Mengetahui suaminya telah menikah lagi dan mempunyai seorang anak dari perempuan lain, adalah sebuah kehancuran bagi Yumna yang sedang hamil. Namun, seolah takdir terus mengujinya, anak dalam kandungannya pun ikut pergi meninggalkannya.
Yumna hampir gila, hampir tidak punya lagi semangat hidup dan hampir mengakhiri hidupnya yang seolah tidak ada artinya.
Namun, Yumna sadar dia harus bangkit dan hidup tetap harus berjalan. Dia harus menunjukan jika dia bisa hidup lebih baik pada orang-orang yang menyakitinya. Hingga Yumna bertemu dengan pria bernama Davin yang menjadi atasannya, pria dengan sebutan sang cassanova. Yumna harus bersabar menghadapi bos yang seperti itu.
Davin, hanya seorang pria yang terlanjur nyaman dengan dunia malam. Dunia yang membuatnya tidak terikat, hanya menikmati semalam dan bayar, lalu pergi tanpa keterikatan. Namun, setelah hadir Sekretaris baru yang cukup ketat karena perintah ayahnya, dia mulai memandang dunia dengan cara berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tunangan Davin?
Akhir pekan dimana Yumna bisa menikmati harinya lebih santai, karena tidak akan pergi ke Kantor. Sudah hampir jam 10 pagi, tapi dia masih menikmati tidurannya di sofa ruang tengah. Belum mandi, dan pakaiannya pun masih baju tidur dengan rambut yang acak-acakan, di cepol sembarang.
Hanya tiduran sambil bermain ponsel, melihat-lihat sosial medianya yang sudah lama hampir tidak pernah dia cek lagi. Namun, ketenangan yang dia rasakan tiba-tiba terganggu dengan telepon masuk dari Irena.
"Iya Ren"
"Aku di bawah nih, ayo pergi jalan. Kamu libur 'kan? Udah lama kita gak pergi main bareng"
"Ah, tapi aku males. Belum mandi juga"
"Cepat, kita pergi bareng Shafa"
Yumna langsung bangun terduduk di sofa, mengingat nama itu hanya adik perempuannya Davin. Tapi dia tidak cukup yakin jika yang di maksud adalah Shafa yang sama.
"Shafa siapa?"
"Itu, adiknya Tuan Davin Bos kamu"
Ternyata dugaan Yumna benar, memang mereka tidak mempunyai teman bernama Shafa. Sehingga yang terbesit dalam pikiran Yumna memang hanya satu Shafa saja, yaitu adiknya Davin.
"Yaudah tunggu bentar, mau naik dulu kesini gak? Aku mau siap-siap dulu, mandi bentar"
"Aku tunggu di bawah aja"
Yumna mematikan sambungan telepon, dia beranjak dari sofa setelah sejak bangun tidur hanya diam disana dengan bermain ponsel. Bahkan belum sarapan apapun, karena merasa malas untuk melakukan apapun di hari liburnya ini.
Selesai bersiap, Yumna segera keluar dari Apartemennya. Kakinya langsung berhenti, menatap perempuan yang berdiri di depan pintu Apartemen di seberangnya dengan mata menyipit.
Yumna langsung mendekatinya, melihat dari penampilannya ini cukup elegan dan tidak seperti wanita bayaran yang pernah dia temui saat Davin mencoba memesannya. Lagian wanita bayaran mana yang datang siang begini?
"Maaf cari siapa ya?" tanya Yumna.
Wanita itu langsung menoleh, menatap Yumna dengan sedikit menurunkan kacamata hitam yang dia pakai. "Saya sedang mencari Davin, ini benar Apartemennya kan? Kamu siapa?"
Yumna menatapnya dengan lekat, masih merasa curiga meski penampilan perempuan ini tidak seperti wanita bayaran pada umumnya. Semua yang dia pakai terlihat mewah dan mahal.
"Untuk apa mencari Pak Davin?"
Tanpa ragu perempuan itu mengulurkan tangan, dan tersenyum pada Yumna. "Saya Farah, tunangannya Davin"
Mata Yumna langsung mengerjap kaget, seperti tidak percaya jika ada perempuan yang mau dengan Davin untuk sebagai seorang tunangan. Melihat dari sikap arogan Davin dan juga kebiasaaannya yang gonta-ganti wanita untuk kepuasan sesaat saja, Yumna hampir tidak percaya ada juga wanita yang mau untuk terikat komitmen dengan Davin.
"Kamu kenal dengan Davin? Aku sudah mencoba menghubunginya tapi tidak bisa, apa dia belum bangun ya?"
"Em, saya Sekretarisnya Pak Davin. Sebentar ... biar saya coba telepon" Yumna mengeluarkan ponsel dari tasnya, menelepon Davin, menunggu beberapa saat dan langsung di jawab oleh pria itu. "Hallo Pak Davin, ini ada tamu untuk anda. Menunggu diluar Apartemen, bisa Pak Davin keluar sebentar"
Tatapan Farah berubah pada Yumna, seolah merasa curiga atas kedekatan Yumna dan Davin. Karena pria itu langsung menerima telepon dari Yumna tanpa menunggu lama.
