NovelToon NovelToon
Rahasia Chen Xi(Jiwa Yang Terjebak Di Tubuh Budak)

Rahasia Chen Xi(Jiwa Yang Terjebak Di Tubuh Budak)

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Pengganti / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Romansa / Balas dendam pengganti / Reinkarnasi
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Anastasia

Di malam yang sama, Yu Xuan dan Chen Xi meregang nyawa. Namun takdir bermain jiwa Yu Xuan terbangun dalam tubuh Chen Xi, seorang budak di rumah bordil. Tak ada yang tahu, Chen Xi sejatinya adalah putri bangsawan Perdana Menteri, yang ditukar oleh selir ayahnya dengan anak sepupunya yang lahir dihari yang sama, lalu bayi itu di titipkan pada wanita penghibur, yang sudah seperti saudara dengan memerintahkan untuk melenyapkan bayi tersebut. Dan kini, Yu Xuan harus mengungkap kebenaran yang terkubur… sambil bertahan di dunia penuh tipu daya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 25.Mengerti.

Udara di dalam kamar itu seolah menolak bergerak. Hanya cahaya lentera yang bergetar lembut, memantulkan siluet Chen Xi yang berdiri kaku di tengah ruangan seperti patung yang kehilangan makna keberadaannya.

“Selir Wu…” gumam Chen Xi pelan, nyaris seperti berbicara pada bayangannya sendiri. “Dia benar-benar sekejam itu?”

Nyonya Heng yang hendak melangkah pergi berhenti. Bahunya menegang, lalu perlahan menoleh. “Kau tidak tahu separuhnya, Xi’er.”

Chen Xi menatapnya, mata yang biasanya tenang kini dipenuhi campuran kebingungan dan kemarahan. “Kalau begitu katakan padaku semuanya. Siapa dia sebenarnya, dan mengapa semua orang tampak takut padanya?”

Nyonya Heng menarik napas berat. Tangannya yang menggenggam pintu perlahan terlepas. Ia kembali mendekat, menatap Chen Xi seolah hendak menimbang seberapa banyak kebenaran yang bisa gadis itu terima dalam satu malam.

“Selir Wu bukan hanya selir biasa,” ujarnya lirih. “Ia berasal dari keluarga Wu di barat keluarga yang pernah hampir dijatuhi hukuman mati karena berkhianat pada kerajaan Han Yue. Tapi Selir Wu… selamat. Ia dijual ke ibukota, dan di sanalah nasibnya berubah dan kami bertemu.”

Chen Xi terdiam, matanya menyipit. “Dijual? Lalu jadi pelayan keluarga Shen?”

Nyonya Heng mengangguk. “Awalnya, ya.Dia menjadi pelayan rendahan di kediaman Shen,sedangkan aku dijual menjadi wanita penghibur yang ada di kota Yue zhi.Tapi dia pandai bicara, pandai menyenangkan hati orang. Ia tahu cara bertingkah seperti orang yang tulus. Nyonya Shen yang lembut mudah mempercayainya. Dalam waktu singkat, Selir Wu naik dari pelayan biasa menjadi orang kepercayaan di rumah itu.”

Nada suaranya berubah getir.

“Aku dulu berpikir dia hanya wanita cerdas dan rajin. Tapi aku salah besar.”

Chen Xi menggenggam jemarinya sendiri, berusaha menguasai emosi yang mulai bergolak. “Dia menukar bayi… demi status. Itu bukan sekadar kecerdikan, Bu, itu gila.”

“Dia lebih dari gila,” sahut Nyonya Heng cepat, matanya kini memancarkan rasa takut yang nyata. “Dia haus kekuasaan. Dan yang membuatnya berbahaya… adalah karena dia tak pernah gagal mendapatkan apa yang dia mau.”

Suasana menjadi hening kembali, hanya suara lentera yang berderak kecil.

Chen Xi menunduk, suaranya pelan tapi penuh luka. “Jadi ibu takut padanya selama ini.”

“Takut?” Nyonya Heng tersenyum getir. “Bukan hanya takut, Xi’er. Aku dibayangi oleh ancamannya seumur hidupku. Setelah aku menyembunyikanmu, dia datang mencariku malam-malam. Mengancam akan melaporkan bahwa aku mencuri harta keluarga Shen. Jika bukan karena Selir Wu sendiri mendapat perhatian dari Tuan Shen saat itu, aku sudah mati.”

Tatapan Chen Xi mengeras. “Dia tahu kau menyelamatkanku?”

Nyonya Heng menggelengkan kepalanya dengan perlahan. “Tidak.Jika dia tahu kamu hidup,mungkin kamu sudah tidak ada lagi didunia ini.”

