NovelToon NovelToon
Reign Of The Shadow Prince

Reign Of The Shadow Prince

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Transmigrasi / Fantasi Isekai
Popularitas:553
Nilai: 5
Nama Author: ncimmie

di khianati dan di bunuh oleh rekannya, membuat zephyrrion llewellyn harus ber transmigrasi ke dunia yang penuh dengan sihir. jiwa zephyrrion llewellyn masuk ke tubuh seorang pangeran ke empat yang di abaikan, dan di anggap lemah oleh keluarga, bangsawan dan masyarakat, bagaimana kehidupan zephyrrion setelah ber transmigrasi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ncimmie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13

Putra Mahkota Kael mendengar bisik-bisik di antara para bangsawan yang mulai memihak Valerian. Wajahnya merah padam, tangan mengepal, darahnya berdesir karena amarah. Ia melangkah maju dengan cepat, langkahnya menggema di ruang rapat.

"Apa maksudmu, Valerian?!" teriak Kael, suaranya menggetarkan ruangan. "Kau merusak aliansi yang sudah kubangun! Kau… kau bahkan berani membuat bangsawan memihakmu?!"

Valerian menatapnya dengan tenang, mata emasnya berkilau di cahaya lilin dan sisa cahaya biru dari telapak tangannya. "Aku tidak memaksa siapapun, Kael. Aku hanya menunjukkan siapa yang berpikir untuk masa depan, dan siapa yang hanya mengejar ambisi sendiri," jawabnya lembut, tapi penuh kewibawaan.

Kael mendesis, amarahnya memuncak. Dengan gerakan tangannya, cahaya terang berputar di udara, memancar dari tubuhnya seperti matahari mini, menarget Valerian langsung. Para bangsawan mundur, beberapa menahan napas melihat energi cahaya yang membutakan dan berdesir di udara.

Valerian menatap serangan itu tanpa tergesa-gesa. Ia mengangkat kedua tangannya, api biru di telapak tangannya membentuk perisai tipis. Cahaya Kael menghantam, namun Valerian menahan dorongan itu dengan mudah, membuat cahaya membias dan berpendar di dinding ruang rapat.

Para bangsawan terperangah. Anak kecil ini—yang tampak rapuh beberapa menit lalu—bisa menahan serangan cahaya Putra Mahkota, yang terkenal sangat kuat dan mematikan. Mata mereka melebar, terkejut campur kagum.

Valerian melangkah maju sedikit, mata emasnya menatap Kael tajam. "Jika kau ingin menunjukkan kekuatanmu, lakukan dengan kepala dingin. Tapi jangan sekali-kali meremehkanku. Aku tidak hanya kembali… aku siap mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi hakku," ucapnya dengan nada menantang.

Kael mengepalkan tangan lebih keras, rahangnya gemetar menahan amarah. Ruang rapat berubah menjadi medan ketegangan—bukan sekadar perbedaan opini, tapi konfrontasi langsung antara dua pewaris kerajaan dengan kekuatan luar biasa.

Duke Ravion menatap Valerian dari sudut ruangan, senyumnya tipis namun penuh arti. Anak kecil ini… bukan hanya cerdas, tapi juga memiliki keberanian dan kekuatan untuk menaklukkan lawan yang jauh lebih tua dan kuat.

Ruang rapat mulai tenang kembali setelah ketegangan antara Valerian dan Putra Mahkota mereda. Raja menatap seluruh bangsawan yang hadir, lalu mengetuk meja rapat dengan ringan.

“Kita akan melanjutkan rapat negara. Kali ini, kita harus membahas kondisi wilayah Viscount Karl. Kekeringan yang terjadi di sana semakin parah, dan rakyat mulai resah,” ucap Raja, nada suaranya berat namun tegas.

Para bangsawan saling menatap, beberapa mencatat dengan cemas. Putra Mahkota Kael segera angkat suara. “Yang Mulia, saya rasa kita bisa mengirim pasokan air sementara dan menugaskan insinyur kerajaan untuk membuat sumur tambahan. Itu akan meredakan krisis dalam jangka pendek,” sarannya dengan percaya diri.

