menceritakan kisah seorang pemuda dekil yang sering di hina dan di rendahkan karena penampilannya yang tak rupawan dan sering di anggap remeh hanya karena manusia biasa.
Namun siapa sangka di balik penampilannya yang sederhana pemuda itu ternyata memiliki kekuatan tidak terkalahkan bahkan pemuda tersebut memiliki ribuan Boneka yang terbuat dari mayat tokoh tokoh kuat zaman dahulu, namun pemuda itu sendiri sama sekali tidak menyadari kelebihannya entah itu kekuatan Tidak terkalahkan miliknya maupun boneka boneka miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LEVID DAN AKI NGAMBANG SUNGSANG
Organisasi Mayat Darah adalah Organisasi dunia bawah tanah yang memiliki bisnis mencari berbagai macam pusaka pusaka ilmu hitam, kemudian mereka barter dengan artefak, pusaka lainnya atau bisa dengan emas dan permata.
Begitulah sistem bisnis yang di kerjakan oleh Organisasi Mayat Darah, mereka semua dapat menemukan pusaka ilmu hitam dengan sangat mudah karena setiap dari petinggi organisasi memiliki artefak mistis bernama Batu Madyapuro.
Sebuah batu gepeng dengan ukiran burung yang di mana ukiran paruhnya bisa menunjukan pusat aura kutukan atau ilmu hitam, cara kerjanya mirip seperti kompas.
Dan kebetulan dua orang ini secara tidak sengaja lewat di jalan ini, dan mereka mendapati ukiran burung di batu Madyapuro mereka menunjuk suatu arah, sontak mereka berdua mengikutinya hingga akhirnya tiba di tempat ini.
Reno seorang pria yang memegang batu Madyapuro berucap, "lihatlah ukiran burung ini jelas jelas menunjuk ke dalam toko itu, sudah jelas di dalam sana ada semacam pusaka hitam! Langsung saja kita sergap! Dan habisi siapapun yang menghalangi kita!" Ucap Reno dengan sebuah seringai dari balik maskernya.
Dandi rekan dari Reno terlihat menggelengkan kepalanya secara perlahan, "kita jangan terlalu gegabah Reno, apakah kamu masih kurang pengalaman? Sudah pasti pusaka ilmu hitam memiliki tuannya! Bisa saja di dalam rumah tersebut terdapat tuan dari pusaka itu dan kita tidak boleh salah langkah..." Ucap Dandi.
Reno terlihat merenung cukup lama, apa yang di ucapkan oleh Dandi memang benar, sebuah pusaka ilmu hitam pasti memiliki tuannya entah tuannya manusia atau mungkin makhluk halus, dan sudah pasti untuk mengalahkan Tuan dari pusaka ilmu hitam tidaklah mudah, mereka harus mengukur terlebih dahulu seberapa besar kesaktian pemilik pusaka itu agar mereka tidak salah langkah.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Tanya Reno dengan bingung.
"Tentu saja menunggu terlebih dahulu di sini, kita amati siapa yang keluar dari toko boneka itu!" Jawab Dandi dengan sedikit jengkel.
Reno menganggukan kepalanya kemudian mereka berdua terlihat duduk di seberang jalan mengamati toko boneka ini dari kejauhan.
Sementara Suhadi terlihat mengawasi mereka berdua dari kejauhan dengan tatapan tenang, "Hmm... apa yang akan mereka lakukan setelah ini?" Tanya Suhadi dengan ekspresi penasaran.
Alasan mengapa Suhadi pergi dari celah pagar tersebut karena walaupun Suhadi menggunakan Ajian halimun bukan berarti auranya hilang sepenuhnya. Orang orang sakti semacam Dandi dan Reno pasti dapat merasakan keanehan dan mungkin saja bisa melihatnya.
Oleh Karena itu Suhadi pergi dan mengamati dari kejauhan.
Suhadi terus mengamati dengan wajah tenang, namun tanpa Suhadi sadari dia saat ini juga sedang di awasi oleh seorang nenek tua yang duduk di pinggir trotoar layaknya seperti seorang pengemis.
Ting!
Tiba tiba salah satu pejalan kaki menjatuhkan uang koin di depan nenek tua itu, seolah mengira nenek tua itu adalah pengemis.
Nenek tua tersebut tidak terlihat marah ketika di anggap pengemis seperti ini. Dia malah terlihat menyeringai memandang ke arah Suhadi, Reno dan Dandi dengan seringai yang sangat mengerikan.
Nenek tua itu mengenakan pakaian compang camping layaknya pengemis atau orang gila, rambut nenek tua tersebut tergerai dan putih semua tidak ada yang hitam, tangan nenek tersebut juga terlihat menggenggam tongkat yang gagangnya berbentuk kepala ular, dan yang paling mengerikannya lagi wajah nenek tua tersebut terlihat berwarna hitam seperti di olesi arang.
Nama nenek tua tersebut adalah nenek Darmi, walaupun tampilannya seperti ini namun sebenarnya Nenek Darmi adalah dukun teluh tingkat tinggi yang selama ini bertapa di dalam alas Roban.
Saat itu dia sedang bertapa seperti biasanya namun begitu dia merasakan aura hitam pekat bercampur kutukan yang meledak di dekat alas Roban, nenek Darmi langsung keluar dari tempat pertapaannya dan mengikuti aura kutukan tersebut hingga aura tersebut menghilang tanpa jejak.
