Sera, harus kehilangan calon anak dan suaminya karena satu kecelakaan yang merenggut keluarganya. Niat ingin berlibur malah menjadi petaka.
Sera bersedih karena kehilangan bayinya, tapi tidak dengan suaminya. Ungkapannya itu membuat sang mertua murka--menganggap jika Sera, telah merencanakan kecelakaan itu yang membuat suaminya meninggal hingga akhirnya ia diusir oleh mertua, dan kembali ke keluarganya yang miskin.
Sera, tidak menyesal jatuh miskin, demi menyambung hidup ia rela bekerja di salah satu rumah sakit menjadi OB, selain itu Sera selalu menyumbangkan ASI nya untuk bayi-bayi di sana. Namun, tanpa ia tahu perbuatannya itu mengubah hidupnya.
Siapakah yang telah mengubah hidupnya?
Hidup seperti apa yang Sera jalani setelahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Darren
"Mama ... Mama jangan menyiksaku seperti ini dong, Mah. Aku ini papanya, masa Mama jauhin aku sama Lio."
Darren, terus merengek seperti anak kecil, sambil mengekor Maudy seolah meminta jajan. Maudy, masih tetap dengan prinsipnya yang melarang Darren untuk menyentuh Lio sebelum Sera kembali, tetapi Darren malah mengabaikan hal itu, dia bukannya memohon maaf kepada Sera, dengan cara menemui wanita itu, Darren malah meminta Alex, untuk menemuinya.
Sontak, tingkahnya itu membuat Maudy, semakin marah pada putranya itu.
"Mama, biarkan Darren, menggendong Lio, ya Mah, sekali ini saja." Mohon Darren.
"Tepati janjimu dulu. Minta maaf kepada Sera, dan bawa Sera kembali sebelum itu ... jangan harap kamu bisa menyentuh Lio."
"Mama, itu gak adil!"
"Memangnya Lio juga mendapat keadilan? Lio, butuh ibu susu tapi kamu malah menjauhinya, apa itu adil untuk Lio?!"
"Tapi Ma ... jangan jauhkan aku dengan Lio, itu menyiksaku Mah."
"Kamu pikir Lio, tidak tersiksa? Setiap hari dia harus menahan haus dan lapar, jika bukan karena Sera, yang mengirimkan susunya mungkin Lio masih di IGD sekarang. Mama, gak ngerti jalan pikiran kamu. Hanya karena dendam sepele, kamu membenci wanita itu kekanak-kanakan tahu gak!"
Maudy, langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya. Darren, terdiam lalu melirik ke bawah, di mana ada Alex, Inah, dan Pak Jojo yang memperhatikan. Namun, mereka semua pura-pura melakukan hal yang tidak penting untuk mengalihkan perhatian Darren.
Alex, yang pura-pura baca koran tapi kenyataannya koran itu terbalik. Inah, pura-pura melap guci, dan Jojo pria itu celingukan sambil bersiul.
Darren, tahu jika mereka semua pura-pura, ia tidak peduli karena saat ini moodnya sedang tidak baik untuk memarahi mereka. Akhirnya, Darren, masuk ke dalam kamarnya. Bantingan pintu yang keras, menghentikan mereka yang ada di bawah.
"Tuan Darren, pasti marah besar ini," seru Inah.
"Tapi jika tidak dikeraskan Darren, tidak akan berubah. Dia seharusnya tidak egois terhadap Lio," tutur Pak Jojo.
Alex membenarkan "Benar, Pak Jojo. Tuan Darren sesekali harus digitukan, yang dia pikirkan hanyalah gengsi."
"Apa setelah ini Tuan Darren, akan minta maaf kepada Sera?" tanya Inah, tapi Alex, hanya diam.
"Entahlah Bi, aku tidak yakin juga jika Sera, mau," papar Alex, karena sebelumnya ia pernah menemui Sera, tapi Sera, menolak.
Flashback On
Sera, keluar dari warung ibunya sambil membawa kantong plastik besar, yang langsung ia buang ke dalam tong sampah. Setelah, dipecat dari pekerjaannya Sera, membantu ibu dan ayahnya.
