NovelToon NovelToon
Rush Wedding

Rush Wedding

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Anak Yatim Piatu / Pernikahan Kilat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:20.4k
Nilai: 5
Nama Author: Muffin

Sebuah kecelakaan beruntun merenggut nyawa Erna dan membuat Dimas terbaring lemah di ruang ICU. Di detik-detik terakhir hidupnya, Dimas hanya sempat berpesan: "Tolong jaga putri saya..." Reza Naradipta, yang dihantui rasa bersalah karena terlibat dalam tragedi itu, bertekad menebus dosanya dengan cara yang tak terduga-menjodohkan Tessa, putri semata wayang Dimas, dengan putra sulungnya, Rajata. Namun Rajata menolak. Hatinya sudah dimiliki Liora, perempuan yang ia cintai sepenuh jiwa. Tapi ketika penyakit jantung Reza kambuh akibat penolakannya, Rajata tak punya pilihan selain menyerah pada perjodohan itu. Tessa pun terperangkap dalam pernikahan yang tak pernah ia inginkan. Ia hanya ingin hidup tenang, tanpa harus menjadi beban orang lain. Namun takdir justru menjerat mereka dalam ikatan yang penuh luka. Bisakah Tesha bertahan di antara dinginnya penolakan? Dan mungkinkah kebencian perlahan berubah menjadi cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muffin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Istri sang Kapten

Pagi itu, Tessa datang ke kampus sedikit terlambat. Rajata sejak pagi sudah membuatnya kelimpungan.

Sejak pertama kali ia memasakkan sarapan untuk laki-laki itu, Rajata jadi ketagihan. Hampir setiap pagi kini ia merengek minta dimasakkan lagi. Dan kalau Tessa menolak, laki-laki itu akan mengeluarkan jurus andalannya—

"Istri itu harus nurut sama suami."

Klasik.

Setibanya di gedung fakultas, Tessa merasa ada yang aneh. Langkahnya terhenti sejenak saat menyadari banyak pasang mata yang menoleh ke arahnya.

Kenapa semua orang ngelihatin gue, sih? pikirnya.

Tapi Tessa memilih cuek dan terus berjalan seperti biasa. Mungkin gara-gara kemarin di tribun—waktu dia membopong Rajata—jadi bahan omongan.

Begitu Tessa melangkah masuk ke dalam kelas, suasana yang biasanya ramai mendadak menjadi hening. Pandangan sinis langsung menghujani dari segala arah. Beberapa menyunggingkan senyum mengejek, yang lain memilih melengos tanpa sapa.

Bahkan dua temannya, Raisa dan Diana, ikut melengos seolah tak mengenalnya.

Tadi di parkiran, Tessa sempat melihat Putri. Ia sudah bersiap menyapa, tapi belum sempat bibirnya terbuka, Putri malah buru-buru melengos dan pergi begitu saja—tanpa sepatah kata pun.

Tessa mengerutkan dahi, bingung.

Ini bukan April Mop, kan? batinnya.

"Sorry, Sa. Kemarin gue ninggalin kalian di tribun," ucap Tessa sambil melempar pandang ke arah Raisa yang duduk lebih dekat. Diana sendiri berada di sampingnya Raisa.

Namun tak ada tanggapan. Keduanya diam, bahkan tak menoleh.

Dan yang paling mengejutkan—Juna. Biasanya cowok itu selalu datang dengan senyum hangat dan sapaan ringan. Tapi hari ini, dia hanya lewat begitu saja. Diam. Tanpa sapa. Tanpa senyum.

Tessa semakin bingung.

Ada apa, sih? Kenapa semuanya jadi berubah begini? Apa ini semacam prank?

Ia buru-buru mengingat-ingat tanggal.

Masih Juli. Sedangkan ulang tahunnya Agustus.

Belum sempat ia bertanya pada siapa pun, pintu kelas terbuka dan suara khas Pak Irwan terdengar.

“Selamat pagi,” sapa dosen seni lukis mereka—lelaki paruh baya yang masih terlihat gagah dengan gaya khas senimannya.

“Pagi, Pak,” jawab seluruh kelas kompak.

“Kita lanjutkan lukisan yang tempo hari, ya,” ujarnya sambil meletakkan tas di meja depan.

Tessa pun mengurungkan niat bertanya. Mungkin nanti, setelah kelas selesai. Tapi perasaan tak enak di hatinya tak bisa diabaikan begitu saja.

10:00 WIB

Kelas Pak Irwan baru saja usai. Suara kursi bergeser dan barang-barang yang dibereskan mengisi ruangan. Tessa masih sibuk merapikan peralatan melukisnya, sesekali melirik ke arah Raisa dan Diana yang sejak tadi belum mengeluarkan sepatah kata pun.