Nenek Darmi bingung karena aura tersebut menghilang entah kemana, hingga akhirnya dia memilih untuk mengawasi anggota Organisasi Mayat Darah karena Darmi sangat yakin batu Madyapuro yang di pegang mereka mampu mendeteksi di mana keberadaan pusaka penuh kutukan tersebut.
Nenek Darmi menyeringai memandangi Reno, Dani dan Suhadi secara bergantian.
***
Waktu berjalan dengan sangat cepat, sore hari telah tiba terlihat Atmo keluar dari toko bonekanya.
Dia langsung mengambil semua boneka yang di jemur satu persatu.
Baik Suhadi, Reno, Dandi dan Nenek Darmi langsung mengarahkan pandangannya ke arah Atmo.
"Babu?!" Tanya mereka secara bersamaan di dalam hati masing masing.
Ya mereka semua mengira Atmo adalah pelayan dari Tuan pemilik pusaka penuh kutukan itu. Karena manusia biasa seperti Atmo tidak mungkin tuan dari pusaka itu.
Baik Suhadi, Reno, Dandi, dan nenek Darmi langsung mencoba mendeteksi kesaktian Atmo, namun seberapa keras mereka mencobanya Atmo hanya terlihat seperti manusia biasa di mata mereka.
Atmo terlihat menghela nafas lega ketika dia mendapati sudah tidak ada lagi kakek tua yang tampak sangat mencurigakan tadi siang.
Atmo kemudian masuk ke dalam rumah dengan ekspresi lega, "Semoga saja tidak ada maling nanti malam." Ucap Atmo kemudian Atmo memandang ke arah boneka pocong yang ia gantung di balik pintu, "hei bung aku mengandalkanmu!" Ucap Atmo kepada boneka pocong tersebut.
Kemudian Atmo berbalik dan berjalan begitu saja, tanpa Atmo sadari bahwa boneka pocong tersebut berkedip seolah hidup kemudian boneka pocong tersebut menyeringai dengan seringai yang sangat menakutkan.
Tangan kanan pocong tersebut terlihat keluar dari celah kain kafan yang robek dan terlihatnya sebuah sabit melengkung dan sangat tajam di pegang pocong tersebut.
Wajahnya terlihat sangat senang seolah hendak mendapatkan makanan baru.
***
Waktu berjalan dengan sangat cepat sekali, akhirnya tengah malam telah tiba, ketika tengah malam seperti ini terlihat Reno dan Dandi berjalan dengan hati hati, kemudian melompati pagar dan tiba di halaman toko boneka tersebut.
Berbeda dengan Reno dan Dandi yang sudah bergerak Suhadi dan Darmi terlihat masih mengawasi dari kejauhan, mereka masih sangat waspada dengan Tuan yang memiliki pusaka penuh kutukan itu.
Hingga akhirnya langkah kaki Reno dan Dandi tiba di depan pintu utama toko boneka tersebut, Reno terlihat mengeluarkan jarum dan langsung mencoba membuka kunci pintu tersebut.
Sementara Dandi terlihat memandang kesana kemari seperti maling.
Klik!
"Loh?" Reno terlihat bingung karena tiba tiba kunci pintu tersebut terbuka sendiri padahal Reno belum selesai membobol pintunya.
Tidak sampai di situ saja...
Kriiiieeeettt!!!
Tiba tiba pintu utama terbuka begitu saja dan menampakan sosok pocong yang tergantung dengan tali, pocong tersebut langsung mengayunkan sabit di tangan kanannya..
Mata Dandi dan Reno terbelalak.
Secara refleks Reno mengeluarkan belatinya dan menangkis ayunan sabit tersebut.
Dentang!
Bunyi logam yang beradu terdengar sangat nyaring.
Dandi tidak diam saja, dia memajukan tinjunya yang terselubung api ke arah tubuh pocong tersebut.
Namun sebelum tinju tersebut menyentuh tubuh pocong itu, pocong itu memelototkan matanya..
Wus....
Seketika itu juga hembusan angin yang sangat kencang langsung mementalkan tubuh Reno dan Dandi begitu saja.
Bruk!
Siapa sangka tubuh kedua orang ini menabrak benda yang sangat keras..
Baik Dandi dan Reno refleks menoleh kebelakang.
Mereka kaget bukan kepalang ketika di belakang mereka berdiri seekor bunglon kurus kering sepanjang 6 meter yang memandangi mereka berdua dengan kepala yang sedikit di miringkan.
Slash!
Pocong yang menggantung di pintu itu memutuskan tali yang menggantung dirinya dengan sabitnya.
Dia kemudian melompati lompat keluar secara perlahan, wujudnya semakin mengerikan aura haus darah dari pocong tersebut terlihat meletus letus bagaikan kembang api.
Tubuhnya kini di penuhi dengan noda darah, dengan tangan kanan memegang sabit super tajam yang terlihat berlumuran darah, dan yang paling mencengangkan tingginya sekarang seukuran dengan tiang listrik.
"Ba-- bagaimana mungkin! Levid si Bunglon Mumi dan pocong Wedon jelmaan Aki Ngambang Sungsang.. bukankah mereka sudah lama musnah! " Ucap Dandi dan Reno dengan tatapan tidak percaya.
Begitu pula dengan Darmi dan Suhadi, "Pocong Wedon itu... Dan bunglon kurus kering itu.... bukankah mereka adalah makhluk jelmaan dari Levid dan Aki Ngambang Sungsang? dua sosok hebat yang sudah lama mati!" Ucap Darmi dan Suhadi dalam hati secara bersamaan.
jgn nanggung lg ceritanya.../Pray//Pray//Ok//Good/