NovelToon NovelToon
Menyembunyikan Benih Mantan Suami

Menyembunyikan Benih Mantan Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Slice of Life / Single Mom / Nikahmuda / Cerai / Duda
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ara Nandini

Selina harus menelan pahit kenyataan di kala dirinya sudah bercerai dengan mantan suami hasil perjodohan. Ternyata tak lama setelah itu, dia menemukan dirinya tengah berbadan dua.

Selina akhirnya memutuskan untuk membesarkan bayinya sendiri, meskipun harus menjadi ibu tunggal tak membuatnya menyerah.

Berbeda dengan Zavier. Mantan suaminya yang hidup bahagia dan mewah dengan kekasihnya. Seseorang sudah hadir di hidup pria itu jauh sebelum kedatangan Selina.

Akankah kebenarannya terungkap seiring berjalannya waktu? Belum lagi Selina Kini harus terjebak dengan seorang bos yang sangat menyebalkan.

Ikuti kisahnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara Nandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15

Selina terduduk di bangku taman yang tak jauh dari kafe, air matanya tak kunjung berhenti jatuh. Ia sama sekali tak peduli dengan tatapan aneh orang-orang yang lewat.

Untuk apa mereka datang lagi? batinnya bergemuruh. Aku sudah bahagia bersama Ian. Apa yang mereka inginkan? Membawa putraku jauh dariku? Nggak, aku nggak akan pernah biarin itu terjadi. Ian hanya putraku, hanya milikku.

Tubuhnya berguncang, jemarinya mencengkeram erat lutut yang ia peluk.

Tak jauh dari situ, Jayden sedang duduk santai sambil mengisap rokoknya. Matanya lalu tak sengaja menangkap sosok wanita yang menangis, dahinya berkerut.

“Kayak… Selina?” gumamnya pelan.

Ia melempar rokok ke tanah, menginjaknya dengan sepatu, lalu berdiri. Langkah tegapnya mendekat, lalu tiba di hadapan Selina yang kini sudah menunduk menyembunyikan wajahnya.

“Selina” panggilnya tegas.

Wanita itu mendongak spontan, terperanjat saat melihat sosok bos keduanya kini berdiri menjulang tinggi di hadapannya.

Selina panik. Ia mengusap jejak air mata di pipinya. “P—Pak Jayden…”

Jayden menatapnya tajam, nada suaranya terdengar sinis bercampur heran. “Ada apa denganmu? Kenapa wajahmu tampak seperti orang yang baru saja putus cinta?”

Selina tercekat. Ia tidak tahu harus menjawab apa.

“Aku bertanya padamu!” suara Jayden meninggi. Ia memang benci jika pertanyaannya diabaikan.

Selina menunduk. “U… untuk apa Pak Jayden ada di sini?” tanyanya pelan.

Jayden mendengus, menyilangkan tangan di dada. “Ini tempat umum, siapa saja bisa datang, termasuk aku. Apa itu salah?”

Selina segera bangkit berdiri, niatnya pergi secepat mungkin. Namun sebelum ia sempat melangkah, pergelangan tangannya dicengkeram kuat.

“Dasar nggak sopan. Apa seperti ini sikapmu pada bosmu?” kata Jayden, matanya menusuk tajam.

Selina meringis. Cengkeraman pria itu begitu kuat.

“Lepaskan saya, Pak… saya mau jemput anak saya,” kata Selina, mencoba menarik tangannya.

Jayden menatap wajah Selina lekat-lekat. Ia bisa melihat jelas guratan lelah di wajah sendu itu. Akhirnya, pria itu melepaskan cengkeramannya.

“Kurasa sekarang saatnya kamu kembali ke Aetherworks. Jam kerjamu di kafe sudah habis,” katanya dingin.

Selina mengangguk pelan. Memang itu niatnya.

“Putramu… biar aku saja yang menjemput,” lanjut Jayden.

Selina langsung menggeleng cepat. “Nggak, Pak. Saya saja. Saya nggak mau nanti ada yang salah paham.”

Jayden menyipitkan mata. “Salah paham bagaimana? Sudahlah, cepat ke kantor. Jangan buang waktu.”

“Ta… tapi, Pak, saya—”

“Jangan membantah!” potong Jayden dengan suara berat. “Jika kamu tidak mau saya hukum, lakukan saja seperti yang saya bilang.”

Selina mengembuskan napas kasar, pasrah. Ia berbalik dan segera menuju Aetherworks, sementara Jayden ke sekolah Ian.

••••••

“Ini sekolahnya?” tanya Zavier dengan nada datar.