Sera, hendak melangkah tapi langkahnya malah berbalik, ia terdiam menatap Alex, di depannya. Alex terlihat nyengir, tapi Sera, tidak menampakan ekspresi apapun, dengan wajah datar Sera, menghampiri Alex, ia tahu jika Alex, datang karena utusan Darren.
"Alex, ngapain kamu di sini? Mau makan, ya masuk dong."
"Saya kesini untuk ... "
"Disuruh Tuan Darren? Apa lagi?"
"Lio demam, dan masuk rumah sakit, kasihan Lio dia butuh kamu. Dia butuh ibu susunya."
Sera, tertegun hatinya terenyuh yang teringat kepada bayi yang menggemaskan itu. Namun, keegoisan Darren, membuatnya mencoba menahan rasa ingin bertemu itu. Sera, masih tidak terima jika Darren menuduhnya pencuri.
"Maaf, Alex itu sudah bukan urusanku. Lagipula aku sudah mengirimkan ASI setiap hari untuk Lio."
"Ayolah Sera, ini demi Lio dan ini perintah Nyonya. Jika kamu benci sama Tuan Darren, abaikan saja dia, lagipula Tuan Darren sudah tersiksa."
"Bukankah kalian bilang aku ini pencuri? Nggak takut, jika aku mencuri barang kalian?"
"Kami salah. Kami semua salah, yang mencuri itu ternyata Nia, dia yang sengaja memasukkan kalung itu ke dalam kopermu." Sera, tercengang ia sangat terkejut, ternyata teman satu jabatannya yang memfitnah.
"Tuan Darren, sudah memecatnya," tambah Alex.
"Kalian menyesal, kan sekarang sudah salah nuduh."'
"Kami sangat menyesal, apa kamu mau kembali?"'
"Tidak! Aku sudah terlanjur sakit hati sama bosmu. Seharusnya dia minta maaf padaku, bukannya menyuruhmu. Kamu pikir aku tidak malu dituduh pencuri, dan dia sudah melempariku sampah. Katakan pada Tuan Darren, harga diriku sangat mahal jika dia benar-benar menyesal datanglah sendiri."
Alex, tercengang ia hanya diam ketika Sera, mengatakan hal demikian. Sera, kembali ke dalam meninggalkan Alex, yang termenung.
Flashback Off
"Oh, Tuhan ... bagaimana dengan nasib Lio," gumam Inah setelah mendengar cerita dari Alex. Alex, hanya menaikkan kedua bahunya lalu pergi.
***
Di dalam kamar, Darren mondar-mandir tak jelas, memikirkan bagaimana caranya agar Sera, kembali.
"Haruskah aku meminta maaf? Oh tidak ... tidak ada dalam kamusku meminta maaf pada mereka yang di bawahku. Lalu bagaimana caranya jika Sera, mau kembali."
Darren, terus berpikir tapi tetap tidak menemukan ide lain. Alhasil ia menghela nafas kasar, mengambil dompetnya lalu keluar dari kamar.
"Mama, aku pergi dulu mau menemui Sera," serunya kepada Maudy, yang ada di dalam. Tidak mendapat sahutan akhirnya Darren pergi meninggalkan kamar Lio. Sementara, Maudy ia tersenyum berharap anaknya itu berubah.
"Cucu Oma, sayang ... doain papamu, ya semoga bisa membawa pulang ibu susumu," ucap Maudy, yang dibalas senyuman oleh Lio, tangannya mengacung seolah senang karena ibu susunya akan kembali.
Setibanya di bawah Darren meminta Alex, untuk mengantarnya tapi Alex, menolak. "Tuan, lakukanlah sendiri, tunjukkan perjuanganmu untuk Lio."
Darren, kesal lalu mengambil kunci mobil dari tangan Alex, setelahnya ia mengendarai mobil sendiri.
Di tempat lain, warung Ane cukup ramai siang ini, ditambah para pekerja yang mampir untuk makan siang. Selain masakannya yang enak, harganya pun murah meriah yang terjangkau bagi pekerja buruh, mahasiswa dan orang dibawah lainnya.
