Perjalanan Cinta Rinjani

" Ansel____

Pemuda itu tersenyum teduh

" Mereka sudah selesai memperbaiki penghangat ruangan di kamar kita "

Rinjani masih mencerna situasi, jangan bilang dirinya mimpi saat Ansel mendatanginya tadi, ya Allah___ serindu itukah dirinya dengan belaian, sampai-sampai kebawa mimpi, tetapi rasa bibir Ansel tadi seperti nyata'

Tak sadar Rinjani mengangkat jemarinya ke bibir.

" Di kamar ada lip balm, apa bibir mu mulai terasa perih" Ansel ikut membelai bibir Rinjani

Bagi Rinjani ini adalah pertama kalinya dirinya hidup di negeri orang, dan akan melewati musim dingin, ini sudah mendekati Januari, semakin hari hawa dingin sudah semakin terasa, sebentar lagi warna jingga dan mentari ke emasan akan berlalu dan di gantikan musim salju, Ansel sendiri baru saja membawanya belanja setelah pulang dari pantai, membeli persiapan obat-obatan, baju hangat untuk Rinjani dan kebutuhan penting lain nya yang di perlukan di saat menghadapi musim dingin, untuk Rinjani yang belum terbiasa pasti akan sedikit sulit.

Tadi Ansel sedang mengecek semua penghangat ruangan dan menemukan ada ketidak fungsian penghangat ruangan di kamar mereka, sebab itu Ansel langsung memanggil orang untuk memperbaiki, sedangkan Rinjani turun untuk sekedar beristirahat di sofa, tetapi ternyata Rinjani justru mimpi yang membuatnya tiba-tiba gelisah.

Sepertinya Ansel baru saja mandi, sehingga wangi tubuhnya terasa segar dan bercampur parfum yang selalu di pake pemuda itu dengan keharuman woody

Tiba-tiba pipi Rinjani merona, melihat rambut Ansel yang masih sedikit basah, Rinjani tidak pernah seperti ini, barangkali mimpi yang terasa nyata tadi menghilangkan kewarasannya dan di gantikan sederet pikiran mesum.

Ansel sendiri masih setia menunggu Rinjani untuk bangun dari sofa, Rinjani yang melihat itu buru-buru pamit ke kamar mandi karena kebelet, alasannya, padahal Rinjani sedang berperang dengan segala perasaannya

Ansel memeriksa kamar anak-anak nya terlebih dahulu sebelum akhirnya menyusul Rinjani yang buru-buru naik kekamar mereka karena kebelet, memastikan jendela tertutup sempurna, karena anak-anak sedang bermalam di rumah Ibu Maria

Sesampainya di kamar, Ansel masih mendengar suara gemercik air, menandakan Rinjani masih berada di kamar mandi, Ansel menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dengan pandangan menatap langit-langit, Ansel sudah sangat lama menginginkan Rinjani, tetapi cinta Ansel bukan cinta egois yang hanya mementingkan diri sendiri, Ansel tau Rinjani sudah bersedia untuk menerimanya tetapi Ansel masih ingin memberi ruang untuk Rinjani belajar mencintai nya, Ansel bukan mau membebani tetapi saat ini Ansel bertekad akan merenggut hati dan raga wanitanya, Ansel ingin egois untuk memiliki Rinjani seutuhnya, Rinjani tidak perlu melupakan masa lalu karena masalalu memang harus tersimpan sebagai kenangan hanya Ansel ingin Rinjani bisa menempatkan namanya di hati wanita itu.

" Kenapa mandi malam?" Tanya Ansel begitu Rinjani keluar dari kamar mandi

Rinjani tersenyum " Hanya ingin saja" Rinjani tidak mungkin berkata hal sebenarnya bahwa badan nya terasa panas karena mimpi.

" Pakailah balsam penghangat sebelum tidur agar kau nyaman" Ujar Ansel mengeser badan nya memberi ruang untuk Rinjani ikut bergabung.

" Ansel kau bisa membantu ku memakainya di bagian punggung??" Rinjani ikut merangkak naik keatas kasur.

" Ya, sebentar ku ambilkan"

Pemuda itu sudah membuka segel balsam penghangat dan siap untuk membantu memakaikan pada Rinjani, tak pernah ansel bayangkan bahwa ternyata Rinjani tak memakai apapun di balik jubah mandinya.

Rinjani menatap Ansel dengan tatapan sayu, entah mengapa Ibu dua anak itu tiba-tiba ingin benar-benar memiliki Ansel dengan sempurna, semua cinta yang di berikan Ansel untuk dirinya dan anak-anak nya seolah mampu membuka matanya lebar-lebar, Pemuda manapun tidak ada yang lebih baik dari Ansel tentang ketulusan dan yang mampu menjadi pengganti sempurna dari Nurry, bahkan mungkin untuk seorang pria tak akan ada lagi yang bisa mencintai nya sedalam cinta pemuda itu untuk Rinjani.

