Di Ceraikan Suami, Di Nikahi Milliader

Hari libur menjadi hari yang di tunggu bagi siapa saja, termasuk Ghazi tentunya. Pagi-pagi sekali anak itu sudah bangun dan langsung mandi membuat Bibi Sum tersenyum karena tingkah menggemaskan Ghazi...

Bukan tanpa alasan Ghazi sudah rapih sepagi ini, beberapa hari yang lalu Arina menjanjikan akan mengajak Ghazi ke taman bermain. Tentunya anak itu akan sangat senang, semenjak pindah ke Indonesia Ghazi belum sempat berkeliling di karenakan sang Mommy sibuk bekerja.

"Mommy" panggil Ghazi setelah membuka kamar Arina.

Wanita yang baru saja mendapat panggilan itu seketika menoleh, ia menebar senyum saat melihat putra semata wayangnya sudah rapih.

"Aku sudah siap Mom" ucap Ghazi lagi.

"Tunggu sebentar, Mommy pakai Lipstik dulu" balas Arina.

Ghazi menganggukkan kepalanya, ia menuju ranjang dan duduk di pinggiran. Menatap sang Mommy yang sedang mengoleskan lipstik ke bibirnya.

"Sekarang Mommy juga sudah siap" Arina berdiri dan berjalan menuju Ghazi.

"Mommy cantik"

"Hehe, terima kasih anak ku sayang"

Satu kecupan Arina berikan di kening Ghazi, anak laki-lakinya itu selalu memuji dirinya ketika selesai berdandan, dan itu berhasil membuat Arina bahagia.

"Yuk berangkat !" ajak Arina.

"Ok"..

Keduanya keluar kamar, menuruni satu persatu anak tangga.

"Bi" panggil Arina

Bibi Sum sedikit berlari dan mendekati Arina.

"Ada apa Bu ?" tanya Bibi Sum.

"Jaga rumah ya Bi, tidak usah siapkan makan siang karena aku dan Ghazi makan di luar, bibi masak aja buat bibi sendiri"

"Baik Bu"

*

*

*

Taman bermain menjadi tujuan pertama Arina membawa Ghazi sebelum menjelajah tempat lain. Disana sudah banyak anak-anak bermain bersama kedua orang tua mereka. Hal yang menyakitkan buat Arina adalah saat melihat anak lain bermain bersama Ayahnya sementara Ghazi tidak pernah.

Saat hendak keluar dari mobil, ponsel Arina berbunyi membuat wanita itu menjawab panggilan sejenak yang ternyata dari Pandu.

"Halo, ada apa mas ?" tanya Arina setelah panggilan tersambung

"Aku mau ketemu sama kamu Rin, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan" jawab Pandu di seberang sana.

"Baiklah, aku di taman bermain sama Ghazi, kita ketemu saja disini"

"Ok"

Setelah panggilan terputus, Arina dan Ghazi menuruni mobil. Mata Ghazi berbinar saat melihat area taman bermain itu. Tanpa menunggu Arina ia langsung berlari di iringi tawa.

Arina membiarkan saja Ghazi bermain sesuka hatinya, ia pun mencari tempat duduk sehingga bisa memantau Ghazi saat bermain.

Karena terlalu asik bermain dan berlari, Ghazi tak sengaja menabrak seseorang pria tua.

"Sorry" ucap Ghazi sedikit takut.

"Tidak apa-apa nak" jawab pria tua itu.

Ghazi mendongakkan kepalanya, dan menatap wajah pria itu. Tatapan Ghazi membuat pria tua itu terkejut, detak jantungnya begitu kencang begitupun dengan sang istri yang berdiri di sisinya.

"Siapa namamu ?" tanya Dierja.

"Ghazi"

"Nama Ayah mu ?"

"Kata Mom, Zi tidak punya Ayah"

Dierja saling pandang dengan istrinya Luna, wajah Ghazi menurutnya sangat tak asing. Saat menatap wajah Ghazi mereka seperti tengah menatap putranya.

"Kenapa aku merasa kalau anak ini sangat mirip Arga". batin Mama Luna heran.

"Lalu dimana Mommy mu ?" tanya Dierja lagi, ia ingin tahu siapa wanita yang sudah melahirkan Ghazi.

Tak ingin menjawab, Ghazi langsung berlari ke arah Arina. Membuat Mama Luna dan Sang suami menatap perempuan yang menyambut kedatangan Ghazi.

