Dituduh mencelakai sang kakak, Shani di usir dan dihabisi oleh orang yang tidak menyukainya.
Datang kembali membawa dendam setelah bertahun-tahun untuk menghabisi pengkhianat itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Gea sangat kesal karena rencananya gagal menculik Shani sampai-sampai Gea mengancam Fathar lewat telpon karena sudah gagal.
Drrt ...
Drrt ...
“Anak buah lo gimana sih! ko bisa gagal, dia masih bisa sekolah tuh gak becus banget sih anak buah lo ...! akhhh .... Shani sekarang ada disekolah pokoknya gue gak mau tahu! kalau setelah pulang sekolah ini gagal perjanjian kita batal.“
Gea langsung menutup telponnya dan keluar dari toilet tapi Gea tidak tahu kalau Shani tadi mendengarkan dari teoilet samping.
Shani menyunggingkan senyumnya.
"Ouh jadi lo pelakunya heh ok kalo gitu lo tunggu gilirannya," kata Shani dengan mata devilnya.
Tiba-tiba ponsel Shani berbunyi pesan dari Arga dan isi pesan itu.
”Queen, Ken sekarang bekerja di perusahaan Arizaya.” Send Arga.
Shani hanya tersenyum lalu membalas pesan itu.
”Teror dia sampai frustasi,” balas Shani.
”Baik Queen, eee yang tadi pagi mereka sudah mau mengatakan siapa pelakunya Queen dan mereka juga mengaku dari Blackfuma.”
”Blackfuma,” ulang Shani mengirim pesan lagi.
”Iya Queen Black fuma.”
Shani mulai menerka kalau Gea ada hubungannya dengan Blackfuma.
”Apa mereka kasih tahu siapa yang kasih misi ini.”
”Mereka sih bilangnya langsung dari King.”
”Oh ok, gini aja kak tanya ke mereka siapa nama King Blackfuma.”
”Oh ok nanti kakak tanyain yahh.”
”Ok itu kita bagi dulu anggotanya sebagian untuk teror Ken dan istrinya, sebagian lagi cari informasi tentang Blackfuma mafia macam apa mereka kalau tidak sesuai dengan ekspetasi kita langsung habisi.”
”Baiklah.”
”Ekhem ... ya sudah aku lanjut sekolah dulu nanti malam aku ke markas mau lihat anggota latihan.”
Shani langsung menutup ponselnya dan keluar karena tidak mau lama-lama di toilet.
Shani kembali berpapasan dengan The Boys dan kali ini Aevan langsung menyapa Shani.
"Baru sekolah lo," sapa Aevan.
Shani melirik sekilas dan tidak menjawab perkataan Aevan, mungkin Aevan malu dibuat Shani.
Bima menahan tawanya karena dicueki Shani bahkan tuh cewe sampai sekarang masih menyendiri.
"Bahahaha ... sabar ya cuy belum rezeki lo," ledek Bima.
"Diem lo, setan!" maki Aevan.
Boy hanya diam dan langsung melerai keduanya.
"Sudahlah ayo kita balik ke kelas Shani juga kayaknya mau balik ke kelas tuh," sambung Boy.
Mendengar itu Aevan langsung bergegas ke kelas tanpa memperdulikan Boy dan Bima.
"Hahah ... noh temen lo dah kek bajaj denger nama Shani, pede bener kek diterima aja! Shani itu beda dari cewek lain gak semudah itu." Bima berujar.
"Udah Bim kita doain aja yahh," sahut Boy.
"Ah elu ... ya sudah kita ke kelas yuk," ajak Bima.
"Ok."
Dalam kelas sebelahnya Sifa kembali jadi bahan bullyan teman sekelasnya karena memiliki sepatu jelek.
Angel menyiram sepatu Sifa.
"Kenapa kalian siram sepatu gue," kata Sifa sambil menyeka air matanya.
"Karena sepatu lo itu kotor gak pantes dikelas ini dan harus dicuci dulu baik, kan kita." Sahut murid dengan dandanan menornya.
"Eh Angel Sifa itu temenan loh sama Shani nanti lo di hajar lagi sama Shani gimana?" tegur murid lain.
"Halahhh gue gak takut sama Shani siapa tuh gue gak takut," kata Angel dengan sombongnya.
Salah satu murid langsung keluar diam-diam dan ke kelas Shani.
