Erina yang masih belum bisa melupakan Bima, memutuskan untuk liburan ke kota romantis di Negaranya. Tidak disangka di kota itulah awal pertemuan Erina dengan Arga.
Karena masalah ekonomi keluarga, Erina hampir menikah dengan duda kejam yang tak lain adalah seorang rentenir.
Pertemuannya kembali dengan Arga telah membuat hidup Erina berubah drastis. Arga tidak hanya menolong keluarganya tapi juga mengajak Erina menikah.
Dengan tujuan balas budi, akhirnya dengan terpaksa Erina menyetujui untuk menikah dengan Arga.
Bagaimana nasib pernikahan mereka? Bertahankah atau hanya seumur jagung? Penasaran, yuk ikuti cerita selengkapnya.
Ig : nafasal8
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafasal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernyataan Cinta
"Tuan, Ada nona Clarissa menunggu di luar. Jika Tuan merasa terganggu, saya akan menyuruhnya pergi. " ucap sekertaris Sam
"Tidak apa-apa, suruh dia masuk. " perintah Tuan Arga.
"Baik Tuan. "
Sekertaris Sam mempersilahkan nona Clarissa masuk. Clarissa duduk di depan meja Arga. Dia yang biasanya langsung menggelayutkan tangannya di tangan Arga. sekarang seolah tak ada keberanian setelah penolakan yang dia terima pada malam itu.
"Ada apa? " tanya Arga dengan nada datar
"Aku ingin makan siang denganmu." Clarissa tersenyum kepada Arga. Seolah memohon untuk jangan menolak.
"Aku tak mau menyakiti hati istriku, dia akan sangat terluka jika dia melihat aku makan siang bersama perempuan lain. " Arga menolak tanpa basa-basi.
"Tapi aku kan bukan orang asing bagimu. Bahkan Erina juga sudah mengenalku kan. " Clarissa masih tetap bersikeras dan tak mudah menyerah.
"Dan sekarang kamu terlihat seperti mengemis padaku. " tatapan sinis Arga meremukkan hati Clarissa.
"Apa yang sudah dilakukan perempuan itu, sehingga engkau begitu membenciku. " Clarissa sudah tak tahan dengan perlakuan Arga terhadapnya. Laki-laki yang dulu sangat menyukai dan menomorsatukan dirinya, kini sangat acuh terhadapnya.
Cih
"Kamu tetap sama, selalu menyalahkan orang lain atas kesalahan mu sendiri. " Arga tampak semakin kesal karna sifat Clarissa yang tak pernah mau disalahkan tak pernah berubah. Arga bersyukur dalam hati, telah dibukakan pintu hatinya. Bahwa mencintai Clarissa adalah suatu kesalahan.
"Aku tau, kamu bahkan belum pernah tidur dengannya kan." Clarissa mencoba menahan airmatanya.
"Cukup sudah, kamu sungguh keterlaluan. Kamu bahkan tak tahu malu untuk menanyakan hal itu. " Arga sedikit berteriak. karna Clarissa sungguh di luar batas. "Sudah tidak ada yang kita bicarakan lagi, jadi kumohon kamu pergi lah. "
Sekertaris Sam sudah membukakan pintu untuk Clarissa.
"Aku tak akan menyerah begitu saja, aku akan memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi milikku. " ucap Clarissa sebelum beranjak pergi meninggalkan Arga dengan penuh emosi.
Apa yang sebenarnya dia inginkan, disaat aku membutuhkannya dia menolakku. Dan sekarang dia mengemis padaku.
Pikiran Arga melayang, masih teringat jelas ucapan Clarissa. "Bahkan kamu belum pernah tidur dengannya. "
Kalimat Clarissa sangat mengganggu pikiran Arga.
Bagaimana aku harus memulai. Aku tak ingin ini menjadikan beban untuk Erina, aku tak ingin melukai perasaan nya.
Arga tampak sangat mencemaskan perasaan Erina. Tapi di sisi lain, itu memang sudah kewajibannya.
Baiklah, sepertinya inilah waktu yang tepat. Aku tak ingin Erina ragu terhadapku. Walaupun aku belum pernah berterus terang tentang perasaan ku.
"Sekertaris Sam, hari ini aku ingin pulang lebih awal. "
"Baiklah Tuan. " pak Sam menyiapkan dokumen yang harus segera di tanda tangani Arga.
***
Clarissa tampak begitu kesal setelah meninggalkan ruangan Arga. Clarissa mengambil ponselnya dan menelfon seseorang.
"Bisa kita bertemu, aku perlu bantuanmu. " jelas Clarissa kepada seseorang yang ditelfonnya. "Baiklah, kita bertemu di cafe. "
Clarissa menutup telfonnya dan segera pergi meninggalkan kantor Arga.
***
Erina yang seharian mulai dilanda kebosanan akhirnya memilih untuk berdiam diri di kamar. Karna bibi Mar, juga sedang belanja bulanan diantar sopir. Sebenarnya Erina ingin ikut tadi, tapi bibi Mar melarangnya.
Kenapa si bibi selalu melarangku, takut Tuan marah, takut nanti aku capek. Aku kan bosan dirumah gak ada kerjaan.
Erina menggerutu sendiri.
Ceklek... pintu kamar terbuka. Betapa kagetnya Erina, karna Tuan Arga sudah berdiri menatapnya. Erina segera meraih selimut, karna sekarang dia hanya memakai baju tanpa lengan atau bahasa kerennya tangtop. haha
"Ada apa? " Tuan Arga bertanya dengan wajah datar.
"Honey tumben pulang lebih awal? " Erina mengalihkan pertanyaan, agar Arga tak bertanya kenapa dia menutupi tubuhnya dengan selimut. Bisa gawat kan. Pikir Erina.