Buru-buru Papa Dierja mengambil foto Arina, tapi wajahnya tidak bisa jelas di ambil di karenakan Arina tengah menunduk.

"Yuan" panggil Papa Dierja.

Laki-laki yang sejak tadi berdiri di belakang Papa Dierja langsung mendekat.

"Ada apa tuan ?" tanya Yuan.

"Tolong kau cari tau siapa wanita itu" Papa Dierja menunjuk ke arah dimana Arina berada. "Dan laporkan secepatnya padaku"

"Baik tuan" jawab Yuan

*

*

*

"Ada apa nak ?" tanya Arina

"Tidak apa-apa Mom, tadi Zi tidak sengaja menabrak orang"

"Benarkah ? lalu apa kau sudah minta maaf ?"

"Sudah Mom"

"Bagus, sekarang sana main lagi"

Ghazi kembali meninggalkan Arina, sementara Arina duduk dan menunggu kedatangan Pandu.

"Aku harap suatu hari nanti Ayah mu akan segera menemukanmu nak, dan dia minta maaf pada kita". batin Arina penuh harap.

Tidak berapa lama Pandu tiba, pria itu langsung duduk di sebelah Arina.

"Mana Zi ?" tanya Pandu.

"Disana, dia sedang bermain"

"Apa dia suka tempat ini ?"

"Sepertinya begitu"

Pandu menatap dimana Ghazi berada, ia sangat menginginkan suatu hari nanti memiliki anak selucu Ghazi.

"Anak mu lucu sekali" ucap Pandu

"Iya, aku bahkan tidak bisa meninggalkan dia lama-lama" Arina menoleh pada Pandu "Tadi katanya ada yang ingin kamu katakan ? apa itu ?" tanya Arina saat mengingat tujuan Pandu ingin bertemu dirinya.

"Nanti saja bahas itu, sekarang aku ingin menemui Zi dulu" jawab Pandu segera berdiri dari duduknya.

Tanpa menunggu lama Pandu segera mendekati Ghazi, anak itu saat melihat Pandu langsung mendekat, ia memeluk Pandu.

"Aku kira Om tidak kesini" ucap Ghazi.

"Tentu Om akan kesini, karena Om ingin menemani Zi bermain"

"Terima kasih om" mata Ghazi berbinar. "Lihat mereka om, mereka semua punya Daddy hanya Zi yang tidak" ucap Ghazi sedih.

Pandu mensejajarkan tubuhnya pada Ghazi, ia juga merasa sedih setelah mendengar ucapan anak itu.

"Kata Mom, aku tidak punya Daddy"

"Mommy salah sayang, Zi punya Daddy tapi sekarang Daddy Zi belum pulang"

"Benarkah ?"

"Tentu saja, kalau tidak punya Daddy mana mungkin Zi ada di dunia ini"

Kepala Ghazi mengangguk-angguk seperti seseorang yang telah mengerti, membuat Pandu mengacak rambut halus Ghazi saking gemasnya.

*

*

Dari kejauhan Arina terus menatap Ghazi dan juga Pandu, selama ini Pandu lah yang menjadi sosok Ayah untuk Ghazi. Dulu Pandu ingin memperkenalkan dirinya sebagai Ayah saat Ghazi lahir tapi Arina menolak karena ia tidak ingin Ghazi bingung jika suatu hari nanti ia bertemu dengan pria yang bersamanya malam itu.

"Sebenarnya siapa pria malam itu, kenapa aku tidak tahu sama sekali" gumam Arina sedih.

"Dimanapun kamu berada, tolong temukan kami. Ghazi sangat ingin bertemu kamu"

"Sedang mikirin apa ?" tanya Pandu mengagetkan Arina

Arina menoleh dan menggeleng. "Mana Zi ?"

"Sedang main bola, tadi aku kenalkan dia pada anak yang lain supaya dia punya teman"

"Terima kasih Mas"

"Apa kau tau, tadi Zi berkata katanya dia ingin punya Daddy, dia sedih saat melihat anak-anak yang lain ada Daddy semua"

Arina terdiam berusaha menahan cairan bening yang menumpuk di pelupuk matanya, sudah sering Ghazi menanyakan dimana ayahnya, tapi bagaimana mau menjelaskan sedangkan Arina saja tidak tau.

"Aku juga berharap pria itu segera menemukan kami" balas Arina