NovelToon NovelToon
Penebusan Ratu Malam

Penebusan Ratu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Cinta Terlarang / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Ra

Di tengah gelapnya dunia malam, seorang Gus menemukan cahaya yang tak pernah ia duga dalam diri seorang pelacur termahal bernama Ayesha.

Arsha, lelaki saleh yang tak pernah bersentuhan dengan wanita, justru jatuh cinta pada perempuan yang hidup dari dosa dan luka. Ia rela mengorbankan ratusan juta demi menebus Ayesha dari dunia kelam itu. Bukan untuk memilikinya, tetapi untuk menyelamatkannya.

Keputusannya memicu amarah orang tua dan mengguncang nama besar keluarga sang Kiyai ternama di kota itu. Seorang Gus yang ingin menikahi pelacur? Itu adalah aib yang tak termaafkan.

Namun cinta Arsha bukan cinta biasa. Cintanya yang untuk menuntun, merawat, dan membimbing. Cinta yang membuat Ayesha menemukan Tuhan kembali, dan dirinya sendiri.

Sebuah kisah tentang dua jiwa yang dipertemukan di tempat paling gelap, namun justru belajar menemukan cahaya yang tak pernah mereka bayangkan.

Gimana kisah kelanjutannya, kita simak kisah mereka di cerita Novel => Penebusan Ratu Malam.
By: Miss Ra.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Ayesha baru saja selesai menyuapi ibunya sarapan ringan ketika ponselnya berdering di atas meja rias. Pandangannya langsung tertuju pada layar, dan seketika senyum di wajahnya memudar.

​Terpampang jelas sebuah nama 'Jefry.'

​Jantung Ayesha berdebar kencang, bukan karena antisipasi, melainkan karena rasa gentar yang dingin. Ia sudah bisa menebak isi panggilan itu, pesanan mendadak untuk malam nanti, dari klien baru atau klien lama yang menuntut kehadirannya.

​Ia menoleh menatap ibunya, tidak ingin suara Jefry yang keras dan menuntut mengganggu ketenangan Bu Ratih. Ayesha bangkit, berjalan cepat, dan menutup pintu kamar ibunya dengan hati-hati. Ia lalu melangkah ke dapur, menarik napas dalam-dalam.

​Ia tahu dilemanya. Jika telepon itu tidak diangkat, Jefry tidak akan hanya sekadar marah.

​Kontraknya dengan agensi itu sangat mengikat dan kejam. Terdapat klausul berat yang menyatakan bahwa penolakan mendadak terhadap klien penting, atau upaya melarikan diri dari kontrak, akan mengakibatkan denda ganti rugi sebesar lima ratus juta rupiah. Jumlah itu setara dengan hutang dan biaya pengobatan yang ia tanggung.

​Ayesha menatap ponselnya. Tangannya gemetar. Lima ratus juta. Dia belum punya uang sebanyak itu. Ia tidak punya pilihan.

​Mau tidak mau, Ayesha menggeser tombol hijau.

​"Halo, Jefry?" sapanya, berusaha agar suaranya terdengar tenang dan profesional.

​Di seberang, suara Jefry terdengar tergesa-gesa dan mendominasi.

​"Ayesha! Bagus kau angkat cepat. Aku dapat kabar dari hotel, kau sudah pulang. Dengar baik-baik. Lupakan dua hari ke depan. Malam ini, kau ada janji penting. Sangat penting."

​Napas Ayesha tertahan. "Malam ini? Tapi Jef, bukannya aku baru selesai dengan klien? Dan aku sudah ada jadwal operasi Ibuku lusa nanti..."

​"Lusa itu bisa dibatalkan! Ini lebih besar!" Jefry memotongnya tajam. "Klien dari Timur Tengah, dia baru tiba jam 8 malam nanti, dan dia secara khusus meminta talent yang 'eksotik dan cerdas', dan kau adalah pilihan terbaik. Aku sudah mengunci harga fantastis. Kau harus datang ke suite 3205 di Hotel Gading. Aku sudah kirim detailnya."

