NovelToon NovelToon
Pendekar Naga Bintang

Pendekar Naga Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Misteri / Action / Fantasi / Budidaya dan Peningkatan / Anak Genius
Popularitas:44.7k
Nilai: 5
Nama Author: Boqin Changing

Di barat laut Kekaisaran Zhou berdiri Sekte Bukit Bintang, sekte besar aliran putih yang dikenal karena langit malamnya yang berhiaskan ribuan bintang. Di antara ribuan muridnya, ada seorang anak yatim bernama Gao Rui, murid mendiang Tetua Ciang Mu. Meski lemah dan sering dihina, hatinya jernih dan penuh kebaikan.

Namun kebaikan itu justru menjadi awal penderitaannya. Dikhianati oleh teman sendiri dan dijebak oleh kakak seperguruannya, Gao Rui hampir kehilangan nyawa setelah dilempar ke sungai. Di ambang kematian, ia diselamatkan oleh seorang pendekar misterius yang mengubah arah hidupnya.

Sejak hari itu, perjalanan Gao Rui menuju jalan sejati seorang pendekar pun dimulai. Jalan yang akan menuntunnya menembus batas antara langit dan bintang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Binatang Suci

Mata Gao Rui membesar. Sendok di tangannya hampir jatuh.

“Bi… binatang suci? Seperti… makhluk yang hanya ada dalam legenda?”

Boqin Changing hanya menatap supnya tenang.

“Legenda selalu punya sumber. Bahkan cerita yang terdengar seperti mimpi sekalipun… biasanya berakar pada sesuatu yang nyata.”

Gao Rui menelan ludah.

“Kalau begitu… mereka bisa berbicara seperti manusia?”

Boqin Changing menatapnya sekilas.

“Kalau mereka mau.”

Gao Rui terdiam lama. Hening kembali menyelimuti ruangan. Namun kali ini, hening yang penuh pertanyaan.

...*******...

Keesokan harinya.....

Air terjun kembali menggema di tebing raksasa di sisi timur hutan. Gao Rui sudah duduk bermeditasi di bawah guyuran air, kali ini dengan napas stabil. Ia tidak lagi menoleh gelisah ke arah hutan seperti kemarin. Tidak lagi gelisah karena bayangan para makhluk mengganggunya.

Hari ini… ia sudah berbeda. Hari ini ia tahu, selama gurunya ada, ia tidak perlu takut.

Waktu berlalu. Matahari naik melewati pucuk pepohonan. Setelah meditasi usai, Gao Rui keluar dari bawah air terjun dengan tubuh basah namun napas teratur. Ia menepuk dadanya bangga.

“Hah… hari ini lebih baik.” gumamnya bangga.

Namun saat ia menoleh mencari gurunya, ia terhenti. Jantungnya langsung berdetak keras.

“Gu… Guru?”

Boqin Changing sedang berdiri sekitar dua puluh langkah darinya… berbicara dengan seekor kuda putih bersayap. Bukan hanya itu, di dahinya tumbuh sebatang tanduk panjang berkilau, seperti kristal surgawi.

Udara di sekitar makhluk itu seperti bergetar oleh tekanan spiritual murni. Setiap bulunya memancarkan cahaya lembut. Saat ia mengibaskan sayapnya, serpihan cahaya jatuh seperti hujan bintang.

Gao Rui termenung. Itu salah satu makhluk kemarin. Salah satu… binatang suci. Yang lebih mengejutkan, makhluk itu berbicara.

Suara kuda bersayap itu dalam dan berwibawa, namun halus, seperti gema dari dunia yang lebih tinggi.

“Tuan, kau tahu tempat ini tidak aman untuk muridmu.”

Boqin Changing hanya menatapnya dingin.

“Tidak usah mengancamku. Apakah teman-temanmu memintamu untuk berbicara denganku? Aku tidak butuh izin kalian.”

Telinga Gao Rui berdenging. Binatang suci ini… berbicara?!

Makhluk itu menatap Boqin Changing dengan mata tajam.

“Kau jauh lebih berbahaya daripada yang kami kira. Aura dan kekuatan yang kau sembunyikan itu… bukan sesuatu yang berasal dari dunia ini.”

Boqin Changing tidak menunjukkan emosi sedikit pun.

