"Dulu semuanya sangat baik! Tapi semuanya kini berubah saat perusahaanku bangkrut dan Aku selalu salah dimata mereka. Suami pun tidak pernah peka denganku dan membiarkan keluarganya berwenang menyakitiku."
Bagaimana nasib Revi? Akankah Revi kuat menjalani rumah tangganya bersama Chiko? Dan bagaimana caranya menghadapi Ibu mertua yang kejam suka memperlakukan dirinya seperti pembantu?
#Yuk simak cerita hanya ada disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pipihpermatasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Makan malam
Chiko dan Bella pun kini sudah berada di meja makan. Pria itu langsung menatap sang istri yang kini hanya diam saja tanpa berbicara satu kata pun.
"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya pria itu pada sang istri.
"Iya, aku baik-baik aja, kok," jawab Revi.
"Loh, emangnya kenapa dia? Apakah dia sakit?" tanya Bella menatap Chiko.
"Enggak katanya. Cuma enggak seperti biasa saja, suka banyak bicara," jawab Chiko.
Wanita paruh baya datang bersama sang cucu. Mereka langsung duduk di meja makan tersebut. Rangga menatap sang Ibu, kemudian tersenyum.
"Apakah kamu lapar, Nak?" tanya Revi pada putranya.
"Tentu saja, Rangga sangat lapar, Bu. Makanya aku kesini," jawab anak kecil itu.
"Baiklah, Ibu akan mengambilnya untukmu." Revi mengambil piring serta memasukan nasi beserta lauk pauknya.
"Makan yang kenyang, Sayang." Revi tersenyum pada putranya.
Anak kecil itu hanya menganggukankepalanya.Lalu, langsung memakan makanan tersebut.
Benar-benar tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana tidak, Bella memberikan sepiring nasi serta menunya pada Chiko. Cemburu? Pasti, iya, dan ada hal yang membuatnya sakit hati yaitu dia tidak menghargai dirinya sebagai istri sah.
"Ini makanan untukmu," ucap Bella sambil memberikan sepiring nasi.
"Makasih, Bella." Chiko tersenyum.
"Heem."
Wanita paruh baya itu tersenyum saat melihat Bella begitu perhatian kepada putranya. Lalu, menatap sinis menantunya dan merasa senang telah membuat wanita itu cemburu.
"Ayo, kita makan mumpung masih hangat," ajak Bu Sani.
Mereka pun kini memulai makannya dan sangat menikmatinya. Berbeda dengan Revi, wanita itu menguyah pelan makannya dan merasa tidak berselera untuk makan.
"Makanannya enak banget," ucap Ranga.
"Siapa dulu yang masak? Tante Bella gitu, loh," puji Bu Sani.
Chiko langsung menatap sahabatnya, dan benar-benar tidak menyangka kalau dia mau memasak demi keluarganya.
"Benarkah, kamu yang masak semua ini?" tanya Chiko menatap Bella.
"Iya." Wanita itu menganggukan kepalanya.
"Tentu saja dia yang masak. Nunggu istrimu lama sekali! Kalo enggak mau masak, bilang aja enggak usah nge-les," sindir Bu Sani.
"Itu enggak benar, aku ketiduran hingga, Bu. Kalo enggak percaya tanya aja sama Mas Chiko," ucap Revi menatap mertuanya.
"Lagian, Ibu ada-ada aja kalo bicara. Apa yang dikatakan oleh Revi benar, dia ketiduran," jelas Chiko.
Bu Sani langsung menatap tidak suka menantunya, kemudian memutarkan matanya dengan malas.
"Selalu saja membela dia," gerutu wanita paruh baya itu.
Chiko hanya menghela napasnya dengan kasar. Lagian, yang dikatakannya memang benar kalau sang istri ketiduran. Pria berhidung mancung itu tersenyum pada sang istri, dan Revi membalas senyumannya.
"Hallo, selamat malam semua," sapa Wita menghampiri mereka.
"Malam juga, Nak. Udah pulang ternyata? Gimana acaranya rame?" tanya wanita paruh baya pada putrinya.
"Tentu saja sangat rame, Bu."
Wita menatap wanita yang kini ada disamping sang Kakak. Dia merasa senang bisa bertemu dengan sahabat Kakaknya waktu kecil itu.
"Kak Bella?" Wita langsung berjalan menghampiri wanita itu.
"Apa kabar, Wita?" tanya wanita cantik itu sambil tersenyum.
"Baik, kok, Kak. Udah lama kita enggak jumpa. Semakin cantik aja Kakak ini," puji Wita.
"Bisa saja kalo bicara. Enggak berubah ya dari dulu," ucap Bella.
"Emangnya spiderman yang bisa berubah diri? Aku manusia bisa, kok," canda Wita.
Mereka pun tertawa terbahak-bahak saat mendengar perkataan Wita.
"Tau enggak, selain cantik. Dia juga pengusaha sukses, Nak," puji Bu Sani tersenyum pada Bella.