​Ayesha merasa mual. Pikirannya langsung tertuju pada Arsha, pada janji lusa, pada kehangatan pagi yang baru saja ia rasakan.

​"Tunggu, Jefry. Aku tidak bisa," tolak Ayesha, memberanikan diri. "Hari itu adalah jadwal operasi Ibuku. Bisakah kau alihkan ke talent lain?"

​Terdengar tawa sinis dari Jefry. "Coba kau ulangi, Ayesha? 'Tidak bisa'? Apa kau lupa siapa yang membayar biaya rawat inap ibumu tahun lalu? Apa kau lupa siapa yang memegang surat kontrakmu yang bernilai lima ratus juta? Jangan bermain api, Ayesha. Kau tahu aturannya. Kau hanya boleh menolak jika kau bisa membayar ganti rugi penuh besok pagi."

​Ancaman itu menghantam Ayesha telak. Kakinya lemas, ia bersandar di counter dapur. Lima ratus juta. Uang yang tidak mungkin ia dapatkan dalam semalam.

​"Aku akan kirimkan detail klien ke ponselmu sekarang. Kau harus siap jam 7 malam. Jangan membuat masalah, Ayesha. Atau kau akan tahu akibatnya," tutup Jefry tanpa menunggu jawaban, dan panggilan itu terputus.

​Ayesha menjatuhkan ponselnya ke meja, bunyi pelan namun menggema di keheningan dapur. Wajahnya yang tadi berseri-seri kini pucat dan dipenuhi frustrasi.

​Janji dengan Arsha lusa untuk bertemu di rumah sakit.

​Klien baru yang tidak ia inginkan malam ini.

​Ancaman ganti rugi lima ratus juta yang menjeratnya.

​Dia merasa terperangkap kembali dalam lubang gelap yang baru saja ia yakini telah ia tinggalkan. Ia harus mencari cara.

~~

Di apartemen pribadinya yang tenang dengan nuansa kayu yang hangat dan jendela besar yang menampilkan gemerlap kota, Arsha duduk di balik meja kerjanya. Di depannya, berdiri tegak Prasetyo, atau yang akrab disapa Pras, asisten pribadi yang tidak hanya cekatan, tetapi juga sangat memahami prinsip-prinsip Arsha yang mengutamakan adab di atas segalanya. Pras memegang sebuah tablet berisi rincian data keuangan dan medis.

​"Jadi, Pras. Bagaimana? Apakah estimasi biaya persalinan dan perawatan Ibu Ratih sudah siap?" tanya Arsha dengan nada suara yang tenang namun penuh wibawa. Tatapannya menyejukkan, namun tersirat ketegasan yang tak terbantahkan.

​"Sudah, Gus," jawab Pras dengan takzim. "Dokter bedah terbaik sudah kami hubungi dan beliau menyanggupi. Untuk seluruh rangkaian tindakan Ibu Ratih lusa nanti, total biayanya termasuk perawatan intensif di ruang khusus selama dua minggu, diperkirakan mencapai sekitar Rp 450.000.000."

​Arsha mengangguk perlahan, jemarinya bergerak memutar tasbih kecil di tangan kirinya. "Siapkan dana itu segera. Atur semuanya melalui yayasan keluarga kita agar tetap terjaga kerahasiaannya. Saya tidak ingin hal ini menjadi konsumsi publik atau bahkan diketahui oleh pihak luar yang tidak berkepentingan. Biarlah ini menjadi urusan kita dengan Allah."

​"Baik, Gus. Saya sudah menyiapkan pemindahan dananya dan akan menyelesaikan seluruh administrasi lusa pagi, sebelum Ibu Ratih masuk ruang operasi. Saya juga telah memastikan jadwal pertemuan Anda dengan Nona Ayesha tetap sesuai rencana. Apakah Anda ingin ada perubahan jadwal?"

​Arsha menyandarkan punggungnya, sebuah senyum tipis yang tulus terukir di wajahnya yang bersih. "Tetap lanjutkan. Pertemuan lusa adalah wasilah bagi niat baik ini. Saya ingin menyampaikan kabar ini secara langsung kepadanya. Saya berharap dengan ini, Ayesha bisa lebih tenang dan fokus mendampingi kesembuhan ibunya, tanpa harus memikirkan beban materi yang memberatkannya."

