mencuci baju deh," ucap Jingga sambil menyeka keringat didahi.
Tak lama kemudian, Alisa datang kembali dengan membawa ember besar yang berisi baju kotor, lalu ia pun sengaja melempar kemuka Jingga secara kasar.
"Jingga, baju mahal yang kupunya ini kamu cuci secara manual. Jangan pakai mesin, ngerti!" titah Alisa.
"Oke, tidak masalah bagiku itu pekerjaan yang mudah kok," ucap Jingga.
"Dasar mental pembantu! cepat kerjakan. Jangan sampai baju mahalku ini rusak. Kalau itu terjadi akan kubuat susah hidupmu," ancam Alisa.
"Makanya kalau memang tidak mau rusak sebaiknya kerjakan sendiri saja," ucap Jingga.
Mata Alisa melotot."Kamu berani ya melawanku,"
Alisa yang marah akan perkataan Jingga mulai main tangan. Ia tak tahan dengan sikap pemberani Jingga.
Alisa pun melayangkan tangan kanan dipipi kanan Jingga yang mulus dan bersih, namun Jingga dengan berani membalas tamparan Alisa.
Plak ...!
"Kamu pikir aku tidak bisa membalas perlakuan burukmu! Ingat ya mas Ruben itu hanya mencintaiku dan kamulah yang merebut dia diam-diam dariku," ucap Jingga dengan nada tinggi.
"Akan aku rebut mas Ruben dari hatimu. Dia hanya boleh menjadi milikku bukan kubagi denganmu," ucap Alisa dengan intonasi sengit dan tak mau kalah.
"Mimpi jangan ketinggian ya, mba. Takutnya nanti jatuh dan tau rasa sendiri," ketus Jingga.
"Sudah sana kerjakan tugas pembantumu disini, jangan banyak bacot dengan majikan," bentak Alisa.
Jingga yang lelah menanggapi Alisa membalikan badan, sehingga Alisa melihat punggung Jingga yang memudar pergi bersama semua pakaian kotor yang harus Jingga cuci.
"Aku harus sabar hadapi istri yang jadi-jadian itu, mas Ruben harus tau kelakukan dia yang seenak jidatnya memerintahku seperti ini," batin Jingga.
Jingga pun segera mengambil sebuah ember berwarna merah, lalu papan pengilasan yang tersedia disisi pinggirnya, tak ketinggalan dia pun mengambil sabun cuci dan mencelupkan sabun itu kedalam air yang bersih.
Seketika air bersih itu berubah warna menjadi keruh, penuh deterjen. Jingga mulai mencuci satu persatu pakaian Alisa dipapan pengilasan dengan siulan nyanyian.
Alisa yang mendengarkan nyanyian Jingga mulai terusik dan melemparkan kembali baju mertuanya.
"Cuci baju Daddy Bram, Kiara, dan mas Ruben sampai bersih tanpa bantuan mesin cuci. Awas kalau semua baju kami ada yang rusak dan cacat, kalau semua itu terjadi kamu harus menggantinya sama seperti guci antik yang kamu pecahkan," ucap Alisa.
"Ya, nyonya Alisa yang terhormat saya akan lakukan semua tugas ini," ucap Jingga sambil tersenyum manis.
Jingga tak punya pilihan lain selain menuruti keinginan Alisa karena ini memang bentuk kesalahan dan tanggung jawab dia sebagai seorang istri yang baik, dia harus membersihkan noda kotor milik suaminya, meskipun ada tambahan lain jika Jingga harus juga mencuci baju kotor milik Kiara, Alisa, dan mertuanya.
Jingga menerima ini semua dengan hati yang lapang dada, dia tahu penderitaannya ini suatu hari akan berubah menjadi kebahagiaan. Itu yang dia ingin rasakan bersama sang suami, yaitu bisa diterima oleh mertuanya sebagai menantu.
