NovelToon NovelToon
Rela Di Madu

Rela Di Madu

Status: tamat
Genre:Ibu Mertua Kejam / Pelakor jahat / Poligami / Penyesalan Suami / Selingkuh / Tamat
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Ra

Fahira Azalwa, seorang gadis cantik yang harus menelan pahitnya kehidupan. Ia berstatus yatim piatu dan tumbuh besar di sebuah pesantren milik sahabat ayahnya.

Selama lima tahun menikah, Fahira belum juga dikaruniai keturunan. Sementara itu, ibu mertua dan adik iparnya yang terkenal bermulut pedas terus menekan dan menyindirnya soal keturunan.

Suaminya, yang sangat mencintainya, tak pernah menuruti keinginan Fahira untuk berpoligami. Namun, tekanan dan hinaan yang terus ia terima membuat Fahira merasa tersiksa batin di rumah mertuanya.

Bagaimana akhir kisah rumah tangga Fahira?
Akankah suaminya menuruti keinginannya untuk berpoligami?

Yuk, simak kisah selengkapnya di novel Rela Di Madu
By: Miss Ra

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 13

Di perjalanan, Fahira lebih banyak diam. Ia sedang membayangkan seperti apa sosok wanita yang sudah menjadi madunya itu. Sedangkan Zidan, yang melihat istrinya terus terdiam, merasa sedikit penasaran.

"Sayang---"

"Hem, iya. Kenapa, Bang?"

Fahira yang sedang melamun seketika buyar karena panggilan dari suaminya. Zidan menoleh, menatap istrinya sekilas, lalu kembali fokus menyetir. Tangan kirinya meraih tangan Fahira untuk digenggam, kemudian Zidan mengecupnya singkat.

"Kau kenapa? Sejak awal perjalanan kau diam saja. Apa kau memikirkan Viola?" tanya Zidan, sesekali melirik istrinya.

"Nggak apa-apa, Bang. Aira cuma--"

"Cuma apa? Tidak ingin tinggal bersama Ibu dan Eva?" tanya Zayn lagi.

"Nggak. Apa abang akan langsung membawa Viola ke rumah, dikenalkan dengan Ibu? Apa tidak menjadi masalah besar nantinya?" balas Fahira balik bertanya.

"Masalah besar bagaimana? Kan ini yang Ibu inginkan. Ibu juga tidak berhak marah. Jikapun itu terjadi, biar abang yang bicara dengan Ibu. Kau tenang saja, oke?"

Fahira hanya tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Ia tidak ingin berada di posisi yang kembali disalahkan, karena sejak awal dirinya sudah membujuk Zidan untuk menikahi Najwa, tapi suaminya itu tidak mau, dengan alasan Najwa masih gadis dan masa depannya masih panjang.

~~

Satu jam perjalanan, akhirnya mobil yang ditumpangi Zidan sudah sampai di halaman parkiran apartemen miliknya_ apartemen yang biasa ia pakai jika sedang ada rapat bisnis rahasia.

Zidan menarik koper milik istrinya dan menggandeng tangan Fahira dengan tangan kirinya. Keduanya lalu menaiki lift bersama. Fahira yang mengikuti langkah Zidan, merasakan jantungnya berdetak kencang tak karuan.

Ia harus siap menahan sakit dan sesak di dadanya. Ia juga harus siap jika suatu saat nanti dirinya akan diabaikan, bila Viola bisa memberikan keturunan untuk suaminya.

Kini keduanya sudah sampai di depan pintu apartemen. Zidan memencet bel, memberi tanda pada Viola bahwa dirinya sudah datang bersama Fahira. Viola yang tahu Zidan dan Fahira datang segera merapikan penampilannya, lalu menghembuskan napas kasar untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Hufftt--- Ayo, Viola. Kau pasti bisa."

Viola lalu berjalan menuju pintu. Tak lama, pintu terbuka lebar. Jantung Viola dan Fahira sama-sama berdetak kencang bak gendang benderang. Keduanya saling menatap lekat, seolah waktu berhenti di antara mereka.

Zidan yang melihat keduanya saling menatap merasa gugup. Ia takut ada 'perang dunia ketiga' di hadapannya.

"Ehem-- Gimana keadaanmu? Apa ada sedikit masalah selama tinggal di sini?" tanya Zidan, memecah keheningan.