“Bukan urusanmu.”

Kuda bersayap itu menatap Boqin Changing lama… lalu bertanya pelan namun mengandung tekanan.

“Apa tujuanmu datang ke tempat ini?”

Boqin Changing menjawab satu kalimat saja, dingin, pendek, namun mengguncang.

“Aku datang untuk melatih muridku.”

Hening. Angin berhenti. Air terjun seolah kehilangan suara.

Gao Rui mematung. Binatang suci itu menatap Boqin Changing dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

Lalu tiba-tiba… ia tersenyum.

“Kalau begitu,” katanya pelan, “kau dan aku akan berbicara lagi… wahai manusia yang melawan takdir.”

Ia mengepakkan sayapnya dan bersiap untuk pergi. Namun tiba-tiba Boqin Changing mengatakan sesuatu.

“Katakan pada semua teman-temanmu. Jika terjadi sesuatu dengan muridku di tempat ini, percayalah aku akan memburu kalian semua.”

Binatang suci itu tampak tersenyum namun tidak menjawab apapun. Ia kemudian terbang dan meninggalkan Boqin Changing dan Gao Rui.

Gao Rui berdiri mematung sangat lama sebelum akhirnya menoleh pada gurunya yang berjalan melewatinya tanpa ekspresi.

“G… Guru! Apa itu tadi?! Apa dia… bicara denganmu?! Siapa dia?! Guru?! Guruuuuuu!!!”

Boqin Changing hanya menjawab datar tanpa menoleh.

“Jangan banyak bertanya. Kau belum siap untuk tahu.”

Boqin Changing berjalan terlebih dahulu meninggalkan tebing hutan, dan Gao Rui tak punya pilihan selain mengikuti dari belakang. Setelah turun dari tebing, keduanya berjalan melewati padang hijau, lalu hutan bambu, hingga akhirnya rumah mereka mulai terlihat di kejauhan.

“Guru… apa kita akan kembali ke tempat itu besok?” tanya Gao Rui ragu.

“Tentu.” jawab Boqin Changing singkat tanpa menoleh.

“Tidak apa-apakah? Seperti binatang suci itu terganggu kehadiran kita.”

“Apa yang perlu kita takutkan dari mereka.”

Gao Rui menelan ludah. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi ia tahu satu hal, gurunya sedang marah. Ia ingat ancaman gurunya kepada binatang suci tadi. Memburu mereka semua? Itu ucapan yang gila. Tapi yang lebih gila lagi adalah… tadi gurunya mengatakannya dengan tenang, seakan itu hal yang wajar.

Mereka akhirnya sampai di rumah. Rumah kayu itu tampak sunyi, diterangi cahaya lentera minyak yang temaram. Seperti biasa, makan malam berlangsung tanpa banyak bicara. Gao Rui beberapa kali ingin bertanya, namun ingat peringatan gurunya hari ini. Jangan banyak bertanya.

Maka ia hanya diam. Diam… tapi tekadnya untuk menjadi lebih kuat justru semakin besar.

...*****...

Keesokan harinya. Hingga tiga bulan berikutnya....

Latihan pun berlanjut. Setiap hari Gao Rui dibawa Boqin Changing ke berbagai tempat di dalam hutan, ke dasar air terjun untuk latihan pernapasan, puncak tebing untuk latihan keseimbangan, lembah berangin untuk latihan kecepatan, dan hutan bambu untuk latihan insting bertarung.

Gao Rui jatuh, luka, memar, hampir pingsan, bahkan pernah muntah darah karena terlalu memaksakan diri. Namun setiap kali ia tumbang, Boqin Changing hanya melihatnya sebentar dan berkata.

“Kalau kau bisa bicara, berarti kau belum mati. Lanjutkan.”

Hari berganti minggu. Minggu berubah menjadi bulan. Musim pun berubah pelan-pelan. Dalam tiga bulan yang keras dan tanpa belas kasihan itu, tubuh Gao Rui berubah drastis menjadi kokoh, ototnya telah berubah menjadi otot kawat, gerakannya cepat, napasnya stabil, tendangannya berat. Namun Boqin Changing baru berkata.

“Itu baru pondasi. Lanjutkan terus latihanmu.”

Gao Rui hampir pingsan saat mendengarnya.

...******...