Nathan, yang duduk di kursi kemudi, mengangguk. “Ya. Sekitar sepuluh menit lagi bel pulang berbunyi. Ian biasanya keluar agak belakangan.”

Zavier mengangguk, dadanya terasa berdegup semakin kencang. Tangannya mengepal tanpa sadar.

Kini mobil Nathan sudah berada di depan gerbang sekolah Ian yang katanya putranya itu.

Sementara, Eliza bersama kedua orang tuanya masih menunggu di kafe Nathan.

Suasana hening menyelimuti mobil, hingga Zavier akhirnya bersuara.

“Aku tidak menyangka… selama ini Selina tinggal di sini. Dan bekerja di tempatmu.” katanya dengan nada sedikit sinis.

Nathan hanya menatap lurus ke depan.

Zavier kemudian mendengus. “Sebenarnya aku tidak peduli dia hidup atau mati. Itu bukan urusanku lagi. Tapi… kalau dari ceritamu tadi, kehidupannya sungguh menyedihkan. Terlalu menyedihkan untuk seorang wanita sepertinya.” Ia menghela napas panjang. “Belum lagi orang tuanya… mereka bahkan tak peduli sama sekali. Menyedihkan sekali.”

Nathan tak bersuara, ia sudah diberitahu oleh Kim soal masa lalu Zavier dengan Selina. Menurut Nathan, tak ada gunanya lagi menyalahkan siapa pun. Yang sudah terjadi biarlah berlalu. Selina juga pasti punya alasan tak memberitahu bayinya kala itu.

Kringggg!!!

Bel pulang kelas satu berbunyi nyaring. Anak-anak dari kelas paling depan berhamburan keluar dengan wajah ceria.

Nathan dan Zavier serempak turun dari mobil. Keduanya berjalan masuk ke area sekolah, menembus keramaian anak-anak yang mulai memenuhi halaman.

Di sisi lain, sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan gerbang. Jayden baru saja tiba. Ia memarkirkan mobil, lalu turun sambil menyapu pandangan ke sekeliling.

Sekejap, matanya menangkap mobil yang terparkir tak jauh darinya. Alisnya terangkat.

“Mobil Nathan?” gumamnya pelan.

Namun tak butuh waktu lama baginya untuk menebak. Jadi Nathan juga berniat menjemput Ian, pikir Jayden.

Dari dalam kelas, Ian akhirnya keluar. Wajahnya datar seperti biasa, berbeda jauh dari anak-anak lain yang berlarian menuju orang tua mereka.

“Itu Ian… dia sudah keluar,” ucap Nathan, sambil menunjuk ke arah bocah kecil itu.

Zavier menoleh, pandangannya langsung terkunci pada sosok Ian yang melangkah pelan menuju taman kecil di depan. Bocah itu duduk di bangku favoritnya, meletakkan tas di samping, lalu menatap kosong ke depan.

Jantung Zavier seakan berhenti berdetak dalam sekejap. Kedua matanya tak berkedip menatap bocah kecil itu. Benar—seperti kata Kim—wajah Ian memang begitu mirip dengan dirinya saat kecil. Dari sorot mata hingga garis rahang mungilnya, semuanya hampir sama.

“Apa kita temui dia sekarang?” tanya Nathan pelan.

Namun Zavier tak menjawab. Kakinya bergerak sendiri, melangkah perlahan ke arah Ian, meski lututnya terasa lemas.

"Nathan?”

Suara lain tiba-tiba terdengar dari belakang. Nathan menoleh dan mendapati seseorang yang tak asing.

“Jayden?” ucap Nathan, kaget. “Eh… apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya, heran, karena ia tahu betul tidak ada satu pun adik Nathan yang bersekolah di sini.

Pandangan Jayden tak sengaja menatap sosok pria yang kini berdiri di depan seorang anak kecil. Mata Jayden sedikit menyipit.

“Zavier? Apa yang dia lakukan di sana?” tanyanya.

Nathan spontan mengerutkan kening. “Kau mengenalnya?”

“Ya. Dia teman satu SMA-ku dulu. Kami juga beberapa kali terlibat kerja sama,” jawab Jayden cepat, matanya masih menyoroti Zavier, “Tapi… kenapa dia menghampiri anak Selina?”

Nathan tercekat, tidak langsung menjawab.

Jayden, tanpa menunggu jawaban, melangkah mendekat.

“Zavier,” panggil Jayden dengan suara berat.

Zavier sontak menoleh, menatap Jayden, sementara Ian yang sejak tadi  memperhatikan Zavier, ikut menoleh juga.