Fahira yang mendengar Zidan bertanya pada Viola hanya menundukkan kepalanya, sedangkan Viola menatap Zidan sambil tersenyum.

"Ah, aku baik-baik saja. Tidak ada masalah kok. Di sini sangat nyaman," sahut Viola berusaha menetralkan rasa gugupnya.

"Oke, baiklah. Sayang, ini Viola. Dan Vio, ini Fahira_ istriku," ujar Zidan memperkenalkan keduanya agar suasana tidak canggung.

"Hai, aku Viola." kata Viola memperkenalkan diri dengan senyum lebar di bibirnya.

"Fahira." sahut Fahira singkat, lembut dan tersenyum simpul.

"Ayo, sayang. Kita masuk dulu."

Zidan lalu mengajak Fahira masuk setelah keduanya memperkenalkan diri. Sedangkan Viola berbalik melangkah menuju dapur. Ia dengan semangatnya mulai memasak untuk menyambut suami dan istri pertama suaminya itu.

Fahira yang sudah pernah tinggal di apartemen ini saat masih pengantin baru pun tidak merasa kaget setelah masuk ke dalam. Zidan membawa koper Fahira masuk ke kamar utama karena mereka akan menginap satu malam di sana.

"Sayang, duduklah. Kenapa berdiri terus di situ?"

Pertanyaan Zidan membuat Viola menoleh, menatap Fahira yang masih berdiri memandang dirinya di dapur. Fahira pun menuruti ajakan suaminya untuk duduk.

Selesai membuatkan minum, Viola membawakan tiga gelas jus jeruk ke ruang tamu.

"Silakan diminum. Maaf, aku hanya bisa membuat ini," kata Viola sedikit gugup.

Sedangkan Fahira belum bisa mengucapkan sepatah kata pun. Ia masih sedikit tertampar oleh kenyataan bahwa suaminya kini sudah memiliki dua istri.

Zidan yang tahu istrinya masih sulit bicara menaruh gelas di bibir Fahira untuk menghilangkan ketegangan.

"Ini, minumlah dulu."

Fahira hanya menurut saat disuapi minum oleh suaminya. Zidan lalu meletakkan kembali gelas Fahira di atas meja dan sedikit melirik Viola yang ada di hadapannya.

"Tuan Zidan, aku sudah membuatkan makanan untuk Anda dan istri Anda. Jika berkenan, silakan dimakan dulu selagi hangat," ucap Viola dengan senyuman.

"Oke, terima kasih, Vio. Sayang, apa kau lapar?" tanya Zidan pada Fahira.

Fahira masih diam. Hal itu membuat Viola berusaha lebih sabar menghadapi istri pertama suaminya itu.

Haaah--- Apa memang dia selembut itu? Pantas saja Ibu dari Tuan Zidan selalu menindasnya. Sepertinya dia sangat lembut dan penurut, pikir Viola dalam hati.

~~

Kini ketiganya telah berada di meja makan. Viola memasak beberapa menu hingga Zidan sedikit bingung ingin makan yang mana. Viola lalu berdiri, mengambil piring kosong, dan mulai meletakkan nasi di atasnya untuk melayani suaminya.

"Tuan Zidan, kau mau lauk yang mana? Lihat, aku memasak udang saus padang khusus untukmu."

Saat Viola akan mengambil udang, tangannya ditahan oleh Fahira. Ia tersenyum pada Viola dan mengambil alih piring berisi nasi itu.

"Maaf, Bang Zidan alergi udang dan cumi. Biar aku saja yang ambilkan," kata Fahira dengan suara lembut agar Viola tidak tersinggung.

Viola yang mendapat perlakuan itu wajahnya seketika berubah. Ia menatap Zidan, yang kemudian memberi kode halus agar Viola mengerti posisi Fahira saat ini.

Viola yang paham akhirnya duduk kembali dan mulai menyantap makanannya tanpa suara. Ketiganya kini makan dalam keheningan, larut dalam pikiran masing-masing.

~~

Selesai makan, mereka duduk di ruang tamu yang juga berfungsi sebagai ruang TV, sesuai perintah Zidan. Pria beristri dua itu duduk bersandar di samping Fahira, sementara Viola berada di hadapannya.

