"Teganya kau membunuh keluargaku mas, salah apa keluargaku sama kamu mas," tangis ibu pun pecah.
keluarga yang hangat harus hancur di tangan keluarga itu sendiri, hubungan yang terjalin dengan baik harus hancur karena iri hati seorang saudara kepada adiknya sendiri.
"Santetmu akan kembali padamu,"
"Karma akan menghampirimu,"
"Tidak habis pikir kamu bisa membuh keluargaku dengan ilmu hitammu itu,"
"Kau akan mati di tanganku durjana,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon janda#hot, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Mendengar hal itu, bu Wati tampak terduduk lemas di lantai sambil terisak.
"Sebenarnya iya nak, mas kalian di santet seseorang! Ibu dan bapak sudah beberapa kali mendatangkan dukun dan pemuka agama mereka semua mengatakan hal yang sama yakni Setia di santet Janur Nyawa, bahkan pak ustad Abidin pun hanya berkata untuk kita tetap kuat dan ikhlas untuk keadaan Setia sekarang," ucap Bu Wati.
Tentu ucapan yang keluar dari mulut ibu nya membuat mereka berdua terkejut, kenapa kedua orang tua mereka menyembunyikan hal yang membahayakan ini dari mereka bertiga.
"Kenapa ibu dan bapak Ndak cerita sama kami bertiga? Ini masalah yang gawat Bu!, lagian apa itu Santet Janur Nyawa Bu? kenapa kamu baru mendengar tantang santet itu?" ucap Dinda yang muncul dari arah belakang.
"Ibu dan ayah bukan tidak ingin memberitahu kalian tapi ya belum saatnya saja untuk kalian tahu. Kami tidak ingin kalian khawatir karena Santet Janur Nyawa ini adalah santet yang sangat mengerikan, santet ini dapat membunuh satu keturunan kita hingga tidak ada yang tersisa!" jawab Bu Wati yang masih terisak.
"Apa Bu? Membunuh satu keturunan, berarti setelah mas Setia kami juga akan terkena santet tersebut bahkan ibu dan bapak juga?" tanya Intan.
"Entahlah nak yang mereka targetkan siapa? Yang pastinya satu keturunan akan terkena santet tersebut dan ibu ndak mau itu sampai terjadi dan bedak ini sudah di beri jampi-jampi oleh dukun yang mencoba mengobati Setia, meski tidak menyembuhkan setidaknya bisa mengurangi rasa sakitnya. Ibu ndak tega melihat Setia menjerit kesakitan!" ucap Bu Wati.
"Santet itu mengerikan sekali Bu hiks, Intan takut Bu," ucap Intan yang mulai menangis.
"Kamu yang tenang yah nduk, ibu dan bapak akan berusaha mematahkan santet ini," ucap Bu Wati sambil memeluk Intan dan Dinda.
"Kata ibu tadi beberapa dukun dan pemuka agama yang di udang tidak bisa menyembuhkan mas Setia Bu?" tanya Rizky heran.
"Santet ini sangat kuat nduk para dukun dan pemuka agama bilang santet ini hanya bisa di sembuhkan oleh si pengirim sendiri," jawab Bu Wati.
"Ya sudah Bu, apa mereka tidak bisa menemukan siapa yang mengirimnya Bu?" tanya Dinda.
"Tidak bisa nduk, energi santet itu tentu melindungi tuannya agar tidak bisa terdeteksi oleh orang lain sebab bisa di bilang santet yang di kirim ini membutuhkan makanan tersebut, ya si korban lah yang menjadi makanan nya," jawab Bu Wati.
"Berarti santet ini menyerupai makhluk halus atau semacam jin gitu Bu? berati yang Intan lihat malam itu laki-laki berkepala kuda ialah santet kiriman tersebut Bu?" tanya Intan.
"Ia dia lah jin yang mendiami santet tersebut," jawab Bu Wati.
"Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang bu? Apa kita harus diam dan menerimanya Bu?" tanya Rizky yang mulai ikut menangis.
"Ayah kalian masih mencoba mencari informasi mengenai hal ini dan berusaha menemukan dukun lainnya untuk menyembuhkan Setia," ucap Bu Wati.
"Sekarang kalian beristirahat lah dahulu, ibu mau mengoleskan bedak ini ke tubuh Setia," ucap Bu Wati.
"Baik Bu," jawab mereka bertiga.