Mereka bahkan sudah bersiap pergi. Kalau Tessa tidak menahan mereka, mungkin keduanya sudah lebih dulu meninggalkannya.

“Sa, Di... Lo pada kenapa, sih?” suara Tessa terdengar pelan, tapi jelas. “Kenapa diem aja dari tadi? Gue nggak ngerti, sumpah.”

Dia sudah tak mau lagi basa-basi. Semua ini terasa terlalu aneh.

Raisa menghentikan langkahnya, lalu menoleh dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Antara marah, kecewa, dan jijik.

“Lo pikir aja sendiri, Tess. Gue males ngomong sama orang munafik.”

Tessa mengerutkan kening. “Munafik? Maksud lo apa?”

“Lo anggap kita ini apa sih?” Raisa menunjuk dirinya sendiri dan Diana. “Lo emang seputus asa itu sampai jual diri?”

Darah Tessa serasa berhenti mengalir. Matanya membelalak, menatap Raisa tak percaya.

“Jual diri...?”

“Apa gue harus sebut lebih jelas?” Raisa mendengus, lalu melirik ke arah perut Tessa seolah menekankan sesuatu. “Gue kecewa sama lo.”

Setelah itu, tanpa menunggu reaksi, Raisa pergi meninggalkan kelas.

Ruangan itu kini hanya tersisa beberapa mahasiswa yang pura-pura sibuk—termasuk Diana, Juna, dan beberapa lainnya. Tapi Tessa tahu… mereka memperlambat gerak hanya untuk satu alasan: menyaksikan drama ini sampai habis.

Tessa menoleh cepat ke arah Diana, satu-satunya orang yang masih berdiri di dekatnya.

“Di… ini maksudnya apa, sih?” suaranya bergetar. “Gue nggak ngerti. Siapa yang munafik? Siapa yang jual diri?”

Diana menatap Tessa lekat-lekat. Ada rasa iba di sana, tapi jelas, rasa kecewa jauh lebih mendominasi. Ia tidak menjawab langsung. Hanya diam sejenak, sebelum akhirnya berkata pelan namun menusuk—

“Gue harap lo bisa jadi ibu yang baik, Tess.”

Setelah itu, Diana pun pergi, menyusul Raisa.

Tessa tercekat di tempat. Kata-kata Diana terngiang di kepalanya. Ibu? Apa maksudnya?

Matanya lalu bergerak mencari satu-satunya orang yang mungkin masih bisa memberinya penjelasan. Juna.

“Jun—”

Baru saja ia mencoba menahan lengan Juna, laki-laki itu dengan cepat menepis tangannya.

Tanpa sepatah kata pun, Juna pergi meninggalkannya.

Kini, hanya Tessa dan beberapa mahasiswa lain yang tersisa di kelas. Beberapa pura-pura berkemas, tapi jelas mereka sengaja memperlambat gerakan. Menonton.

Salah satu dari mereka menyeringai dan melontarkan sindiran tajam.

“Gila ya… gue kira yang mukanya polos itu lugu. Eh, ternyata suhu juga. Hebat sih, sampai ada ‘hasilnya’.”

Tessa menoleh cepat, keningnya mengernyit tajam.

Sumpah, demi apa pun… gue nggak ngerti maksud mereka apa.

Tanpa pikir panjang, ia merapikan alat lukisnya dengan gerakan terburu-buru, lalu bergegas keluar kelas. Ia harus tahu. Ia harus cari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Biasanya setelah pelajaran selesai. Mereka pasti menuju ke kantin, jadi Tessa memutuskan langsung ke kantin mencari teman-temanya.

Dalam perjalanan menuju kantin, langkah Tessa terhenti saat mendengar suara beberapa orang dari ujung lorong—tepat di belokan menuju tangga.

Samar-samar telinganya menangkap jelas saat nama dirinya dan Rajata disebut.

“Ih, pantesan ya… kemarin Rajata sampai bela-belain datang ke sini. Ternyata memang ada hubungan mereka.”

“Ngakunya saudara, padahal jelas-jelas main belakang. Nyesel banget gue pernah ngajak Tessa nongkrong bareng. Biar bisa deket sama Rajata.”

“Gue kira Rajata ninggalin Liora buat cewek yang lebih baik. Eh, ternyata dapet yang murahan. Hamil pula.”

“Iya, parah banget.”

Suara mereka semakin pelan… lalu menghilang. Orang-orang itu sudah pergi.

Tessa masih berdiri mematung di tempat. Napasnya tercekat. Ia menggigit bibir bawah, berusaha menahan gejolak di dadanya.

Tanpa sadar, pandangannya terarah ke dinding sebelah kiri—dan di sanalah ia melihatnya.