Chen Xi menatapnya tak percaya. “Sesuatu yang lebih besar?”

Nyonya Heng berjalan mendekat, berbisik hampir tak terdengar.

“Selir Wu tidak pernah berhenti mendekati kekuasaan. Setelah ia menukar bayi, dia memanfaatkan posisi ‘putrinya’ sebagai anak Nyonya Shen yang seharusnya bukan darahnya sendiri,untuk perlahan masuk ke lingkaran istana.”

Chen Xi menatap tajam. “Kau maksud… dia menyiapkan anak itu untuk menjadi bagian dari keluarga kerajaan?”

Tatapan Nyonya Heng tajam namun sedih. “Ya. Dan jika dirinya tahu kamu masih hidup… maka dia akan melihatmu sebagai ancaman yang harus disingkirkan.”

Suasana menjadi dingin seketika.

Cahaya lentera bergetar lagi, kali ini nyaris padam.

Aku tidak akan membiarkan rencana selir Wu berhasil, putrinya tidak boleh masuk kedalam keluarga kerajaan. Chen xi terdiam memikirkan kecemasan didalam dirinya sebagai Xu yuan, walaupun ia tidak ingin menginjakkan kakinya di keluarga istana yang penuh intrik. Tapi setelah mengetahui rencana selir Wu, Xu Yuan berubah pikiran.

Udara di kamar itu semakin dingin, seolah penyitaan kebenaran telah menghisap kehangatan dari ruang kecil itu. Chen Xi menatap lentera yang hampir padam, bayangannya bergoyang-goyang seperti nyawa yang goyah. Di dalam dadanya, Xu Yuan yang bukan dirinya sendiri mengangkat kepalan—bukan lagi takut, melainkan tekad yang dingin seperti besi.

“Jika Selir Wu hendak menempatkan anaknya di singgasana,” bisik Xu Yuan melalui bibir Chen Xi, suaranya bukan lagi setengah ragu, “maka aku akan menentangnya. Aku takkan membiarkan dia berhasil dengan rencananya.”

Chen Xi menutup mata sejenak. Mencintai kedamaian dunia kecilnya lebih mudah ketimbang melibatkan diri dalam pusaran istana. Namun wajah Xu Yuan yang muncul tanpa permisi di kepalanya membawa ingatan lain gelap, tajam, seperti bekas luka yang menuntut balas. Setelah mengetahui rencana Selir Wu, sesuatu di dalamnya berubah bukan lagi ketakutan, melainkan tanggung jawab untuk menolak kelicikan yang bisa menelan lebih banyak nyawa.

Wanita licik seperti selir Wu, tidak akan aku biarkan rencananya berjalan lancar.

“Ibu,” katanya pelan, suara serak namun tegas, “bantu aku. Ajari aku cara membaca gerak-gerik selir Wu. Aku ingin mengetahui siasat licik nya, untuk menyelamatkan keluarga ku.”

Nyonya Heng tertegun, lalu mengangguk perlahan. Mata wanita paruh baya itu menyimpan sayatan penyesalan dan tekad. “Baik. Tetapi ini berbahaya, Xi’er. Jika Selir Wu tahu, dia tidak akan ragu.”

Chen xi menganggukkan kepalanya dengan perlahan, dengan tekad yang bulat merusak rencananya.

Di saat yang sama, di tempat lain yang jauh dari keheningan paviliun Yue Zhi, dunia meledak oleh rona perang.

Di dataran yang menganga antara Han Yue dan Qing Lan, tanah berdebu tersapu oleh ratusan pasukan. Bendera-bendera bergeser seperti laut yang marah; warna Han Yue—emas dan hitam—menggulung di atas bentangan pasukan yang berbaris rapi. Di tengah kebisingan itu berdiri seorang pria muda dengan napas seperti badai Xiao Long.

Pedangnya berlumur debu dan darah, tapi matanya tetap dingin—tidak ada kegembiraan di sana, hanya kewajiban yang mengakar. Beberapa hari sebelumnya, kabar datang ke istana: Qing Lan telah melanggar perjanjian, tindakan mereka menodai aliansi dan, yang terburuk, merenggut nyawa seorang putri kerajaan yaitu menantu Qing Lan yang wafat dengan cara yang mencurigakan. Kaisar, dalam amarah yang tertahan namun tegas, memerintahkan balasannya.

Seorang utusan istana, sambil terengah, menyerahkan gulungan perintah yang bertanda merah. “Perintah Kaisar: Xiao Long, raja Long. Kau dipilih untuk memimpin serangan balasan. Hancurkan pasukan Qing Lan, rampas ibu kota mereka. Tawan keluarga kerajaan Qing Lan. Jadikan mereka alat bagi Han Yue.”