Valerian menatap Kael dengan mata emasnya yang tenang. Ia mengangkat satu tangan, membuat cahaya biru dari telapak tangannya menari sebentar di udara sebagai tanda siap bicara. “Yang Mulia Raja, dan bangsawan sekalian,” suara Valerian terdengar lembut tapi jelas, “saran Kael memang tepat untuk sementara, tapi itu hanya solusi sementara dan tidak menyelesaikan akar masalahnya.”

Semua mata beralih padanya. Para bangsawan menahan napas, sebagian masih terkejut dengan kemampuan anak kecil ini untuk berbicara di hadapan rapat negara tanpa gentar.

“Jika kita ingin menyelesaikan kekeringan di wilayah Viscount Karl secara permanen,” lanjut Valerian, “kita perlu membangun sistem irigasi yang terhubung dengan sungai utama, membuat waduk untuk menampung air hujan, dan melatih petani setempat untuk mengelola air secara efisien. Dengan begitu, wilayah itu tidak lagi tergantung pada pasokan sementara dari kerajaan, dan rakyat akan bisa mandiri.”

Duke Ravion mencondongkan tubuh, menatap Valerian dengan kagum. “Anak ini… pemikirannya jauh melampaui usianya,” gumamnya.

Raja mengernyit, menyadari bahwa saran Valerian lebih matang daripada yang diberikan Kael. Putra Mahkota mengepalkan tangan, wajahnya memerah, tapi tak bisa membantah fakta bahwa rencana Valerian lebih komprehensif.

Valerian menunduk sedikit hormat, lalu menambahkan, “Yang Mulia, dengan langkah ini, kita tidak hanya menyelamatkan Viscount Karl dari kekeringan, tapi juga membangun hubungan yang lebih kuat dengan rakyatnya, karena mereka akan melihat kerajaan sebagai pemimpin yang berpikir jauh ke depan, bukan hanya memberi bantuan sesaat.”

Para bangsawan yang semula ragu mulai saling bertukar pandang. Perlahan, beberapa yang netral kini terlihat lebih condong mendengarkan Valerian dengan penuh perhatian.

Raja menghela napas panjang, lalu mengangguk pelan. “Baiklah. Saran Pangeran Ketiga akan kita pertimbangkan. Pastikan rencana itu bisa segera diterapkan.”

Valerian menatap para bangsawan sejenak dengan senyum tipis, mata emasnya berkilau. Ia tahu, langkah kecil ini semakin mengukuhkan posisinya—bukan hanya sebagai pewaris yang kembali, tapi juga sebagai pemimpin cerdas yang mampu menyaingi Putra Mahkota.

setelah rapat negara selesai, Duke Ravion mendekati Valerian di salah satu koridor istana. Matanya bersinar dengan rasa ingin tahu dan sedikit kekaguman.

“Yang Mulia Pangeran Ketiga,” katanya dengan suara lembut tapi penuh hormat, “aku ingin berkunjung ke istana tempat Yang Mulia tinggal. Aku ingin lebih memahami tempat tinggal pangeran dan belajar dari pengalaman Yang Mulia.”

Valerian menatap Duke Ravion dengan mata emasnya yang tajam, senyum tipis terukir di wajahnya. “Aku menghargai niatmu, Duke Ravion, tapi… aku rasa itu tidak mungkin.”

Duke Ravion mengernyit, sedikit terkejut. “Oh? Mengapa, Yang Mulia?”

Valerian mencondongkan kepala sedikit, menahan senyum yang hampir menipu. “Tempatku… tidaklah layak bagi seorang bangsawan. Sederhana, bahkan… bisa dikatakan jauh dari kata nyaman. Aku tidak ingin menunjukkan keadaan yang bisa membuat Yang Mulia tersinggung atau salah paham.”

Duke Ravion terdiam sejenak, menyadari ada sesuatu yang Valerian sembunyikan. Tapi matanya tetap bersinar dengan rasa ingin tahu. “Aku mengerti… namun jika Yang Mulia berubah pikiran di kemudian hari, aku akan senang sekali untuk berkunjung.”