Beberapa lembar kertas tertempel seenaknya.

Sebuah foto dirinya, berdiri di depan ruang SPOG—ruang dokter spesialis kandungan.

Tessa mengernyit. Sejak kapan gue ke ruangan itu?

Ia mencoba mengingat dengan keras, tapi yang dia tahu, saat di rumah sakit tempo hari, dirinya hanya berada di UGD, lalu sebentar ke bagian administrasi sebelum pulang bersama Rajata.

Namun, yang terpampang di sana tak bisa dibantah. Foto itu ada. Wajahnya jelas. Meskipun samar dan tampak diambil dari kejauhan, itu tetap dirinya.

Dan yang lebih menghantam adalah tulisan besar di bawah foto tersebut:

TESSA ALODIA KAMANI

Mahasiswi Seni Semester 4

HAMIL ANAK KAPTEN BASKET CAKRAWALA

Tangannya bergetar. Ia nyaris tidak bisa berdiri tegak. Semua ini… fitnah kejam yang entah dari mana datangnya.

Matanya mulai memanas, tapi ia tidak mau menangis di sana. Tidak di tengah lorong kampus. Tidak ditengah benerapa tatap mata yang mulai memandang nya rendah.

Kini semuanya masuk akal. Tatapan dingin teman-temannya. Juna yang tak bicara. Diana, Raisa dan Putri yang kecewa.

Semua bersumber dari satu hal—foto dan narasi busuk yang tersebar entah oleh siapa.

Tessa menggigit bibirnya, menahan gemetar.

Siapa yang lakuin ini ke gue?

Siapa yang tega?

"Jahat banget sih sama anak yatim piatu!!! Nggak takut kualat apa ya?"

"Udah mulai kebaca ya siapa dalangnya… Cus, tandain orangnya dari sekarang. Biar nanti Rajata yang ngasih pelajaran!"

💬 Jangan lupa like dan komen yaa guyysss, biar aku makin semangat lanjutinnya!

1
Aulia
/Sob//Sob//Sob/
Sarifah Aini
Tessa udah kayak ninja dapur, sabar banget hadapi tatapan sinis tiap pagi 😅🍳
🔥Cherry_15❄️
Rajata cuma mikirin kamu, Tessa... coba deh kamu mendekat dan dengar dia ngomong apa sama Liora, pasti paham. 🥺
IG : @dadan_kusuma89
Jenny, kamu sebaiknya sama mas Gaman julang aja! Abangmu Rajata sudah beristri, nggak usah ngarep lagi!
Afriyeni Official
hhh,, carisaa menyebalkan sekali
Afriyeni Official
Akhirnya mau mengakui /Sleep/
Rezqhi Amalia
dih ada kompor meletup rupanya
Muffin: Kwkkww gas lpg meledak 😁✌🏻
total 1 replies
Rezqhi Amalia
Rajata cemburu 🤣🤣
Muffin: Iyaa kayaknya gitui. Mulai cemburu dia kwkw
total 1 replies
Teti Hayati
Herman apa Hendra.. dua orang berbeda kah.. ??
Muffin: Herman kak mubgkin ada salah ketik hehe 🙏🏻🙏🏻
Muffin: Herman kak 🙏🏻🙏🏻
total 2 replies
Muffin
Lah itu yang dibilang rajata, lain kali pilih lawan yg sepadan kekw
drpiupou
kak mana secene tentang sih rusuh di grup?
drpiupou
beda kata namu SATU makna Liora End/Smile//Tongue/
Muffin: Iyakan double double pokok myaa
total 1 replies
drpiupou
nah mampus kan lu
drpiupou
nah kan, ih kesel aku
Muffin: Author bikinnya juga lagi kesel kwkw
total 1 replies
drpiupou
wah fitnah yang dinikmati bersama roby/Chuckle/
Muffin: HAHHAHA fitnah yang enak jatuhnya yaa
total 1 replies
drpiupou
wkwkwk mampus lo
drpiupou
hahaha lol. pake nanya. yah murahan itu loh. 1000 tapi dapet komplit
Muffin: Murah bangeeeet 1000 special pake telor pake susu 🤣
total 1 replies
drpiupou
pembukaan yang sangat sangat mewakili diriku/Joyful/
Nur Yuliastuti
hayuuk thoor gaskeen
Muffin: Siaaap staytuned yaaa lahi mikirin enaknya diapain liora kedepannya wehehe
total 1 replies
Nur Yuliastuti
ahh Tibraa, ahhayy
Nur Yuliastuti: biarkan yg muda sj weh ya kl yg tua begini sdh merepotkan kasian itu yg nyulik hrs sedia banyak minyak angin 😅
Muffin: Mau juga nggak diculik tibra? Xixi
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!