NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM ISTRI YANG DIBUNUH SUAMI

BALAS DENDAM ISTRI YANG DIBUNUH SUAMI

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Balas Dendam / Romansa / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

PERINGATAN!!!! SELURUH ISI CERITA NOVEL INI HANYA FIKTIF DAN TIDAK RAMAH ANAK ANAK. PERINGATAN KERAS, SEMUA ADEGAN TAK BOLEH DITIRU APAPUN ALASANNYA.

Setelah membantu suaminya dalam perang saudara, dan mengotori tangannya dengan darah dari saudara-saudara suaminya, Fiona di bunuh oleh suaminya sendiri, dengan alasan sudah tak dibutuhkan. Fiona bangkit kembali, ke lima tahun sebelum kejadian itu, dengan tekad kuat untuk membalas Dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22

Setelah melintasi garis akhir dengan ekspresi datar, Verdian tidak menoleh ke belakang. Di depannya, ratusan peserta lain yang juga lolos memadati lapangan utama, menunggu pidato pembukaan. Artera, yang kini berdiri di panggung yang megah, menatap Verdian dengan tatapan yang penuh arti, namun ia tidak mengatakan apa-apa.

"Dia memang keterlaluan," bisik seorang peserta perempuan di sebelah Verdian, "aku tidak percaya dia melanggar aturan."

Verdian mendengarnya, tetapi tidak peduli. Matanya tertuju pada sebuah kereta kuda yang megah yang baru saja memasuki lapangan. Kereta itu dihiasi dengan permata, dan lambang kerajaan terpampang jelas di sisinya. Begitu berhenti, seorang pria dengan jubah mewah berwarna hitam melangkah keluar.

Pria itu mengenakan mahkota emas dan memiliki rambut hitam pekat yang tertata rapi. Wajahnya tampan, namun tatapannya dingin dan angkuh. Verdian merasakan dorongan kuat untuk membenci pria itu, meskipun ia tidak tahu kenapa.

"Itu Yang Mulia Raja Vergil," bisik peserta lain dengan nada kagum. "Aku tidak menyangka dia akan datang secara langsung."

Vergil naik ke panggung, tatapannya menyapu kerumunan peserta, berhenti sebentar di wajah Verdian. Sebuah seringai kecil muncul di bibirnya.

"Selamat datang, murid-murid baru Akademi Alvez," ucap Vergil, suaranya menggelegar penuh kekuasaan. "Kalian adalah para jenius yang berhasil melewati ujian masuk yang ketat. Kalian adalah masa depan kerajaan ini."

Verdian mengatupkan giginya. Semua peserta tampak senang, tapi bagi Verdian, pidato itu terasa kosong dan penuh kepura-puraan.

"Kami memiliki bakat, dan kamu mengandalkan kekuasaan!" batin Verdian.

"Sebagai Raja, aku akan memberikan semua yang terbaik untuk kalian," Vergil melanjutkan. "Kalian akan menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Setelah kalian lulus dari sini, kalian akan menjadi ksatria, penyihir, atau apapun yang kalian inginkan. Dan, kalian akan melayani kerajaan ini."

Pidato Vergil terasa sangat panjang bagi Verdian. Ia melirik ke belakang, dan melihat Artera menatapnya dengan pandangan yang tidak bisa ia mengerti.

"Kenapa dia terus menatapku?" pikir Verdian.

"Dan untuk menghargai usaha kalian semua, aku akan memberikan sebuah hadiah istimewa," kata Vergil, mengakhiri pidatonya. "Aku akan menjamu kalian semua di istana malam ini. Ini akan menjadi malam perayaan atas bakat dan kerja keras kalian."

Para peserta bersorak gembira. Mereka tampak bahagia.

"Tentu saja," gumam Verdian. "Pesta bodoh untuk merayakan kebodohan."

"Hei, kenapa kamu tidak senang?" tanya peserta di sebelahnya. "Ini kesempatan langka, lho! Kita bisa masuk istana!"

Verdian menatapnya dingin. "Aku di sini bukan untuk pesta. Aku di sini untuk menjadi yang terbaik."

Peserta itu terdiam, dan Verdian kembali menatap lurus ke depan.

"Acara telah usai," ucap Vergil, menatap kerumunan. "Sekarang, Artera akan memberitahu kalian tempat tinggal dan jadwal kalian."

"Selamat datang di akademi!" sorak para senior yang berdiri di sudut lapangan. Mereka menatap Verdian dengan ekspresi yang sangat terkejut, seperti melihat sebuah keajaiban.

Malam harinya, di istana yang megah, Verdian mengikuti kerumunan. Ia mengenakan jubah putih sederhana yang diberikan oleh pihak akademi. Matanya yang tajam mengamati setiap sudut istana, dari lukisan-lukisan kuno yang terpajang hingga ornamen-ornamen emas yang mewah. Peserta lain sibuk berbincang dan menikmati hidangan yang disajikan, namun Verdian tetap diam dan waspada.

"Wah, ini luar biasa!" seru seorang peserta laki-laki, matanya berbinar melihat air mancur yang dihiasi lampu. "Aku tidak pernah membayangkan bisa berada di sini."

Verdian menoleh, lalu berkata, "Ini hanyalah bangunan tua yang dipoles emas. Tidak ada yang istimewa."

"Kamu tidak asik," balas peserta itu, lalu pergi.