"Shani, Shani itu temen lo Si Sifa dibully lagi dikelasnya." Murid tadi mengadu pada Shani.
Shani hanya diam sejenak tanpa ekspresi lalu dengan cepat beranjak membuat yang lain terkejut dan jantungan.
"Uluh-uluh Neng Shani teh suka pisan bikin orang kaget ey," kata murid Sunda.
Aevan yang melihat Shani keluar juga mengikuti Shani khawatir Shani kenapa-napa.
"Tungguin gue anjir," kata Boy juga ngekor dibelakang Aevan dan di ikuti Bima juga.
Saat Angel menampar wajah Sifa Shani masuk dan langsung menjambak rambut Angel.
"O o o gue cuma ingin menjambak setan dan ingin membawanya ke neraka," kata Shani yang masih menjambak Angel.
Semua murid yang melihat langsung ketakutan karena Shani sangat bengis.
"Lepasin gue sialan," kata Angel yang sudah merasakan sakit dibagian kepalanya akibat rambutnya di jambak.
"Lo mau minta dilepas boleh ko, bersihkan dulu sepatunya Sifa kalau enggak gue bakalan bikin lo dari sekolah gimana."
Angel terdiam dengan ancaman Shani tapi dia juga gengsi menjemurkan sepatu butut milik Sifa.
"Berisik lo anjing, emang lo siapa hah siapa lo? pokoknya gue gak mau jemurin sepatu butut itu."
Shani tersenyum miring.
"Baiklah, ayo Sifa kita bersihkan sepatu lo." Shani langsung menarik tangan Sifa keluar dan membawanya ke kamar mandi.
"Shani lo gak perlu kaya tadi," kata Sifa.
"Udah lo diem dan tunggu disini gue keluar sebentar jangan kemana-mana yahh?"
"Iya."
Shani langsung ke parkiran motornya dan membuka jok motor.
"Untung gue selalu bawa sepatu cadangan," gumam Shani lalu kembali ke kamar mandi.
Sifa menolak pemberian Shani karena itu terlalu mahal.
"Gue gak bisa terima karena itu sepatu mahal banget Shan," tolak Sifa.
"Udah pake aja gak ada acara nolak-nolakan cepetan!" tegas Shani.
Melihat Shani sudah mode tegas Sifa langsung memakai sepatu mahal itu.
"Good itu cocok buat lo ya udah kita keluar," kata Shani lagi.
"Ya sudah mau ikut gak, gue ke mau ke perpus nih biar makin pinter sekalian pinjam buku buat baca-baca dipanti." Sifa berujar.
"Boleh, ayo."
Saat keluar mereka berdua melihat Bu Sita sedang mencari sesuatu dibak sampah.
Sifa langsung menghampiri Bu Sita dan Shani hanya mengikuti dari belakang.
"Ibu lagi ngapain?" tanya Sifa.
"Eh Sifa ini Ibu lagi nyari kalungnya Ibu," sahut Sita.
"Kalung? ko carinya di tempat sampah," kata Sifa lagi.
Sita hanya tersenyum tipis dan seperti sedih gitu ternyata raut muka dan tatapan nata Bu Sita bisa dilihat Shani kalau Bu Sita lagi sangat sedih.
"Itu kalung sangat berharga gak bisa digantikan sama apapun," kata Bu Sita.
"Bentuknya bagaimana?" tanya Shani.
"Bentuknya ada bentuk hatinya terus dalam hatinya itu ada foto keluarga," sahut Bu Sita.
"Biar saya bantu," kata Shani kemudian mengobrak-abrik bak sampah itu.
"Sifa juga mau bantu Bu," tambah Sifa.
"Terima kasih ya," sahut Bu Sita terharu.
Hampir lima menit mereka bertiga mencari nampak belum ketemu juga.
Aevan yang lewat disitu langsung bertanya pada Bu Sita.
"Ibu cari apa sama yang lainnya ko ngaruk-ngaruk sampah gitu?" tanya Aevan.
"Cari kalung Van," sahut Bu Sita.
Melihat Shani yang membantu, Aevan ingin membantu juga.
"Biar Aevan bantu ya Bu," kata Aevan.
"Jangan Van gak enak sama kepala sekolah dan keluargamu! Ibu juga gak enak sama guru-guru lain." Sita melarang Aevan membantunya.