Setelah tiga bulan latihan di hutan, kali ini latihan kembali berubah di halaman rumah.

Boqin Changing berdiri dengan tangan terlipat di belakang, sementara Gao Rui berdiri tegak di depannya, tubuhnya penuh luka latihan, tetapi matanya menyala dengan tekad.

“Mulai hari ini,” kata Boqin Changing, “aku akan mengajarkan jurus-jurus dan teknik yang tidak dimiliki sekte manapun. Ini bukan teknik yang bisa kau pelajari hanya dengan menirukan gerakan. Kau harus mengerti prinsip dasarnya.”

Gao Rui menahan napas.

“Jurus pertama,” ucap Boqin Changing sambil mengangkat telunjuk. “Jurus Gulungan Angin. Teknik dasar seni gerak tubuh. Dengan ini kau belajar meleburkan langkah, tubuh, dan napas menjadi satu kesatuan.”

Ia bergerak sekali dan tubuhnya seperti asap tertiup angin, bergerak mulus dan sulit diikuti mata.

Lalu ia mengajarkan jurus kedua.

“Tinju Tiga Nafas. Satu jurus, tiga kali hentakan tenaga. Jika dilakukan benar, seranganmu akan menembus pertahanan lawan tanpa perlu menggunakan tenaga kasar. Ingat. Ini tentang aliran tenaga, bukan tentang kekuatan.”

Lalu jurus ketiga.

“Cakar Penyangga Langit. Teknik serangan dan tangkisan sekaligus. Cocok untuk menghadapi lawan yang lebih kuat darimu.”

Gao Rui berlatih tanpa henti. Boqin Changing tidak memberi jeda. Ketika pukulan Gao Rui meleset sedikit, ia memperbaikinya. Ketika langkahnya goyah, ia membenarkannya. Ketika tenaganya bocor, ia memaksanya mengulang dari awal.

Waktu demi waktu berlalu. Matahari telah bergeser dari timur ke barat. Tubuh Gao Rui sudah gemetar, napasnya kacau, kulitnya penuh lebam. Ia benar benar tidak menyangka harus mempelajari jurus sebanyak ini dalam satu hari.

Namun ia terus bertahan. Hingga akhirnya… tubuh Gao Rui ambruk mencium tanah. Kedua tangannya tak mampu lagi menopang tubuhnya.

Boqin Changing berdiri di depannya dan menatap tanpa ekspresi.

“Kau bisa berhenti di sini.” katanya dingin. “Atau besok kau ulangi lagi dan kita lanjutkan.”

Terguncang, tubuhnya penuh luka, Gao Rui berusaha mengangkat wajah. Bibirnya bergerak… terangkat sedikit.

Senyum tipis.

“Be… besok… guru… lanjutkan…”

Boqin Changing menatapnya lama. Lalu mengangguk tipis.

“Bagus.”

Untuk pertama kalinya di hari ini… ada sedikit nada pujian dalam suara pendekar dingin itu. Bagi Gao Rui… itu lebih dari cukup. Hari ini ia hampir mati. Tapi ia tahu bukankah keadaan hampir mati memang selama ini ia dapatkan selama pelatihan gurunya ini.

1
Dewi Kusuma
bagus
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Tooooooops 🍌🍒🍅🍊🍏🍈🍇
Anonymous
makin seruuuu 😍
John Travolta
jangan kendor updatenya thor
hamdan
thanks updatenya thor
Duroh
josssss 💪
Joko
go go go
Wanfaa Budi
😍😍😍😍
Mulan
josssss
y@y@
🌟💥👍🏼💥🌟
Zainal Arifin
mantaaaaaaaappppp
y@y@
👍🏾⭐👍🏻⭐👍🏾
y@y@
👍🏿👍🏼💥👍🏼👍🏿
Rinaldi Sigar
lanjut
opik
terimakasih author
Xiao Han ୧⍤⃝🍌
berjaga
Xiao Han ୧⍤⃝🍌
Dialog tag kan ini? Diakhiri pake koma ya thor (bukan problem besar sih, pembaca lain juga banyaknya pada gak sadar 🤭)
A 170 RI
mereka binafang suci tapi mereka lemah..yg kuat adalah gurumu
Joko
super thor 🤣
Wanfaa Budi
lagiiiiii👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!