Dikhianati dan ditinggalkan membuat Alisya tak menghentikan tekadnya untuk tetap menjadi seorang Bodyguard, meski profesi itulah yang menyebabkannya putus dari sang kekasih. Di saat yang sama takdir mempertemukan Alisya dengan seorang klien bernama Virza. Namun, Siapa sangka bila kedatangan Alisya ke perusahaan Virza memiliki maksud dan tujuan tertentu hingga membuat Alisya terjebak pernikahan kontrak dengan Virza.
Akankah nyawa Alisa tertolong di saat jatuh ke dalam tebing dengan kedalaman 30 meter?
Apakah Virza dan Alisya akan tetap bersama ketika mantan kekasih masa lalu mereka membuat rencana untuk memisahkan keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Akan Melindungimu
“Saat ini pelaku berhasil ditemukan dan dibawa ke kantor kami untuk interogasi.”
Sepeninggal dua polisi itu, Alisya meminta tolong pada Virza untuk memberinya air minum, tenggorokannya terasa kering. Virza pun menuruti keinginan gadis cantik itu dan membantunya minum. Berada dalam jarak dekat dengan Virza membuat Alisya mengukur perasaannya terhadap pria itu.
Ia menatap wajah Virza dari samping, tampan sekali dan terlihat mengenaskan akibat luka perkelahian. Begitu juga sebaliknya Virza merasa bersalah sekali dan tak lama dokter mengizinkan pulang ke rumah, Virza memaksa Alisya untuk tinggal di rumahnya dengan telaten dan setia merawat gadis itu.
Saat malam tiba, Virza membantu Alisya makan dengan menyuapkan makanannya. Pria itu mengalihkan tatapannya ke lengan Alisya yang terluka dan terbungkus kain kasa yang cukup tebal. Menatap luka itu dengan tatapan sedih. Jika bukan karena Alisya mungkin saat ini dia yang akan dirawat di rumah sakit dengan luka tembak di salah satu bagian tubuhnya.
“Hei, ada apa?” tanya Alisya yang menatap Virza ingin tahu.
“Jika bukan karena kau yang melindungiku, aku pasti sudah dirawat di rumah sakit sekarang dengan luka tembak di bagian tubuhku.”
Virza mengutarakan pemikirannya seraya meraih dagu gadis itu dan mengarahkan wajah wanita itu dan menatap tepat di netranya. Mereka terdiam selama beberapa saat sebelum Alisya memecah hening di antara mereka.
“Aku sudah berjanji pada ibu Vidya untuk melindungimu.”
Jantung Virza tiba-tiba berdebar saat menatap netra cokelat milik Alisya yang begitu intens dan memancarkan perasaan padanya. Tatapan itu seolah mampu menembus hingga ke relung jiwanya dan menyentuh titik terdalam dirinya.
"Ehemmm..."
"Apakah kehadiran Mama menganggu kalian?" tanya perempuan paruh baya itu tersenyum tipis.
Virza melepaskan genggaman tangannya dan Alisya mulai membenarkan posisi duduknya.
"Mama, kenapa tak memberi kabar kalau mau ke sini?" sapa Virza mengalihkan pembicaraan.
"Mama sengaja datang ke sini ingin memberi kejutan kepada kalian berdua."
Perempuan itu mengambil posisi duduk di sebelah Alisya, "Apakah kondisimu sudah membaik, Sya?" tanya Vidya khawatir.
"Sudah agak membaik kok Bu."
"Terima kasih kau sudah mau melindungi putraku dan aku merasa bersalah karena membuatmu jadi terluka seperti ini,"lirihnya tertunduk dan merasa bersalah. Dia tahu Alisya tertembak karena melindungi Virza dan itu adalah perintahnya tempo hari.
"Bu tak usah bersedih, aku baik-baik saja kok! Lagian apa yang Ibu khawatirkan tempo hari memang benar terjadi hingga aku bisa mengatasi lebih dulu."
"Tetapi aku tidak ingin nyawamu dalam bahaya lagi, Sya. Sebentar lagi kau akan menjadi istri Virza bukan bodyguardnya jadi kau tak perlu khawatir Mama akan memanggil bodyguard untuk melindungi kalian berdua."
"Kenapa repot-repot sih Bu, aku juga bodyguard loh."
"Itu dulu, selama kau menjadi menantuku maka aku tidak akan mengijinkanmu menjadi bodyguard, ingat itu!"
"Tapi..."
"Tidak ada kata tapi, kau boleh kok bekerja namun menjadi asistenku."
"Kok asisten sih, Za? Dia itu akan menjadi istrimu."
Virza meneguk salivanya karena dia tidak sadar bila ucapannya akan membuat mamanya curiga. "Alisya itu wanita bosanan Ma, jadi dia ingin ikut ke kantor untuk bekerja, iya 'kan Sya?"