Verdian melanjutkan langkahnya, dan matanya tidak sengaja melihat Vergil. Vergil berdiri di balkon, seorang diri, dan menatap jauh ke langit. Verdian merasa aneh. Pria yang di panggung tadi terlihat dingin dan angkuh, tapi sekarang ia terlihat kosong dan kesepian. Ia jadi bertanya-tanya, 'Kenapa dia terlihat begitu?' Verdian pun melanjutkan langkahnya, tapi ia tidak bisa melupakan tatapan itu.

Verdian menemukan sudut yang tenang, lalu ia mengamati para peserta yang sedang menikmati pesta. Ia melihat ekspresi kagum di wajah mereka. Ia kemudian melihat Artera berdiri di dekat pilar, mengamati para peserta dengan mata yang tidak membaca emosi. Verdian menyadari bahwa ia tidak sendirian.

Verdian pun mendekat, "Apa anda tidak suka dengan pesta ini?" tanyanya.

Artera menoleh, tatapannya menyapu Verdian dari atas ke bawah. "Kau masih di sini? Kukira kau akan pergi karena merasa bosan."

"Saya hanya merasa ini buang-buang waktu," balas Verdian, "Kita di sini bukan untuk bersenang-senang, tapi untuk belajar."

"Kamu tidak peduli dengan pesta, kan? Kamu hanya ingin menjadi yang terbaik," kata Artera.

"Dan anda hanya ingin menemukan murid yang bisa melampaui batas, kan?"

Artera terdiam. Ia tidak menyangka Verdian akan membalas pertanyaannya. "Kamu berbeda," ucap Artera, "aku tidak pernah menemukan murid sepertimu."

"Saya tahu," balas Verdian, "Saya akan melakukan apa pun untuk mencapai tujuan saya, dan saya akan melakukan apa pun untuk menjadi yang terbaik."

Artera terdiam. Ia menatap Verdian dengan mata yang penuh makna, lalu menghela napas panjang. "Tahukah kau, kau mengingatkanku pada seseorang."

"Siapa?"

"Raja Vergil," jawab Artera, suaranya pelan. "Dulu, dia juga sepertimu. Penuh ambisi, dan rela melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya."

Verdian terkejut. "Tapi... dia tampak angkuh."

"Angkuh?" Artera tersenyum sinis. "Kau tidak tahu apa yang dia lewati. Ia tumbuh di tengah lingkungan kerajaan yang penuh dengan pengkhianatan dan kekejaman. Untuk bertahan hidup, ia harus menjadi lebih kejam daripada yang lain. Ia harus mengorbankan segalanya, bahkan kebahagiaannya sendiri, demi melindungi rakyatnya."

Verdian menatapnya, tidak percaya. "Tapi dia seorang tiran! Dia kejam!"

"Kau salah," potong Artera. "Meskipun dikenal kejam, tidak ada satu pun rakyat yang berani protes dengan kepemimpinannya. Mereka semua tahu bahwa ia adalah raja yang adil dan kuat. Ia adalah pria yang dipaksa untuk menjadi penguasa, mengorbankan segalanya, bahkan kehilangan wanita yang dicintainya."

Verdian terdiam. Ia memikirkan Vergil yang ia lihat di balkon, yang terlihat begitu kosong dan kesepian.

"Kau melihatnya?" tanya Artera. Verdian mengangguk. "Kau tidak akan pernah mengerti apa yang ada di balik tatapan itu, Verdian. Itu adalah tatapan seorang pria yang kehilangan segalanya demi melindungi kerajaannya."

Verdian merasa bingung. Ia selalu melihat Vergil sebagai orang jahat yang arogan, tapi sekarang, ia melihat sisi lain dari pria itu.

"Wanita yang dicintainya... siapa dia?" Verdian bertanya, suaranya pelan.

Artera terdiam, menatapnya dengan pandangan yang tak terbaca. "Itu bukan urusanmu. Fokus pada tujuanmu, Verdian. Jadilah yang terbaik, tapi jangan sampai kau kehilangan dirimu sendiri."

"Namun, jangan terlalu membencinya," sambung Artera, suaranya lebih pelan. "Kau harus tahu, di bawah kekuasaan Raja sebelumnya, banyak sekali pemberontak yang tidak puas. Keadaan kerajaan saat itu sangat kacau, di mana-mana terjadi kerusuhan dan perang saudara."

Verdian mendengarkan dengan saksama. "Apa hubungannya dengan dia?"

"Jika bukan karena dia, kerajaan ini sudah hancur," jawab Artera. "Dan belum tentu, jika kau berada di posisinya saat itu, kau masih bisa bernapas. Ia harus mengambil alih, ia harus menjadi penguasa yang kejam, karena itulah satu-satunya cara untuk mengendalikan kekacauan yang ada."

"Jadi, dia hanya seorang korban dari keadaan?" tanya Verdian, suaranya terdengar ragu.

"Dia bukan korban," potong Artera. "Dia adalah seorang pejuang yang memilih untuk menanggung semua beban itu sendirian. Dia adalah pria yang dipaksa menjadi tiran, demi kebaikan rakyatnya. Ia kehilangan segalanya, bahkan kehilangan wanita yang ia cintai. Jangan membencinya, Verdian. Kau tidak mengerti betapa beratnya beban yang ia pikul."

1
Cha Sumuk
kurang menarik krna mc ceweknya lemah,, biasa' nya klo setelah kelahiran jd kuat tp ini mlh lemah hemmm
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!