NovelToon NovelToon
KEMBALINYA JENDERAL PERANG

KEMBALINYA JENDERAL PERANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Kisah cinta masa kecil / Dikelilingi wanita cantik / Percintaan Konglomerat / Bad Boy / Kriminal dan Bidadari / Rebirth For Love
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Update setiap hari!

Leon Vargas, jenderal perang berusia 25 tahun, berdiri di medan tempur dengan tangan berlumur darah dan tatapan tanpa ampun. Lima belas tahun ia bertarung demi negara, hingga ingatan kelam tentang keluarganya yang dihancurkan kembali terkuak. Kini, ia pulang bukan untuk bernostalgia—melainkan untuk menuntut, merebut, dan menghancurkan siapa pun yang pernah merampas kejayaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13 emosi yang meledak

Tatapan Leon mengeras. Tangannya mengepal, seolah menahan sesuatu yang tak terlihat.

Evelyn melanjutkan, suaranya terdengar lebih putus asa. “Aku dengar, Leon… aku dengar apa yang terjadi di pesta ulang tahun kakekku. Saat kau muncul… dan mengancam akan menghancurkan keluarga kami.” Nafasnya tercekat. “Katakan… katakan padaku kalau semua itu salah paham...”

Untuk pertama kalinya, Leon perlahan berbalik. Tatapannya menancap tajam pada Evelyn, begitu dingin hingga seakan menembus jantungnya.

“…Itu bukan salah paham.” Suaranya datar, kejam, tak memberi ruang harapan. “Aku memang akan menghancurkan keluargamu. Dan jika kau tidak ingin terkena imbasnya…” Leon mencondongkan tubuh sedikit, suaranya rendah namun tegas. “… maka jangan pernah berhubungan denganku lagi.”

Keheningan kembali menyelimuti. Evelyn berdiri mematung, tangannya bergetar memeluk bunga yang dibawanya, sementara air matanya akhirnya jatuh, jatuh di atas tanah pemakaman yang sepi.

Leon berbalik, melangkah pergi tanpa sedikit pun menoleh lagi.

Evelyn tidak mampu menahan kesedihannya lagi. Air matanya jatuh perlahan, membasahi pipinya. Tubuhnya bergetar, hatinya tercabik mendengar kata-kata dingin dari pria yang begitu ia cintai.

Namun, Leon tetap tak bergeming. Tidak ada niat sedikit pun untuk menghampiri, tidak ada tangan yang terulur untuk menyeka air matanya. Ia hanya berbalik, melangkah pergi dengan langkah dingin yang memisahkan jarak di antara mereka.

Tapi di sela kepergian itu, suara Evelyn pecah, parau namun penuh keteguhan.

“Itu semua bohong…” bisiknya sambil menangis.

“Kau tidak sekejam itu… Kau adalah orang dengan hati paling baik. Kau bukan Leon yang ku kenal…”

Langkah Leon terhenti.

Tangannya mengepal begitu kuat hingga sendi-sendinya berderak. Giginya terkatup rapat, rahangnya menegang. Sekejap kemudian, ia berbalik dengan cepat.

“Bohong...?!”

Suaranya bergetar, penuh amarah yang selama ini ia tekan. Matanya merah, urat di lehernya menegang.

“Aku bukan lagi Leon yang kau kenal!” teriaknya, suaranya pecah seolah melepaskan luka bertahun-tahun. “Leon yang baik hati, yang ramah, yang kau pikir penuh kasih… SUDAH MATI! Mati di tangan keluargamu, Evelyn!”

Evelyn terperanjat menyaksikan kemarahan Leon untuk pertama kalinya. Tubuhnya bergetar hebat, tapi ia tak mampu menjawab.

Leon melangkah maju, emosinya meledak semakin kuat. “orang tuaku dibunuh oleh keluarga D’Arvenne! Kakakku menghilang entah ke mana! Hidupku dihancurkan! DAN AKU—AKU ditenggelamkan dengan tangan dan kaki terikat, dibuang seperti sampah yang tak layak hidup!”

Suaranya pecah, penuh sakit bercampur kebencian. “Bagaimana mungkin aku memaafkan mereka? Bagaimana bisa aku membiarkan semua itu berlalu seakan tidak pernah terjadi?!”

Evelyn terisak, bibirnya bergetar. Ia ingin berkata sesuatu, tapi Leon menyela.