​Beliau terdiam sejenak, memikirkan rencana matangnya agar Ayesha bisa benar-benar meninggalkan lingkungan pekerjaan yang tidak baik bagi marwahnya. Dengan terpenuhinya biaya medis sang ibu, Ayesha tidak akan lagi memiliki keterikatan finansial dengan Jefry maupun dunia kelam yang selama ini menghimpitnya.

​"Satu hal lagi, Pras," tambah Arsha, suaranya kini merendah namun terasa lebih serius. "Tolong periksa kembali siapa saja yang pernah menjalin komunikasi kerja dengan Ayesha dalam enam bulan terakhir. Saya ingin memastikan tidak ada pihak yang berniat buruk atau berpotensi mengganggu ketenangannya di masa depan."

​"Baik, Gus Arsha. Segera saya laksanakan," jawab Pras sembari membungkuk hormat sebelum undur diri.

~~

​Kembali ke rumah Ayesa.

Wanita itu menatap ponselnya dengan putus asa. Pesan dari Jefry sudah masuk, berisi alamat dan instruksi detail klien dari Timur Tengah itu.

​"Klien Arab? Mereka terkenal menuntut dan tidak punya batasan," gumam Ayesha, air mata mulai menggenang.

​Sejak bertemu Arsha, perasaan yang perlahan tumbuh di hatinya telah mengubah segalanya. Arsha menunjukkan padanya bahwa ia berharga, dihormati, dan dicintai tanpa harus menjual dirinya.

​Perasaan cinta yang baru ia rasakan, meskipun masih berupa benih, telah membuatnya enggan setengah mati untuk melanjutkan pekerjaan itu.

​"Aku tidak bisa. Aku sudah tidak ingin lagi melakukan ini," batin Ayesha, mengepal tangan di tepi meja. "Meskipun Arsha tahu siapa aku, dia tidak pernah memperlakukanku seperti itu."

​Namun, realitas menamparnya. Ancaman Jefry bukan main-main. Lima ratus juta. Dana itu jauh lebih besar dari uang yang ia kumpulkan selama ini. Jika ia menolak dan Jefry menagih denda, Bu Ratih akan semakin menderita karena biaya pengobatan tertunda, bahkan mungkin terancam diusir dari rumah sakit.

​Ayesha meraih ponselnya lagi, jarinya melayang di atas chat Arsha.

​Dia pria yang kuat. Dia pasti bisa membantuku. Tapi haruskah aku membebaninya? Haruskah aku muncul sebagai wanita bermasalah yang hanya ingin memanfaatkan kekayaannya ?

​Ia menatap chat Arsha. Hanya ada nomor telepon dan ucapan selamat pagi yang lembut. Arsha adalah pintu keluar, tapi Ayesha takut jika dia melewati pintu itu, dia akan kehilangan rasa hormat yang telah ia dapatkan dari Arsha.

​Pilihan Ayesha sangat tipis.

Apakah dia harus ​mengorbankan perasaannya dan pergi menemui klien malam ini demi melindungi ibunya dari ancaman Jefry, dengan harapan ini adalah malam terakhirnya.

​Membuka diri pada Arsha dan meminta pertolongan, meskipun berisiko merusak citra dirinya yang baru di mata Arsha.

​Ayesha menggigit bibir, air matanya menetes. Ia harus memilih antara keselamatan ibunya atau harga dirinya dan kesempatan cintanya dengan Arsha.

...----------------...

Next Episode.....

1
🌹Widianingsih,💐♥️
duhh .. Arsya..jangan jatuh cinta pada Ayesha, nanti akan mendatangkan masalah besar
🌹Widianingsih,💐♥️
benar-benar cobaan berat bagi seorang Gus , bagaimana nanti jika ada yang tau. ...pasti fitnah besar yang datang !
duh Gusti nu maha agung.... selamatkan keduanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!