Valerian tersenyum tipis, mata emasnya berkilau. “Terima kasih, Duke. Tapi untuk saat ini, aku lebih suka fokus pada urusan kerajaan. Menunjukkan tempat tinggalku… bisa menimbulkan gangguan yang tidak perlu.”

Duke Ravion mengangguk perlahan, tersenyum tipis. “Baiklah, Yang Mulia. Aku menghargai keputusanmu.”

Setelah Duke Ravion pergi, Valerian menatap koridor yang sunyi. Ia tahu, menyembunyikan tempat tinggalnya yang sederhana bukan sekadar soal rasa malu, tapi strategi. Memberi kesan bahwa dirinya selalu tenang, rapi, dan penuh wibawa—tanpa memperlihatkan sisi rapuh—membuat bangsawan semakin menghormatinya dan menambah aura misteriusnya.

Valerian menepuk dagunya pelan. Setiap langkah kecil ini, meski tampak sepele, adalah bagian dari permainan besar yang sedang ia rancang untuk menguasai politik kerajaan.

Setelah bertemu dengan Valerian, Duke Ravion berjalan cepat menuju aula besar Istana Pusat. Wajahnya serius, langkahnya mantap. Ia tahu, Pangeran Ketiga memiliki kecerdasan luar biasa, namun keberadaannya di Istana Utara—yang selama ini hanya dikenal sebagai tempat pembuangan bagi bangsawan tersisih—tidak layak untuk seorang pewaris kerajaan.

Tanpa menunggu lama, Duke Ravion menghadap Raja. “Yang Mulia Raja,” ucapnya dengan tegas namun terkendali, “aku datang untuk mengajukan permohonan penting. Demi keamanan dan kelancaran pemerintahan, aku meminta agar Pangeran Valerian dipindahkan ke Istana Phoniks.”

Raja menatap Duke Ravion dengan alis terangkat, jelas terkejut. “Istana Phoniks? Kau ingin memindahkan Pangeran Ketiga ke sana? Mengapa?”

Duke Ravion menunduk sejenak, menahan napas, lalu menatap Raja dengan mata tajam. “Yang Mulia, aku baru saja bertemu Pangeran Valerian. Tempat tinggalnya selama ini… di Istana Utara, yang selama ini dianggap sebagai tempat pembuangan bagi bangsawan tersisih. Seorang pewaris kerajaan seharusnya tidak tinggal di sana. Di Istana Phoniks, ia bisa berada di lingkungan yang layak, tetap di bawah pengawasan kerajaan, dan menjauhi risiko politik yang tidak perlu.”

Raja mengernyit, ragu. “Aku khawatir memindahkannya akan menimbulkan spekulasi… beberapa bangsawan mungkin menentang keputusan ini.”

Duke Ravion mengerutkan alis, mencondongkan tubuh sedikit ke depan, suaranya mantap. “Yang Mulia, izinkan aku mengingatkan: aku adalah salah satu pilar paling penting kerajaan ini. Aku bisa memastikan pemindahan dilakukan dengan aman, tanpa menimbulkan kerusuhan atau kontroversi. Demi stabilitas dan kepentingan kerajaan, langkah ini perlu dilakukan sekarang.”

Raja menatap Duke Ravion lama, menyadari betapa besar pengaruh dan kepentingan strategis pilar itu. Perlahan, ia mengangguk. “Baiklah… demi kepentingan kerajaan, aku setuju. Pangeran Valerian akan dipindahkan ke Istana Phoniks, di bawah pengawasan yang sesuai. Pastikan semuanya berjalan lancar, Ravion.”

Duke Ravion membungkuk hormat. “Tentu, Yang Mulia. Aku akan mengurus semuanya.”

Ia meninggalkan aula dengan langkah mantap, mengetahui bahwa keputusan ini tidak hanya melindungi Valerian, tapi juga menjadi langkah strategis untuk memperkuat posisi Pangeran Ketiga dan menjaga stabilitas kerajaan dari Istana Phoniks.

1
彡 Misaki ZawaZhu-!
Bingung mau ngapain setelah baca cerita ini, bener-bener seru!
Nori
Buku-buku sebelumnya sudah seru, tapi yang ini bikin aku ngerasa emosi banget.
Brian
Terpesona
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!