"Iya, Bu. Aku tidak bisa duduk manis di rumah saja."
"Tetapi memgingat umurku yang semakin tua, Mama harap kalian tidak menunda momongan ya."
Kedua sejoli itu terdiam dan saling memberi kode masing-masing, "Momongan secepat itukah Mama membahas masalah ini," gumam Virza menghela napas.
"Perihal itu Mama tenang saja kok," timpalnya seraya tersenyum melirik Alisya.
"Oh ya, Mama membawakan obat yang paling mujarab agar luka tembakmu lekas sembuh, Sya. Dengan begitu pernikahan kalian akan tetap dilaksanakan."
"Apa?? Tak perlu ditunda sampai Alisya benar-benad sembuh Ma?" protes Virza mengingat Alisya yang baru saja bangun dari maut dan kenapa mamanya malah membahas acara pernikahan.
"Mama rasa luka tembak itu 'kan dibagian lengan jadi tak terlalu menganggu acara kalian. Bukankah menikah itu tak boleh ditunda, semakin cepat semakin bagus."
"Ma, aku rasa diundur seminggu lagi tak masalah kok! Lagian acara pernikahan akan diadakan secara tertutup."
"Siapa bilang???"
"Mama sudah mengundang semua klien bisnis Mama, mana mungkin pernikahan putra semata wayangku harus diadakan secara tertutup, hanya saja Mama tidak akan mengundang awak media."
"Tapi, Ma..."
"Tak usah tapi-tapian." Vidya langsung menyodorkan sebuah kotak perhiasaan ke arah Alisya, "Ini cincin pernikahan kalian nanti, bisakah kau coba dulu, Sya."
Dengan tangan gemetar, gadis itu menyambut kotak perhiasan berbentuk love dan membuka isi seraya memasangkan cincin tersebut di jari manisnya.
"Wah, pas banget ukurannya, sudah Mama duga."
"Iya, Bu."
"Alisya mulai saat ini kau harus memanggilku Mama, jangan Ibu lagi ya," pintanya sambil menyentuh pundak Alisya pelan.
Tak lama Vidya pun berpamitan pulang setelah menerima panggilan telepon dari seseorang padahal beliau belum lama tiba, melihat mamanya pulang begitu mendadak membuat Virza sedikit curiga, ditambah lagi dia merasa aneh dengan kedatangan Alisya yang mendadak dijadikan menantu oleh beliau.
Virza menelisik tajam ke arah Alisya dan kini duduk di sebelah gadis itu sambil mengajukan pertanyaan, "Sya, bisakah kau jujur padaku? Apa ada sesuatu hal yang kau dan mama sembunyikan dariku perihal pernikahan ini?"
Alisya tertegun sejenak, "Aku tak tahu pasti, Pak. Hanya saja beliau bilang masalah surat wasiat itu untuk menikahkan kita."
Virza mengangguk pelan, dia memang membaca surat wasiat itu namun masih menimbulkan banyak pertanyaan di benaknya namun saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mencari tahu hingga dia menyuruh Alisya untuk segera beristirahat.
"Sebaiknya kau istirahat sekarang, aku tidak ingin kondisimu semakin parah nanti apalagi pernikahan kita akan diadakan dua hari lagi."
Alisya mengangguk pelan, gadis itu bangun dari duduknya dan hendak ke lantai atas namun rasa ngilu di bagian lengan kanannya sungguh sangat menyiksa ketika dia hendak menyentuh pegangan tangga.
Memerhatikan itu, secepat kilat Virza langsung membantu Alisya dengan menggendong tubuh wanita itu sampai ke dalam kamar, membaringkan tubuhnya perlahan dan tak lupa dia memberikan obat untuk Alisya.
"Tidurlah, aku akan menemanimu di sini," ucapnya sambil menyelimuti tubuh Alisya.
"Apa? Kau menemaniku?" tanya Alisya menaikkan sedikit selimut menutup bagian dadanya.
"Memangnya kenapa? Bukankah sebentar lagi kau akan menjadi istri sahku," sela Virza spontan.
"Iya, tetapi 'kan pernikahan kita hanya sebatas pernikahan kontrak saja. Bukankah di dalam surat tersebut kau tidak boleh menyentuhku."
Virza tersenyum geli, "Dasar tante-tante ya? Tanpa diingatkan saja, kita bukannya sudah melakukan hal itu."
""Itu berbeda brondong tengil! Malam itu kau mengambil kesempatan di saat aku tidak sadar."
Makasih kk udah mau baca novelku dan salam kenal kk...
jika Author buat novel kedua, ditunggu like dan komentny yakkk...
Doakan Author lancar lahirannya, salam kenal buat pembaca semuanya🙏🙏😘😘😘🥰🥰
Salam kenal ya kk🙏😘