"Ada yang ingin aku bicarakan. " ucap
Arga sambil melangkah ke kamar mandi.
Erina segera berdiri untuk mengambil baju yang lebih tertutup. Langkah Erina terhenti, Arga sudah keluar, dia hanya berganti pakaian saja.
Mereka terpaku satu sama lain. Erina segera menutup tubuhnya dengan tangan, pipi Erina tampak bersemu merah. Menahan malu.
"Kamu tak perlu malu, aku kan sudah sah menjadi suamimu. " Arga segera melangkah menuju sofa dengan pikiran liarnya, sangat terlihat jelas bahwa dia mencoba untuk menahan hasratnya.
"Duduk." perintah Arga sambil menepuk sofa yang kosong di sampingnya.
"Taaaa... tapi hun. " Erina terdiam dan segera melangkah menuruti perintah Arga. Karna Arga melotot tanda perintahnya tidak boleh dibantah.
"Kamu pernah bertanya alasan kenapa aku memilihmu?" Arga menyentuh tangan Erina, mengelus dan menepuk-nepuk nya pelan.
Perasaan Erina tak karuan, Erina mencoba membenarkan tempat duduknya untuk menghilang kan rasa canggung nya.
Kenapa tuan Arga membahas masalah itu?? Apa ini pertanda aku akan dibuang, tuan Arga akan mengakui perasaannya pada Clarissa. Dan aku akan diceraikan nya.
Sadar Erin, inilah yang kamu mau. Terbebas dari tuan Arga dan kembali hidup normal. Erina
"Oh iya, memang apa alasannya hun? " melirik tangannya yang masih digenggam erat Arga.
"Tidak ada alasan khusus, aku menyukaimu sejak pertama aku melihatmu. " seperti biasa Arga bicara tanpa basa basi. Membuat Erina salah tingkah.
Erina merasa ada angin sejuk di dadanya, sejak dia menerima ajakan menikah dari tuan Arga. Dia tak pernah mengharapkan apa-apa dari tuan Arga. Bahkan mengharapkan cinta tuan muda saja itu rasanya mustahil.
"Aku tak perlu jawaban darimu, karna sekarang kamu adalah istriku. Milikku, jiwa dan ragamu. " Arga menyentuh bibir Erina.
Degg, Erina merasa tubuhnya gemetar tak berdaya.
Arga menarik Erina agar lebih dekat dengan tubuhnya, cukup lama jari tuan Arga bermain di bibir merah Erina.
"Clarissa? " entah kenapa Erina menyebut nama itu.
Membuat wajah Arga berubah kesal. Arga melepaskan tangan Erina.
"Dia adalah masa laluku, jangan pernah menyebut namanya lagi. " tubuh Arga sekarang lebih dekat dengan Erina. Membuat nafas Erina tak beraturan.
Arga memegang pipi Erina, mengecup pelan dan menatap ke arah bibir Erina. Arga mengecup bibir Erina, mengecup pelan. Awalnya Erina merasa kaget kemudian dia memejamkan mata.
Arga menghentikan ciumannya, berdiri dan menggendong Erina menuju tempat tidur. Erina yang masih tampak canggung hanya bisa diam dan pasrah. Arga kembali memainkan aksinya, kini dia lebih leluasa karna Erina sudah terbaring di depannya.
Arga mendekat ditelinga Erina, sambil berbisik. "Kamu tau, setiap malam aku menahan semua hasratku. Kamu sangat menggoda ketika kamu tidur. " Erina merasa sekujur tubuhnya panas dan gerah. "Sekarang kamu harus membayar karna kamu membuatku menunggu selama tiga bulan. "
"Honey, aku belum siap. " Erina memegang tangan Arga.
"Percaya padaku Erin sayang, aku akan membuatmu menikmati malam ini. " Arga meyakinkan Erina.
"Sekarang kamu sudah siap sayang?" bisik Arga tepat di telinga Erina, Erina hanya mengangguk pelan tanda ia setuju. Arga segera menuntaskan hasratnya, Erina merasakan sakit di bagian bawah tubuhnya. Ini adalah pengalaman pertama bagi nya, mereka berdua benar-benar menikmati malam pertama mereka. Erina merasa kelelahan dan terlelap di pelukan Arga.
Beberapa jam kemudian Erina terbangun, Arga sudah terjaga lebih dulu memandang Erina dengan tatapan lembut. Erina melihat di bawah selimut, ada bercak darah membekas di kain putih itu. Arga yang menyadari kegelisahan Erina segera memeluk erat tubuh Erina.
"Kamu lapar? " tanya Arga sambil membelai pipi Erina.
Erina masih merasa malu, dia menjawab pelan "iya honey. Aku laper. Honey pergi keluar dulu ya sekarang. Aku mau ganti baju. " Erina tersipu malu.
"Aku sudah tahu tubuh mulus mu, kenapa kamu masih malu. " Arga menggoda Erina.
"Bukan begitu honey... " belum selesai Erina bicara, Arga mengecup bibir Erina "Aku mencintaimu. " Arga berkata lembut di telinga Erina.
Erina kini merasa benar-benar dicintai, rasa khawatir yang selama ini menggelayuti pikirannya. Perlahan memudar. Erina tersenyum dan mendekapkan wajahnya di dada Arga.
Setelah makan malampun mereka mengulangi aktifitasnya, layaknya pengantin baru. Sampai akhirnya Arga dan Erina benar-benar kelelahan. Dan terlelap dalam mimpinya.
Bersambung
Mohon jangan ditiru ya untuk para jomblo, ini khusus untuk yang sudah halal/menikah ya😆😉
Mohon dukungan untuk vote + like ya para readers🥰