"Sayang, dan kau, Vio. Dengar aku bicara. Aku ingin kalian bekerja sama dalam rumah tangga ini. Aku tidak ingin mendengar ada keributan di antara kalian. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk bersikap adil," jelas Zidan, menatap keduanya yang menunduk diam.

"Ingat, kita sementara akan tinggal di rumahku bersama Ibu dan Eva. Dan kau, Viola, usahakan bersikap sebaik mungkin di hadapan Ibu. Aku sudah memasang CCTV di rumah itu agar bisa memantau keadaan. Tidak ada yang tahu CCTV itu terpasang, baik Ibu maupun adikku. Malam ini kita akan tinggal di sini, dan malam nanti aku akan datang ke rumah untuk memberitahu Ibu tentang pernikahanku denganmu. Setelah aku bicara dengan Ibu, besok kita akan pindah ke sana. Kalian mengerti maksudku?" sambung Zidan panjang lebar.

Zidan menjelaskan semuanya dengan rinci, dan keduanya mengangguk tanda paham. Menyadari suasana masih canggung, Zidan memutuskan masuk ke kamar karena merasa lelah dan ingin beristirahat.

"Oke, kalian ngobrol saja dulu. Aku mau istirahat sebentar, kepalaku pening sekali."

​"Mau aku pijat kepalamu, Bang?"

​Pertanyaan Fahira membuat langkah Zidan terhenti. Zidan tersenyum hangat, pandangan matanya penuh terima kasih dan kasih sayang, lalu menggeleng sebagai jawaban.

​"Tidak usah, Sayang. Kau duduk saja. Nikmati waktu kalian. Aku hanya perlu istirahat sebentar," bisik Zidan, sebelum kembali melangkah menuju kamar utama. Pintu kamar tertutup pelan, meninggalkan keheningan yang mencekik di ruang tengah.

​Viola menunggu sejenak. Keheningan ini terasa berbeda dengan keheningan di meja makan tadi. Sekarang, hanya ada mereka berdua. Ia berdeham, mencoba mengumpulkan keberanian.

​Di ruang tamu, Fahira dan Viola duduk saling berhadapan.

​"Mbak Fahira," panggil Viola, suaranya sedikit gemetar. Ia tidak lagi melihat Fahira sebagai wanita lembut, melainkan sebagai sosok yang tenang, namun memegang kendali.

​"Ya," sahut Fahira datar. Matanya tidak beranjak dari cangkir jus jeruk yang sudah kosong di atas meja.

​"Mbak, maaf--- mungkin ini agak sedikit pribadi, tapi aku sudah memikirkannya sejak kemarin," ucap Viola, menarik napas dalam, berusaha keras untuk terdengar profesional dan jujur.

​"Begini, kau pasti sudah tahu siapa aku dari Tuan Zidan. Dia pasti sudah menceritakan tentang aku padamu."

​Fahira akhirnya mengangkat kepala, menatap Viola. Tatapannya lembut, namun penuh kewaspadaan. "Dia hanya bilang, kau wanita yang bersedia memberikannya keturunan. Itu saja."

​Viola menelan ludah. Penjelasan Zidan rupanya sangat minim. "Ah, i-iya. Tapi, asal kau tahu, Mbak. Aku menjamin keamanannya. Aku selalu melayani pelanggan dengan pengaman. Aku juga sudah memeriksakan diri ke dokter bersama Tuan Zidan. Hasilnya besok akan dikirimkan."

​Fahira hanya mengangguk pelan, reaksinya sangat tenang, membuat Viola semakin gugup.

​"Untuk masalah ranjang," sambung Viola cepat, suaranya kini lebih tegas. "Kau tenang saja, Mbak. Aku sudah sepakat dengan Tuan Zidan, tidak akan ada yang terjadi tanpa seizinmu. Jika kau sendiri yang menyuruhku bersamanya satu malam atau beberapa malam, baru kami akan melakukannya. Jika kau masih berat, maka kami tidak akan melakukannya."

​Fahira mendengarkan setiap kata, sesak di dadanya sedikit mengendur. Viola memang datang sebagai solusi, bukan perusak.

​"Tuan Zidan sangat mencintaimu, Mbak Fahira. Bahkan setelah menikahi aku pun, hanya kau yang dia pikirkan." Viola berhenti sejenak, lalu mencondongkan tubuh sedikit ke depan. "Aku juga sudah menandatangani surat perjanjian, jadi kau bisa tenang. Aku tidak akan pernah merebut suamimu. Karena jatuh cinta padanya saja sudah termasuk pelanggaran dalam surat perjanjian itu."