"Siapa?"
"Katanya tunangan anda, Pak. Yaudah anda segera keluar ya, soalnya saya mau pergi dengan teman saya"
Yumna sudah hampir menutup sambungan telepon jika tidak mendengar suara Davin yang setengah berteriak di ponselnya.
"Tunggu! Dengan siapa kau pergi?"
Yumna sedikit mengerutkan keningnya dan mencebikkan bibirnya. Kenapa juga dia ingin tahu dengan siapa aku pergi. Aneh. "Dengan Irena, Pak. Yaudah saya pergi dulu ya"
Yumna berpamitan pada Farah dan langsung pergi. Dengan langkah kaki yang semakin menjauh, namun dia sedikit berbalik dan menatap kembali ke arah Farah. Masih berpikir kenapa wanita secantik Farah mau dengan Davin yang cassanova itu.
"Tapi mereka serasi juga sih kalau bersama" Yumna melihat Davin yang keluar, dan Farah langsung memeluknya. Sejenak dia menatap adegan itu, sebelum akhirnya berbalik dan melanjutkan langkahnya. "Kenapa juga harus peluk-peluk diluar ruangan begitu. Menyebalkan sekali ... eh, kenapa aku kesal?"
*
Seharian meski banyak hal yang mereka lakukan, entah kenapa Yumna merasa tidak bersemangat. Dalam pikirannya masih memikirkan Davin dengan Farah. Selain rasa penasaran atas hubungan mereka, ada perasaan lain yang Yumna belum mengerti kenapa dia kesal.
Setelah pergi berbelanja, mereka berhenti di Restoran dan memesan makanan. Shafa pergi dengan anaknya yang sudah berusia 2 tahun lebih itu. Sedang aktif-aktifnya tapi menggemaskan juga.
"Yumna, kamu kenapa? Seperti tidak bersemangat sejak tadi" ucap Shafa.
Yumna menghela napas pelan, dia juga bingung bagaimana menjelaskannya. Karena dia sendiri bingung kenapa moodnya tiba-tiba berantakan seperti ini.
"Tidak papa, hanya sedikit lelah saja dengan pekerjaan"
"Oh ya Yumna, kamu sudah cukup baik menjaga Kakakku. Bahkan dalam waktu satu bulan ini, dia tidak terdengar pergi ke tempat hiburan malam lagi. Terima kasih ya"
Yumna tersenyum tipis, mungkin dia di anggap berhasil untuk satu bulan pertama sebagai Sekretaris sekaligus pengasuh 24 jam untuk Davin. Tanpa mereka tahu perjuangan Yumna yang harus bertarung mulut dengan Davin, dan beberapa wanita pesanannya.
"Kamu siapa berani mengaturku? Istriku juga bukan"
"Siapa juga yang akan mau jadi istri pria cassanova seperti anda. Saya saja tidak mau!"
"Saya hanya butuh kepuasan"
"Menikah saja, Pak. Nanti anda bisa mendapatkan kepuasan itu dengan istri anda. Dan Pak Reno juga tidak akan terus mengkhawatirkan anda jika sudah menikah"
Yumna mundur satu langkah, ketika Davin mecondongkan tubuhnya ke arahnya. Wajahnya yang sekarang berada tepat di depannya. Senyuman mengerikan itu membuat jantung Yumna berdebar kencang seperti ingin melompat dari tempatnya.
"Kalau begitu, kau saja yang jadi istriku"
Yumna mendorong dada Davin, wajahnya terasa memanas. "Saya tidak mau makan hati karena menikah dengan anda, pasti saya akan diselingkuhi!"
Ada nada getir saat Yumna mengatakan itu, hal yang sudah berlalu membuatnya teringat kembali saat membahas tentang perselingkuhan. Rasanya masih sama, sakit dan kecewa yang dia rasakan saat mendapatkan pengkhianatan dari orang yang paling dia percaya selama ini.
"Yumna"
Panggilan itu membuyarkan lamunannya, Yumna langsung tersenyum pada Shafa yang memanggilnya. "Semoga saja Pak Davin bisa lebih berubah lagi ya"
"Oh iya Yum, boleh titip ini untuk Kakakku?" Shafa mengeluarkan sebuah kotak berwarna hitam, Yumna tahu tadi Shafa membeli sebuah jam tangan, dan dia kira itu untuk suaminya Bara. Tapi ternyata untuk Davin. "Berikan hadiah ini untukku, tadi aku melihat jam ini pasti akan cocok di pakai oleh Kak Davin. Semoga dia suka ya"
Yuman menerimanya dan mengangguk pelan. Memasukan kotak itu ke dalam tasnya. "Nanti aku berikan"
"Oh ya, kamu 'kan adiknya Pak Davin, apa kamu tahu tentang tunangan Pak Davin bernama Farah?"
"Tunangan? Setahuku Kak Davin tidak mempunyai tunangan siapapun"
Bersambung