Gulungan itu seperti bara panas di tangan Xiao Long. Ia menatap tanda resmi, lalu menatap garis horizon yang merupakan benteng musuh. Di matanya berkedip sesuatu bukan kebencian buta, melainkan beban tugas yang dipaku oleh darah dan takdir.

Di medan tempur, komando diberi. Xiao Long membentak, suaranya memotong debu: “Jangan biarkan belas kasihan memecah barisan! Kita pergi demi nama Han Yue!” Seruan itu diikuti teriakan dan dentingan logam.

Qing Lan tidak menyerah mudah. Mereka menyerang berkelompok, mencoba mengacaukan formasi Han Yue. Namun strategi Xiao Long terukur: kavaleri menekan sayap, infanteri menutup celah, dan unit pemanah menyapu langit. Dalam pertempuran sengit, Xiao Long sendiri bertukar tebas dengan panglima lawan—dua bayangan, dua nasib yang beradu. Darah memercik, panah melesat, dan seruan prajurit menguap jadi asap.

Di sela-sela kekacauan, Xiao Long menerima berita baru — sebuah pesan yang lebih rahasia: “Bukti menunjukkan kematian putri kerajaan tidaklah wajar; ada campur tangan pihak ketiga yang memanfaatkan kekacauan politik. Kaisar menghendaki hukuman total agar musuh tidak berani lagi.” Kata-kata itu menegaskan: ini bukan hanya perang, tapi juga peringatan.

Xiao Long menatap jauh, hatinya bergetar. Ia teringat akan keponakan perempuan yang pernah ia lihat beberapa kali, lembut namun tak kenal kompromi ingatannya sendiri menyelinap padahal ia tak yakin itu nyata atau hanya perintah yang menuntut. Di dalam dadanya, sesuatu retak: antara setia pada Kaisar dan nurani yang tak bisa dibungkam.

Namun perang adalah mesin yang menuntut pelaksanaan. Di bawah komandonya, pasukan Han Yue menerjang dinding pertahanan Qing Lan. Pintu gerbang kota runtuh seperti gigi rapuh; panik menyebar. Keluarga kerajaan Qing Lan dikepung di istana. Xiao Long berdiri di hadapan gerbang istana yang berkubah, memandang para tawanan yang dibawa keluar.seorang raja yang wajahnya pucat, putri-putri yang matanya besar dan penuh ketakutan, pangeran muda yang mencoba menahan amarah.

“Bawalah mereka ke hadapan Kaisar,” perintah Xiao Long dingin. Di balik kata-kata itu, ada beban yang tumbuh.bukan hanya kemenangan, tapi juga konsekuensi dari menjadikan manusia sebagai pion.

Sementara itu, kabar kehancuran Qing Lan merambat cepat sampai ke paviliun Yue Zhi. Lian, yang kebetulan tengah menyusuri koridor, segera menghampiri Chen Xi dengan napas tertahan. “Nona, berita dari utara! Pasukan Han Yue menaklukkan Qing Lan. Mereka membawa keluarga kerajaan sebagai tawanan.”

“Apa! ”

“Iya nona, kaisar memerintahkan sendiri raja Long untuk memusnahkan negeri Qing lan tanpa ampun, dan menawan keluarga kerajaan Qing lan tanpa sisa untuk diarak ke Han yue”

“Untuk apa? habisi saja ditempat! ”ucapnya yang kesal.

“Mereka akan dijatuhkan hukuman didepan rakyat Han yue, karena bersalah kepada putri Xu yuan. Sebagai simbol pengkhianatan terhadap kerajaan Han yue. ”

Chen xi kembali duduk, sambil menyisir rambutnya dengan lembut. Ia tahu maksud ayahnya, menjadikan kematiannya sebagai alasan untuk menjatuhkan kerajaan Qing lan.

Yang mulia, sejak awal menjadikan ku sebagai awal untuk menghancurkan negeri Qing lan. Entah aku harus berterimakasih atau merasa dipermainkan oleh keinginan ayahku terselubung.

1
SecretS
Sungguh kisah tragis, tapi kakak apa boleh kasih saran buat cerita kakak ini menjadi yang lebih menarik seperti akhir tak selalu harus menikah terkadang kembali merasakan hidup damai itu yang terpenting kak. Tolong buat yang berbeda dari punya tetangga ya karena kebanyakan sih selalu berakhir dengan fulgar atau menikah itu membosankan kak, tapi cerita kakak ini sudah menarik kok lanjutkan terus ya 💪💪 semangat 👍👍👍
Kitty: boleh
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!