Pertempuran Wanita Jelek

“Mengepel seluruh lantai ini!” seru Alana menatap pemuda yang berbaring menyilang kaki di sofa panjang sembari memegang ponsel di tangan.

“Iya, bersihkan semua sampai mengkilap,” titah Zayn tanpa dosa tak peduli jika dia telah membuat Alana kepayahan.

“Kak, mengepel itu berkeringat,” keluh gadis cantik yang baru saja mencuci piring dan membersihkan dapur. Belum juga bernapas lega sekarang ia mendapatkan tugas lagi.

Mendengar keluhan Alana Zayn tersenyum menyeringai. Yes, Memang itu yang ia inginkan.

Inilah rencana yang telah dia susun, Zayn sengaja membuat Alana kesulitan. Zayn yakin jika Alana tidak lebih dari gadis manja, centil dan lemah sama seperti perempuan lain, yang hidup bak putri manja, tidak bisa apa-apa hanya tahu berdandan dan bersolek untuk penampilan sempurna.

“Cepat kerjakan! Jangan sampai ada setitik debu pun yang tersisa,” tekannya.

“Kak ....”

Ucapan Alana terhenti saat pemuda itu berpaling dari ponselnya, memicingkan mata pada Alana tanda tak ingin di bantah.

Ah, tak bisa terbantahkan, benar-benar menyebalkan pemuda itu.

Alana mencebikkan bibirnya, lalu dengan pasrah mengerjakan tugas yang di berikan oleh Zayn.

Sebenarnya Alana tidak keberatan melakukan perkerjaan itu, mengepel lantai bukanlah pekerjaan sulit, Alana sudah terbiasa dengan pekerjaan rumah. Ia hanya menghindari berkeringat di depan Zayn. Alana tak ingin make up yang menempel di wajahnya luntur dan Zayn dapat mengenalinya. Semoga saja tidak terjadi.

Menit berlalu Alana terus membersihkan lantai sesuai perintah tuan rumah. Alana mengusap bulir-bulir keringat di dahi yang terus bercucuran, sejak tadi mengepel lantai.

Astaga entah sudah seperti apa wajahnya.

Alana pun berhenti sejenak kembali merogoh bedak dari sakunya, untuk menutupi riasan yang mulai memudar.

Zayn yang sejak tadi memperhatikan tingkah Alana memutar bola mata jengah.

Lagi-lagi berhenti untuk memoles wajahnya dengan bedak yang entah kesekian kalinya.

Ya, ampun manja sekali perempuan ini, decaknya.

“Hei! Cepat kerjakan jangan Cuma berdandan saja. Bedakmu itu udah ketebalan, wajahmu sudah terlihat putih seperti Vampir Cina,” gerutu Zayn memasang wajah jutek saat memperhatikan sejak tadi Alana tak henti-henti memoles wajahnya dengan spoon bedak.

Alana yang fokus mengenakan bedak terkesiap, mengalihkan wajahnya dari cermin kecil di tempat bedak menatap Zayn lekat.

Gimana-gimana, apa dia bilang tadi?

Dia bilang wajahnya mirip Vampir Cina ...

Ya ampun Cuma berhenti pakai bedak saja, sudah di protes jutek sekali dia.

“Tunggu sebentar kak. Kalau aku ngak tambah bedak mukaku akan kelihatan berminyak kaya teplon dadar,” ujar Alana dengan cengiran meminta waktu sejenak.

“Percuma kau terus berdandan dan mencoba tampil cantik di hadapanku. Sedikit pun, Aku tidak akan tertarik padamu!” ucap Zayn dengan ketus.

Zayn menarik napas kasar melipat tangan di dada, menatap dengan tatapan menilai.

“Aku tidak akan tertarik dengan perempuan tanpa lekukan sepertimu, yang badannya datar seperti sodokan kue putu,” cibir Zayn yang mengira Alana berdandan untuk menarik perhatiannya.

Astaga seperti itukah bentuk tubuhnya ...

Alana menundukkan pandangannya menatap tubuhnya dengan tatapan menilai. Ukuran dadanya yang memang tidak terlalu besar. Ya bisa di bilang hampir rata. Tinggi badan juga tidak menjulang bak model.

Emm, benar sih bodynya memang datar, tidak seksi seperti tubuh impian para lelaki. Memang tak ada yang menarik dari dirinya. Benar-benar bukan tipe perempuan idaman.

“Iya, aku memang bukan tipe kakak, kakak juga tidak mungkin menyukaiku,” ucap Alana merendah.

Zayn mengendikan tubuhnya, tak peduli.

“Cepat kerjakan tugasmu, setelah ini masih banyak tugas yang akan menunggumu!” ketus pemuda ini.

Alana tersentak membulatkan mata. Apa! Masih ada tugas lagi dari pemuda jutek ini.

“Tugas lagi kak.”

“Iya, masih banyak lagi, kau belum membersihkan bagian depan rumah ini,” terang Zayn.

“Kak di luar panas ...” protes Alana.

Di siang bolong dia mendapatkan tugas membersihkan bagian luar, semakin berkeringat saja dia.

“Jangan membantah!”

“Kak ....”

Lagi Alana terbungkam saat melihat mata Zayn melotot galak padanya.

“Aku akan membuatmu begitu sibuk hingga kau tidak sempat bahkan lupa dan untuk merias wajahmu itu,” batin Zayn tersenyum devil.

"Baiklah." Lagi-lagi pasrah.

Alana hanya bisa menarik napas berat, hari-hari yang ia lalui bersama Zayn akan menjadi panjang dan melelahkan. Ya Tuhan sampai kapan dia tinggal serumah dengan pemuda jutek ini?

...****************...

Ini pasangan cocok dah, Vino jutek, kalau ngomong ngak di takar, Alana kaya titisan Nara yang suka merendah.

Tapi Vin, awas Sya masih memantau, jangan galak-galak. mau Sya bikin jungkir balik hahahah ....