"Oya, serius?" tanya Wita ingin menyakinkan.
"Heem." Wanita paruh baya itu menganggukan kepalanya.
Wita pun tersenyum menyeringai. Dia bergelayut manja pada Bella. Sang kakak hanya mengelengkan kepala melihat tingkah sang adik.
"Oya, Kak. Bolehkah aku berkerja diperusahaan kakak?" tanya Wita dengan penuh harapan.
"Emm ... tentu aja boleh, kok," jawab Bella.
"Serius, aku boleh kerja di perusahaan, Kakak?" Wita merasa tidak yakin kalo wanita yang kini ada disampingnya membolehkan dirinya bekerja.
"Iya. Kebetulan dua hari yang lalu, orang yang berkerja sebagai sekretaris mengundurkan diri, dan kamu bisa mengantikan dia," ucap Bella.
Wita merasa sangat senang mendengarkannya. Apalagi, wanita itu akan menjadikan dirinya sebagai sekretaris. Wita langsung memeluk Bella.
"Makasih, udah mau memperkejakan aku di perusahaan, Kakak." Bella mempererat pelukannya merasa sangat bahagia.
Wanita cantik itu pun menguraikan pelukannya. Lalu, tersenyum pada Wita.
"Mulai besok, kamu bisa langsung kerja," ucap Bella.
"Baik, Kak." Wita tersenyum.
Wanita paruh baya yang dari tadi mendengar percakapan mereka, ikut bahagia dan bersyukur sang putri bisa bekerja di perusahaannya.
"Ya udah, ayo, kita lanjut lagi makan. Gara-gara kamu, jadi dia makannya harus tertunda," gerutu Bu Sani.
"Maaf, Bu! Ya udah, ayo, makan. Aku juga sama lapar," ucap Wita.
Mereka pun kini sedang menikmati makan malamnya tanpa ada yang berbicara satu orang pun.
#Saat semuanya sudah selesai, Revi pun memilih untuk pergi ke kamarnya. Namun, sang suami meminta agar istrinya diam disana.
"Jangan pergi dulu, aku ingin bicara sama sama kamu," kata Chiko.
"Iya, ada apa, Mas?" tanya Revi duduk kembali di meja makannya.
"Aku ingin mengatakan sama kamu kalo besok akan pergi keluar negeri," jawab pria itu.
"Enggak apa-apa 'kan, aku tinggal kamu sendirian disini?" lanjutnya.
"Iya, enggak apa-apa, kok, Mas. Lagian, aku enggak sendiri disana. Ada Ibu, Wita dan si ganteng Rangga," ucap Revi tersenyum.
"Lagian 'kan, kamu disana kerja bukan main," lanjutnya.
"Tentu aja, aku disana kerja. Ya udah, ayo, kita pergi ke kamar," ajak Chiko pada putranya.
"Baik, Ayah." Anak kecil itu langsung turun dari tempat makannya.
"Loh, napa pada mau ke kamar? Disini ada Bella, loh," pungkas Bu Sani menatap putranya.
Chiko hanya mengelengkan kepala mendengar ucapan sang Ibu. Emangnya apa hubungannya dengan dia. Lagian, pria itu sengaja ingin mengajak putranya main di dalam kamar. Biar, ingat nanti bila dia pergi kerja ke luar negeri.
"Sudahlah, Bu. 'Kan, ada Ibu sama Wita. Oya, enggak apa-apakan aku tinggal?" tanya Chiko menatap putranya.
"Iya, enggak apa-apa, kok."
Chiko serta Rangga segera pergi ke kamar. Akan tetapi, tidak dengan Revi. Dia disuruh untuk membereskan meja makan, serta mencuci piring yang kotor. Wanita itu tidak merasa keberatan karena setiap hari dia selalu melakukannya.
"Oya, terima kasih tasnya, Kak. Aku sangat menyukainya," ucap Wita tersenyum.
"Nah, gitu dong, jadi kakak ipar harus baik jangan pelit sama adiknya." Bu Sani menatap menantunya.
"Ayo, kita pergi dari sini, Kak," ajak Wita kepada Bella.
Wanita itu hanya menganggukan kepalanya. Lalu, menatap sinis Revi dan sangat senang melihat dia begitu menderita. Mereka pun segera pergi meninggalkan Revi sendirian.
'Sabar ya, Revi. Aku yakin, kamu mampu menghadapi semua ini. Tuhan enggak mungkin memberi cobaan diluar kemampuan hambanya.' gumamnya.
Wanita cantik itu mencoba menyemangati dirinya sendiri. Lalu dengan segera pergi menuju dapur untuk mencuci piring.
kalau suami selalu nurut kata orang tua nya,enak kalu orang tua nya ngomong dan ngajari hal yg benar
mertua repi pun juga bisa menjadi orang ke 3,,,kalau ikut campur terus...mertua kayak gitu hanya buat rumahtangga kagak harmonis