Bagaimana jadinya jika kamu harus menanggung dendam dari masalah yang tidak pernah kau perbuat sama sekali.
Amanda Monata, terpaksa menjadi tawanan bos ayahnya karena sang kakak yang pergi melarikan diri saat pesta pertunangannya dengan pria tersebut hingga membuat dirinya lah yang menanggung semua beban dan hutang milik ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Salah Sasaran
Amanda mengikuti kemana pun Arthur membawanya menemui orang-orang yang datang menyapa mereka.
Dasarnya Amanda yang termasuk dalam golongan introvert itu merasa tidak nyaman dengan dunia Arthur yang sering bertemu orang banyak hingga membuatnya merasa mual dan ingin muntah.
Mengetahui ada yang lain dengan Amanda membuat Arthur melihat ke arahnya dan dugaannya benar bahwa Amanda tidak dalam keadaan baik-baik saja. Itu terlihat dari wajahnya yang mulai pucat.
"Ada apa?" tanya Arthur berbisik di telinga Amanda ketika mengetahui wajah wanita yang datang bersamanya itu pucat.
"A-aku mual Tuan, rasanya aku ingin muntah melihat keramaian seperti ini." sebelah alis Arthur naik dengan ekspresi wajah yang terlihat menelisik pada Amanda karena melihat wanita itu khawatir Arthur yakin jika Amanda sedang mengalami serangan panic attack.
"Hey, kau baik-baik saja?" tanya Arthur yang melihat Amanda mulai berkeringat dingin.
"Saya mau ke toilet Tuan," jawab Amanda karena dia membutuhkan toilet saat ini.
Arthur tidak menjawab apa pun, tapi dia langsung membawa Amanda pergi meninggalkan keramaian menuju toilet. Saat mereka sampai di toilet Arthur langsung membiarkan Amanda masuk ke dalam seperti apa yang kita butuhkan dan dia menunggu di luar.
Tak lama setelah Amanda masuk ke dalam, ponselnya berdiri dan itu panggilan masuk dari Roy.
Merasa bahwa Amanda masih lama di dalam toilet Arthur memilih untuk menjawab panggilan telepon dari Roy lebih dulu, karena dia tahu bahwa apa yang akan kau sampaikan itu pasti berita penting. Dia sedikit menjauh dari toilet untuk bicara dengan Roy, tanpa dia ketahui bahwa saat ini Amanda sedang berada di dalam bahaya.
Brugh...
Amanda menabrak seseorang saat dia baru saja keluar dari toilet. Betapa kagetnya Amanda saat ada seorang pria yang langsung merangkul pinggulnya dan menatap wajahnya dengan senyuman licik.
"Hello *****,"
Deg!
Jantung Amanda seperti berhenti berhak ketika ada seseorang yang memanggilnya dengan kata-kata kotor seperti itu. *****, itu begitu menyakitkan untuknya hingga membuat Amanda langsung mendorong tubuh pria itu begitu saja.
"Maaf, saya tidak mengenal anda!" jelas Amanda yang ingin keluar dari kamar mandi yang meninggalkan pria itu, namun dengan cepat pula pria itu menarik tangannya.
"Lepaskan saya," pinta Amanda karena dia merasa tidak nyaman dengan perlakuan pria itu padanya.
"Mau kemana babe? Kau sudah lama tidak terlihat Arinda."
Sudah Amanda juga bawa pria ini pasti mengalah kakak kembarnya dan semuanya terbukti bahwa ini semua ulah dari Arinda.
"Maaf, aku bukan Arinda!"
"Bagaimana bisakah bukan Arinda sementara wajahmu sangat mirip dengannya." jelas pria tersebut pada Amanda.
"Lepaskan aku sebelum aku berteriak!" ancam Amanda karena dia merasa bahwa pris ini mulai kurang ajar dengannya. Bahkan pria itu hendak memegang pipinya, Namun langsung mendapatkan sebuah pukulan dari Arthur.
Bugh...
"Bajingan!" umpat Arthur ketika Lenco ingin menyentuh Amanda.
Melihat Arthur yang terlihat mengerikan seperti itu membuat Amanda merasa ketakutan pula. Dia masih ingat bahwa Arthur baru saja terluka, tapi bagaimana bisa memukul sekeras itu?
"Tuan," panggil Amanda pada Arthur yang terlihat menyeramkan sekali.
Melihat anak buahnya sudah datang membuat mereka langsung membawa Amanda pergi karena mereka semua sudah mengerti apa yang harus mereka lakukan.
"Bawa dia pergi!" titah Arthur pada anak buahnya yang langsung membawa Amanda walau Amanda tidak ingin pergi meninggalkan Arthur sendirian di sana.
Setelah Amanda pergi, Arthur baru bicara dengan Lenco.
"Sudah lama tidak bertemu bung," sapa Lenco walau sudut bibirnya berdarah karena hantaman keras dari Arthur.
"Jangan pernah mencampuri urusan ku jika tidak ingin aku menghabisi mu Lenco! Kau pernah ku ampuni sekali, bukan berarti kali ini kau bisa ku ampuni lagi. Aku tidak akan tinggal diam untuk itu!"
***