"Kenapa Bu?" bingung Aevan.
"Lo gak sadar ya Van, kan lo itu anak pemilik sekolah! apa kata orang nanti anak sultan kayak lo ngaruk-ngaruk sampah, yang ada nanti kami yang disalahin lo kan anak manja." Entah keberanian dari mana Sifa menyahut Aevan seperti.
"Lo ..." tunjuk Aevan pada Sifa.
Shani langsung menepis tangan Aevan untuk tidak menunjuk orang.
"Lo dirumah di ajarin sopan santun gak buat gak nunjuk orang! untung Sifa yang lo tunjuk coba kalau gue, dah buntung tuh tangan." Kata Shani dengan datar.
"Lo tuh kenapa sih gak pernah senyum sakit gigi yahh, gue lihat muka lo tuh datar kaya triplek! senyum kek biar cantikan dikit. Sensian banget sama gue, perasaan gue gak pernah deh ganggu lo." Aevan menjawab Shani sedikit kesal.
"Heh, gue gak perlu senyum karena gue dah cantik ngerti!" kata Shani lebih dingin dan itu membuat Ibu Sita tidak nyaman dan menyuruh Aevan untuk segera pergi.
"Sudah, sudah Aevan. Van sebaiknya kamu pergi yah Ibu gak mau nanti yang lainnya menganggap Ibu suruh kamu mungut sampah, ini demi kebaikan bersama yahh."
"Akhhh ... kalian semua menyebalkan," kata Aevan sambil pergi.
"Jangan lupa bawa bekingan yahh gue tunggu," kata Shani lagi.
"Shani udah," tegur Bu Sita.
Sifa dari tadi lanjut mencari kalung itu saat Shani dan Bu Sita lagi ngomong sama Aevan tapi entah keberuntungan darimana Sifa menemukan kalung itu.
"Ye ... Bu Sita ini kan kalungnya," kata Sifa memperlihatkan kalung itu.
"Kalungnya," sahut Bu Sita mau menangis seraya mengambil kalung itu dan mengusapnya dengan tisu lalu menciumnya berkali-kali.
Shani dan Sifa yang melihat itu jadi heran dan bertanya-tanya.
"Itu kalungnya pasti berharga banget yah Bu," kata Sifa.
"Iya Fa, ini kalung berharga banget karena kalung ini adalah kalung kenangan Ibu bersama keluarga kecil Ibu," sahut Bu Sita sambil terus mencium kalung itu.
Shani menuntun Bu Sita untuk duduk.
"Duduk dulu Bu," kata Shani lalu menarik Bu Sita ke arah kursi yang berjejer.
Sita terus memandang kalung itu.
"Syukurlah ketemu kalung ini penyemangat Ibu untuk melanjutkan hidup dan mengobati rasa rindu Ibu," kata Sita lagi.
Sifa hanya diam dan melihat kalung yang di pegang Bu Sita.
'Kayak familiar itu kalung,' batin Sifa.
Bu Sita langsung menyeka air matanya dan tersenyum pada Sifa.
"Makasih ya Sifa sudah mendapatkan kalung ini dan kamu juga Shani terima kasih," kata Bu Sita.
"Iya Bu sama-sama," sahut Sifa.
"Iya ... tapi kalau boleh saya tahu kenapa kalungnya bisa ada ditempat sampah?" tanya Shani.
Bu Sita langsung mengalihkan pembicaraan.
"Eeee anak-anak Ibu harus kembali ke kantor dulu yahh karena masih ada soal yang diperiksa terima kasih sudah bantu Ibu tadi, assalamu' alaikum." Bu Sita langsung pergi.
"Mencurigakan,' batin Shani.
"Ayo Shan," kata Sifa lagi.
"Emang kita mau kemana?" tanya Shani.
Sifa menepuk jidatnya sendiri.
"Astaga lo lupa yahh, kan katanya mau ke perpustakaan."
"Ouh iya, sorry gue lupa."
Akhirnya mereka berdua pergi ke perpustakaan.
***
💙DUKUNG KARYA INI DENGAN LIKE DAN KOMENTAR SERTA VOTE DAN FOLLOW AKUN AUTHOR YAH💙
semoga ada season 2 nya
dari awal sampek sini padahal Arga dan Dara yang selalu ada disisi Shani
untung aku nya mudeng sama alur ceritanya..