' Aku yakin kau sudah tenang di sana Kak, izinkan aku mencintai pemuda yang sama-sama kita sayangi, pemuda yang berjuang untuk membahagiakan anak-anak kita, kau tetap tersimpan di hati ku Kak, selamanya kenangan tentang mu akan selalu ku ingat, tetapi aku harus menyisipkan nama Ansel karena dia berhak atas diriku keseluruhan' Rinjani menurunkan jubah mandi ya melewati bahu mulusnya yang putih dan lembut.

Ansel sama sekali tak berpaling, bahkan saat tangan kecil Rinjani membawa telapak tangan besarnya di atas gumpalan lembut yang terasa dingin dan halus

Ansel memang sangat menginginkan Rinjani, seolah penantiannya selama ini akan benar-benar terbayarkan.

Rinjani juga menarik jubah tidur Ansel dan membawa tangan nya untuk mengusap lembut di sana.

" Rinjani___" Pangil Ansel dengan suara berat nya, suara yang tadi sempat mendatangi Rinjani di alam mimpi

" Ansel____" tubuh Rinjani di gulingkan lembut di atas ranjang, dada mereka sama-sama berdegup kencang, pergulatan antara pria dan wanita seringkali tidak diprediksi jika sudah di situasi seperti ini.

" Semoga kau tak akan membenciku setelah ini Rinjani"

Ansel langsung merampas bibir Rinjani yang begitu mengoda , perlakuan yang memang sangat di nantikan oleh Rinjani, Ansel pemuda yang lembut dan penuh perhitungan, gerakan nya juga sangat hati-hati.

Rinjani merintih saat Ansel mencumbu sekujur tubuhnya, yang kini sudah tak ada sehelai benangpun yang menempel di kulit lembutnya.

Rinjani tak berhenti merintih saat Ansel terus menangkup, meremas gumpalan lembut di dadanya, Ansel sama sekali tak menawarkan miliknya untuk di sentuh Rinjani, tetapi Rinjani yang sudah pernah menikah dua kali bisa sangat paham dan melakukan tugasnya yang semestinya.

" Ahhh____ Sayang__

Ansel langsung menutup matanya dan merintih hebat saat Rinjani tak berhenti menyentuh miliknya, Rinjani tak segan-segan balas memuaskan suaminya

Rinjani sadar seratus persen bahwa pria yang sedang dia sentuh adalah Ansel, hati memang seajaib itu, kemarin milik siapa dan sekarang milik siapa? tiada tau rahasia hati, tetapi yang Rinjani tau hidup harus terus berjalan, hanya doa yang terus dia panjatkan untuk mendiang suaminya dan untuk Ansel Rinjani juga mendoakan agar pemuda itu sehat dan bisa menemani hidup nya hingga tua.

Ansel membalik posisi, kini pemuda itu menaungi Rinjani

" Ansel_____"

Rinjani ikut merintih kuat saat Ansel mulai mengisi dirinya, Rinjani sama sekali tak menutup matanya, menatap dengan segenap kesadaran saat Ansel memulai penyatuan mereka.

Baik Rinjani maupun Ansel sama-sama menghembuskan napas nya lewat mulut saat tubuh mereka berhasil bersatu. Ansel menunggu hingga milik Rinjani siap untuk tahap berikutnya, meskipun bukan hal pertama untuk Rinjani, Ansel sangat takut menyakiti Wanita nya, karena sama yang sebelumnya, Bulan akan sangat kesakitan jika Ansel langsung bergerak.

" Ansel__ Bergeraklah" Rinjani sudah sangat siap untuk di hujam, biar bagaimanapun Ansel masih sangat muda, Rinjani akan membiarkan pemuda itu melakukan apa saja pada tubuhnya, Rinjani siap hancur dan remuk redam di bawah naungan tubuh kokoh Ansel yang sangat indah untuk sekedar di perhatikan dari bawah sampai atas.

Rasa segar habis mandi sudah tak dirasakan lagi oleh Rinjani, Ansel sama sekali tak kasar tetapi Rinjani di buat membusung berkali-kali, kini pemuda itu membiarkan dirinya yang duduk di atas tubuh kekarnya, Rinjani menaik turunkan tubuhnya membuat seluruh asetnya tergoncang, Ansel juga tak tinggal diam , Ansel membantu Rinjani untuk mengangkat pinggulnya, hingga setengah jam berlalu akhirnya Rinjani ambruk di atas dada Ansel yang bergemuruh.

" Ansel____"

" Ya __ Sayang??"

Gimana author tega mau ngegantung, jika para reader selalu bermurah hati memberikan author like komen, vote dan hadiah.

Hal yang membuat penulis senang adalah semangat dari para pembaca nya... terimakasih reader i love kalian

happy reading ❤️❤️❤️❤️