*****
Di sisi lain,
Seorang pria berkacamata turun dari kuda besi, ia memakai seragam hitam memasuki kawasan kantor Karindra.
Tok...
Tok..
Tok...
"Permisi, saya Delta supir baru anda," ucap Delta.
"Ya, selamat bergabung dikantor kami. Tugas kamu selain menjadi supir istri saya, kamu juga saya tugaskan untuk menjaga dia dari marabahaya. Apa kamu sanggup dan bersedia dengan tugas ini?" tanya Ruben.
"Tentu pak Ruben, saya bersedia menerima tugas ini," ucap Delta.
"Bagus, saya senang sekali mendengar kamu bisa menerima tugas ini dengan baik. Saya sudah tahu kalau kamu bisa saya andalkan terbukti dari seluruh dokumen yang saya terima bahwa kamu itu sudah sabuk hitam," ucap Ruben.
"Ya, pak Ruben. Terima kasih atas pujiannya," ucap Delta sambil tersenyum smirk.
"Satu lagi kamu harus selalu melaporkan kepada saya tentang apa saja kegiatan istri saya dimansion Karindra," ucap Ruben.
"Oke, siap pak Ruben."
"Jingga mulai sekarang kamu akan aman, jika saya tidak akan selalu ada dimansion, dan saya akan terus yakini Daddy jika Jingga memang pantas berada dikantor ini," batin Ruben.
Berbagai rencana ada dikepala Ruben, ia berharap proyek yang gagal karena salah satu perancang yang mendesain kain tenun milik perusahaan Karindra bisa diganti oleh Jingga karena Ruben tahu dari dulu Jingga sangatlah mahir dalam dalam urusan merancang busana.
flashback on.
Panti asuhan Rembulan Kasih.
Seorang pria tampan sedang duduk diteras halaman dengan kemeja kotak-kotak, membuka ransel tas berwarna merah, lalu mengambil sebuah pensil dan kertas kosong.
Pria itu memang raut wajah yang masam dan binggung harus menggambar bagian yang tak bisa ia lakukan.
Jingga dari kejauhan melihat pria tersebut dengan senyuman yang mengembang, lalu menghampiri pria tersebut.
"Ruben, kamu lagi apa?" tanya Jingga
"Aku ada tugas dari kampus dengan tema merancang baju muslim. Tapi aku kurang bisa mendesain seperti ini," ucap Ruben.
"Bagaimana kalau aku saja yang bantu kamu untuk merancang baju muslim. Kebetulan aku sangat suka sekali menggambar baju-baju," ucap Jingga.
"Wah, benarkah kamu bisa?" tanya Ruben.
"Kamu meremehkan pacar sendiri, aku ini memang hobi menggambar dan aku juga berniat kuliah jurusan desain, namun tabunganku belum cukup untuk kuliah," ucap Jingga.
"Jangan sedih, nanti aku pasti bantu kamu untuk bisa kuliah," ucap Ruben.
"Aku tidak mau memanfaatkan pacar sendiri," ucap Jingga.
"Kalau begitu, mulai sekarang kamu bantu tugas kuliahku saja maka akan selalu keberikan upah, deal bukan?" tanya Ruben.
"Jangan nanti kamu jadi anak pemalas, aku hanya bantu kamu satu kali ini saja. Selebihnya aku akan berhutang padamu mengenai bantuan biaya kuliah," ucap Jingga.
"Oke, sayang. Apapun yang buat kamu bahagia, aku juga bahagia," ucap Ruben.
Jingga pun segera mengambil kertas dan pensil disamping Ruben dengan gerakan cekatan menggambar kertas kosong menjadi gambar baju muslim seorang wanita yang anggun dan menarik, lalu ia pun segera menggambar baju muslim pria.
Flashback off.
TBC.
(To Be Continued)
Tinggalkan jejak berupa, like, vote, dan komentar. Terima kasih.
buat cerita baru lagi ajah..
kok bisa Alisa melakukan hal bodoh