​Viola mengeluarkan secarik kertas yang terlipat rapi dari saku jaketnya, meletakkannya di atas meja, di antara mereka.

​"Ini salinannya. Aku ingin kau membacanya sendiri. Agar kau tidak perlu khawatir."

​Fahira menatap surat di meja, lalu kembali menatap Viola. Ia tidak menyangka Viola akan bersikap seterbuka ini. Ia meraih surat itu, namun tidak membacanya.

​"Aku percaya padamu, Viola," kata Fahira, suaranya kembali lembut. "Terima kasih sudah jujur."

​Ia melipat kembali surat itu. Kini ia bertekad untuk menyiapkan diri sebaik mungkin agar bisa menerima Viola. Ia berusaha keras mengesampingkan perasaannya demi satu hal, yaitu keturunan, sesuatu yang sangat diidamkan oleh suaminya dan mertuanya.

​"Aku hanya punya satu permintaan," ujar Fahira, nada suaranya berubah menjadi lebih serius.

​Viola menegakkan duduknya. "Apa itu, Mbak?"

​"Kau boleh memberikannya anak, tapi jangan pernah beralasan untuk masuk ke kamar ini setiap malam," kata Fahira, tangannya menunjuk ke arah pintu kamar utama.

​Viola merasakan getaran kekuatan dari mata lembut itu. Ini adalah aturan teritorial yang tidak tertulis di surat perjanjian mana pun.

​"Aku mengerti, Mbak. Aku akan pastikan itu," jawab Viola, mengangguk cepat. Ia kini sepenuhnya sadar, posisinya bukanlah pesaing cinta, melainkan rekanan dalam mencapai tujuan keluarga.

​Kini keduanya telah mencapai kesepakatan diam-diam. Fahira lega, dan Viola merasa posisinya lebih jelas. Mereka telah menjadi sekutu dalam rumah tangga ini.

...----------------...

​Bersambung....

1
Adelia Rahma
dasar mertua egois semoga aja anak perempuan nya kena karma karena udah nyakitin menantunya itu
Adelia Rahma
hampir saja..
tapi sayangnya semua sudah di lihat Fahira
dan Fahira inilah resikonya mau di madu pasti sakit dan sangat sakit
Adelia Rahma
hemm
Mala Mala
ya udah sekalian ja g usah di kasih art
Mala Mala
baru jg dgas,,,hawa2nya dah hamil ni 🤭🤭
Masitoh Masitoh
ku harap viola meninggal melahirkan
🍁Dhita❣️💋🄷🄶🄽-🅈🅆👻ᴸᴷ
mantap nich zidan. lupa sama. fahira.. dapat bonus. dari viola ya
sutiasih kasih
sebaiknya segera terungkap...
septiana
semoga Rayhan ga syok kalau tau adiknya udah di madu
septiana
begitulah kira2 kalau 2 istri tinggal di 1 atap.. suami perhatian ke istri pertama, istri yg kedua cemburu begitu pun sebaliknya.
septiana
lanjut kak semangat 💪🥰
septiana: sama2 kk
total 2 replies
Adelia Rahma
Fahira ku harap kamu jangan salahkan viola jika suatu saat nanti dia jatuh cinta ke suamimu karena kmau lah yang menghadirkan dia di antara kamu dan suamimu
dan ku harap kamu sedikit tehas ke ubu mertuamu jangan terlalu lemah dan psrah gotu aja
Adelia Rahma
nah tu pusing pusing dah lu Zidan
udah ngehadapin dua istri
tiba di rumah ibumu udah ngadepin ibu dan adikmu juga nikmati hidupmu ya zidan pasti bnyk drama nya
Adelia Rahma
hemm umi padahal anakmu malah udah sering menangis 😭😭
Adelia Rahma
siap siap berbagi hati dan suami Fahira
Adelia Rahma
hemm gak bisa berkata apa-apa
Adelia Rahma
sakit tak berdarah
gak di madu hati dan pisik sakit
di madu malah tambah sakit
Adelia Rahma
pakaian mu terlalu terbuka vio
Adelia Rahma
lanjut susah mau komen apa
Adelia Rahma
ummm
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!