“Eh… Jayden,” ucap Zavier, sedikit terkejut.

“Om…” suara kecil Ian ikut menyahut.

Alis Zavier langsung berkerut. “Om?” gumamnya, heran, menatap Ian dengan bingung.

Jayden mengangkat dagunya sedikit. “Bertemu lagi kita. Aku ke sini untuk menjemput Ian. Ibunya sekarang sedang berada di kantorku,”

“Apa?” Zavier terkejut. Selina… di kantornya Jayden?

Ian lekas berdiri. Tubuh mungilnya bergeser mendekati sisi Jayden. Dengan nada ketakutan, ia berkata lirih sambil menunjuk ke arah Zavier, “Om… ayo pulang. Ian takut sama dia.”

Jayden mengerutkan kening, matanya menatap Zavier penuh tanya.

“Kenapa kamu menghampiri putra Selina?” tanyanya.

Zavier tak langsung menjawab. Sorot matanya masih tertuju pada Ian yang kini semakin merapat ke tubuh Jayden.

“Om… ayo antar Ian ke mama,” pinta Ian sambil menggoyangkan pergelangan tangan Jayden.

Zavier menghela napas berat. Tatapannya kembali ke Jayden. “Kurasa ada hal yang harus kita bicarakan… nanti. Mumpung aku ada di sini,” katanya akhirnya, suaranya pelan tapi tegas.

Jayden mengangguk singkat. “Baik. Datang saja ke kantorku. Besok jam dua siang aku free,” balasnya. Nada suaranya datar, tapi jelas ia sedang menahan banyak pertanyaan dalam kepalanya.

Tanpa banyak bicara lagi, Jayden berjongkok lalu mengangkat Ian ke gendongannya. Bocah itu langsung melingkarkan tangan mungilnya ke leher Jayden.

Saat mereka melewati Nathan, Jayden hanya menyunggingkan senyum tipisnya.

Nathan menatap keduanya pergi, sementara Zavier masih berdiri di tempatnya. Ia merasakan sedikit sesak karena bocah itu menolaknya dan justru memilih berlindung di pelukan pria lain.

1
Ayano Rosie
Jayden juga egois banget memaksakan kehendaknya udah tahu seluna berdarah darah hatinya masih juga begitu
Sunaryati
Yang sangat egois itu kalian, seorang ibu memaksa anaknya menjauhi dan memisahkan dari menantunya. Eliza juga sudah ditentang ayahnya tidak boleh menikah dengan Zavier, ayahnya meninggal nekat.
Sunaryati
Tabah dan semangat Sellina mulut Zavier masih kasar untuk ibu dari anaknya demi mendapatkan keinginannya, tidak menjaga perasaan Sellina, sampai punya anak 6 tahun masih mendapatkan hinaan yang sama.
Sunaryati
Kamu bengkarung ya di depan ibunya kau hina, emak yang baca saja jadi nyesek dan nangis, namun bersyukur Sellina semakin kuat. Sedangkan di depan Ian lembut dan membela, dasar pria bunglon tak sumpahin bucin pada Sellina🤣🤣🤭
Sunaryati
Mulut Zavier busuk orang lain saja peduli kok mulutnya mudah bilang Sellina mati atau hidup tak peduli. Sellina itu korban dari kedua orang tuanya penderitaan masih bertambah, syukur dia wanita tangguh dan pekerja keras. Fix Zavier harus dapat karma, jangan diber keturunan pada pernikahan dengan Eliza karena arogansi dan kesombongannya, buat perusahaannya bangkrut agar bisa merasakan hidup jadi orang miskin
Sunaryati
Kapan kamu bebas dari tekanan orang- orang- kaya yang atogan
Sunaryati
Astaga apa tidak ada saksi, masa sih orang tua kok membully anak. Seharusnya jadi contoh
Sunaryati
Hati Zavier saja tak ada getaran jika dia mempunyai anak
Sunaryati
Ayahnya banyak uang ibunya menghidupi diri saja sampai berusan dengan toilet, mudah- mudahan orang- orang yang membuat hidupmu menderita mendapatkan balasan setimpal, dan Jayden kena karma ibunya jatuh cinta pada Sellina
Sunaryati
Banyak ya orang semena- mena pada orang miskin, miris/Cry/ Semoga kedepannya kamu mendapatkan kebahagiaan Sellina emak nyesek
Sunaryati
Hati kamu baik Kim
Sunaryati
Kasihan ayah dan keluarganya hidup enak, dia hidup sederhana hanya dengan ibunya
Mirrabella
muak liat jayden sok keras
padahal lembek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!