"Sera, antarkan pesanan ini ke meja 20." Ane, menyerahkan beberapa piring kepada Sera.
"Ibu jangan banyak-banyak tanganku hanya dua."
"Sudah, sana antarkan." Ane, tidak peduli dengan keluhan putrinya. Sera, mencebik menuju meja 20.
"Huh, aku merasa disiksa jika seperti ini," gumamnya berjalan menuju meja di ujung jendela yang memperlihatkan dengan jelas jalanan di luarnya.
Tidak berselang lama, datanglah sekumpulan orang dengan penampilan dan wajah sangar. Seorang pria, yang diiringi kedua bodyguard, pria itu tersenyum menatap Sera penuh nafs*.
"Mm ... wangi janda kembang emang beda, kamu makin cantik dan tubuhmu makin aduhai!" Pria itu memandang Sera, dengan nafs*. Setelah jadi janda memang tidak sedikit para pria yang menggoda Sera, apalagi melihat dadanya yang montok membuat mereka semua menatapnya dengan n*fs*
Sera, yang mendengar gumaman itu meliriknya tajam. Lalu, kembali fokus kepada pelanggannya.
"Sera, aku bisa membuatmu bahagia, hidup terjamin, asal kau mau nikah bersamaku," bisiknya membuat telinga Sera geli. Sera, berusaha tenang dan sabar, supaya tidak membuat kegaduhan di warung ibunya.
Namun, sepertinya amarahnya sudah tidak terkendali. Ia menggebrak meja, mengalihkan pandangan semua orang. Ia menatap tajam sang bandod di depannya.
"Dasar bandod tua! Gak tahu malu, ya ... masih saja kamu godain saya. Mau kamu sekaya apapun tidak sudi saya harus nikah sama bandod kayak kamu."
"CK, kamu bilang apa? Bandod ... dasar wanita tidak tahu diri!"
Pria ini hampir menamparnya, jika Sera tidak berhasil menahannya. Sera, mencengkram tangan pria itu sampai memerah kesakitan. Kedua bodyguardnya hendak menyerang tapi Ane, tiba-tiba datang melerai.
"Eh ... ada apa ini, jangan membuat keributan di sini."
"Keributan? Kamu pikir aku datang untuk itu ... mana suamimu? Jika ingin aku pergi maka bayar hutangnya."
Sontak Ane dan Sera terbelalak. Matanya melebar, dengan mulut yang menganga. Joko, sembunyi di bawah meja, ketika sang istri hendak mencarinya. Pria itu meminjam uang tanpa sepengetahuan istri.
"Hei Joko, keluarlah! Bayar hutangmu, jika tidak ... putrimu yang jadi jaminannya." Pria itu menatap Sera, dengan seringaian tipis.
Sontak, Sera menampar wajah pria itu. "Dasar, bandod tua!"
"Kurang ajar kau!"
Sera, menunduk seraya melindungi wajah dengan kedua tangannya. Ia menghindari pukulan bandod itu, tapi bukan pukulan yang Sera, terima kedua bodyguard pria itu tiba-tiba menariknya keluar. Sera, berontak ketika akan dibawa oleh mereka.
Ane, mengambil centongan yang ia pukulkan, tapi malah tubuhnya yang terhuyung karena tendangan si bandod.
"Ibu!"
"Hei, kamu berani menyerang ibuku!" Sera, mengangkat kedua kakinya yang menendang-nendang ke arah pria itu tapi, tubuhnya tidak kuasa yang ditahan kedua pria bertubuh kekar.
"Bawa dia ke dalam mobil!'
"Baik Bos."
"Hei! Berani kalian bawa aku, aku sumpahin kalian matinya tersambar petir."
"Hah, diam!"
"Hei, lepasin aku!"
"Lepaskan dia," seru Darren, yang menahan pintu mobil mereka. Sera, tercengang melihat Darren di sampingnya.
...----------------...
Maaf, baru up kemarin banyak kesibukan jadi gak bisa up, up lagi nanti siang ok