Malam harinya setelah selesai makan mereka duduk berkumpul di ruang keluarga sedangkan Bu Wati menemani Setia di dalam kamar, walaupun berbuah busuk Bu Wati berusaha menahannya biar bagaimana pun Setia adalah darah daging nya.
Saat asik duduk bersantai tiba-tiba dari dalam kamar terdengar suara teriakan yang sangat keras.
"Aaaaa Tidak! Pergi kamu jangan ganggu kami!" ucap Intan berteriak keras.
"Intan? bapak itu suara Intan!" ucap Rizky.
Mereka semua bergegas menghampiri Intan.
"Intan kamu kenapa nak?" tanya pak Bimo.
"Bapak! makhluk itu datang lagi pak hiks!" ucap Intan ketakutan.
"Makhluk apa nduk?" tanya Bu Wati yang baru datang menghampiri mereka.
"Itu Bu makhluk berkepala kuda, katanya ia akan segera membawa mas Setia pergi dan kita semua akan ikut di bawanya. Intan takut pak, Bu!" ucap Intan masih terus terisak.
Mendengar penuturan Intan membuat mereka saling berpandangan, berarti apa yang di ucapkan oleh dukun dan pemuka agama memang benar adanya. Santet ini akan mengambil nyawa mereka semua. Tentu saja hal itu membuat mereka semua was-was bisa saja mereka semua akan binasa karena kekejaman santet ini.
Belum sempat mereka sadar dari keterkejutan, teriakan keras dari dalam kamar Setia pun menyadarkan mereka semua. Mereka berlari memasuki kamar Setia.
"Argh...tidak jangan bawa aku, panas..panas.. ibu, bapak tolong Setia bu. Sakit argh pergi dari sini," teriak Setia meronta-meronta sambil tangannya mencakar seluruh tubuh nya.
Bahkan luka-luka yang sudah membusuk itu ingin di cakarnya, tentu saja hal itu membuat semuanya panik dan mencoba menahannya.
"Mas Setia tenang mas, tidak ada siapa-siapa disini hanya ada ibu, bapak dan kami adik-adikmu. Tenang yah mas jangan di garuk nanti lukanya tambah menyebar," ucap Rizky.
"Argh sakit! Pergi dari sini jangan ambil nyawaku! Aku tidak ingin ikut denganmu!" teriak Setia.
"Mas Setia yang tenang mas, ibu bapak ini gimana sekarang?" tanya Rizky.
"Ibu, bapak, pria berkepala kuda itu sekarang berada di samping mas Setia bu! Intan takut Bu dia mau mencekik leher mas Setia!" ucap Intan terisak.
Semuanya panik mendengar ucapan dari Intan, seketika Bu Wati menyuruh pak Bimo untuk mengambil sapu lidi karena menurut orang tua jaman dulu sapi lidi dapat mengusir makhluk halus.
"Bapak cepat ambil sapu lidi di belakang!" teriak Bu Wati.
"Sapu lidi Bu! Buat apa?" tanya pak Bimo heran.
"Untuk mengusir makhluk jadi-jadian itu, udah Ndak usah banyak tanya cepat ambilkan ibu sapu lidi itu!" ucap Bu Wati.
"Iya Bu," ucap pak Bimo bergegas pergi mengambil sapu lidi.
"Argh...uhuk..uhukk," Setia terbatuk-batuk sambil tangannya memegang leher nya, semua nya menjadi panik melihat tingkah Setia itu.
"Ibu, mas Setia di cekik makhluk itu bu, pergi kumu jin jahat jangan ganggu kakak ku!" ucap Intan.
"Celaka! Bapak cepat pak!" teriak Bu Wati.
Hingga akhirnya pak Bimo datang membawa sapu lidi dan memberikan kepada Bu Wati.
Bu Wati langsung menyiramnya dengan air pemberian dari salah seorang dukun lalu di pukul pukul nya secara perlahan sambil mulutnya komat kamit mengucapkan sesuatu yang tidak mereka mengerti.
"Bu, kata makhluk itu percuma, benda itu Ndak bisa mengusirnya!" ucap Intan.
Namun Bu Wati tidak menyerah ia terus melakukannya tanpa memperdulikan perkataan makhluk jahat itu.
"Rizky kamu cepat tolong ibu suntikan obat penenang ke tubuh Mas mu agar dia tidak mencakar tubuhnya lagi!" perintah Bu Wati.
"Iya Bu," ucap Rizky mengambil obat lalu di suntikan ke tubuh Setia.
Perlahan Setia mulai tertidur dan tidak memberontak lagi, membuat semuanya orang sedikit lebih tenang.