“Dan kau, Evelyn!” Leon menunjuk tajam, matanya penuh murka. “Kau pikir dirimu baik? Kau pikir kau gadis paling suci ketika mendekatiku dengan belas kasihanmu?!” suaranya menusuk bagai belati. “Kau tidak tahu apa-apa tentang penderitaanku! Jangan pura-pura memahamiku, seolah kau berbeda dari mereka! Kau tetaplah bagian dari KELUARGA D’ARVENNE YANG KUBENCI!”

Kata-kata itu menusuk Evelyn dalam-dalam. Ia membeku, suaranya hilang, jiwanya terkoyak oleh setiap kalimat yang keluar dari mulut Leon.

Untuk pertama kalinya, ia melihat Leon meledak seperti itu—bukan lagi pria yang ia kenal, melainkan sosok yang dilahap oleh kebencian, dendam, dan amarah.

Akhirnya, Leon mendekat begitu dekat hingga napasnya terasa di wajah Evelyn. Dengan suara pecah, namun tetap tegas, ia menutup semuanya.

“Aku… membencimu, Evelyn...”

Keheningan jatuh.

Leon berbalik, melangkah pergi perlahan. Punggungnya tegap, namun dari kejauhan terasa seperti sosok yang terbakar luka.

Evelyn terdiam, bibirnya bergetar tanpa suara. Air matanya jatuh tanpa suara, dan akhirnya tubuhnya melemah, berlutut lalu terjatuh ke tanah kuburan yang dingin.

Bunga di tangannya terlepas, kelopaknya berserakan di atas tanah, bersama hatinya yang telah hancur.

...

Malam semakin larut. Lampu-lampu Distrik Orvelle berkelip bagai bintang buatan. Namun bagi Leon, semuanya tampak redup, hambar, tanpa arti.

Ia berjalan tanpa ekspresi di trotoar, membiarkan orang-orang berlalu di sekitarnya. Tawa, obrolan, bahkan suara klakson mobil hanya terdengar sayup di telinganya, seakan ia terpisah dari dunia nyata.

Setiap langkahnya berat, tapi bukan karena tubuh—melainkan jiwanya. Meskipun tidak bertanya secara langsung, tapi Leon tahu jika Evelyn adalah orang yang selama ini merawat makam orang tuanya. Evelyn adalah satu-satunya orang yang tetap berkunjung dan membawa bunga untuk orang tuanya.

Sedikit penyesalan singgah di hati Leon. Namun satu hal membuatnya sedikit lega—mungkin sekarang, Evelyn tidak akan pernah lagi mendekatinya. Tidak akan pernah lagi mencoba menembus dinding kebencian yang ia bangun.

Dan mungkin… itu yang terbaik.

Leon menarik napas panjang, menenangkan pikirannya. Ia hampir tiba di bar tempatnya tinggal. Hanya perlu melewati satu lorong kecil yang gelap dan sepi.

Tapi kali ini ada yang berbeda.

Di ujung lorong, pandangannya tertuju pada sesuatu—siluet putih, tubuh seorang wanita yang tersungkur di jalan berbatu.

Leon langsung waspada. Ia mempercepat langkah, lalu berlari kecil menghampiri. Dan ketika cahaya lampu jalan menyingkap wajah itu, jantungnya terhentak.

“Lira…”

Tubuh gadis muda itu terbaring lemah, napasnya tersengal, wajahnya pucat pasi. Leon segera merunduk, memangkunya dengan hati-hati.

“Apa yang terjadi padamu?!” Suara Leon keras, penuh cemas, meski ia berusaha tetap tenang.

Dengan suara lirih, hampir tak terdengar, Lira berbisik. “T-tempat kami… diserang… oleh seseorang…”

Lira berusaha mengatur napas, matanya bergetar. “Kak Garka… dan yang lainnya… mereka semua… ditangkap…”

Nafas Leon tercekat. Ia mengguncang tubuh Lira dengan cemas. “Siapa yang melakukannya?!”

Air mata Lira menetes, suaranya gemetar. “…Dia… datang sendirian… seorang pria besar… berkulit hitam… anak buah June D’Arvenne…”

Mata Leon berkilat tajam. June D’Arvenne… nama itu bergemuruh di kepalanya, membakar pikirannya hingga tak ada ruang bagi keraguan. Ia tahu mereka tidak akan menyerah begitu saja, tapi ia tidak menyangka akan secepat ini.

Leon memeluk tubuh Lira erat-erat, merasakan betapa dinginnya kulit gadis itu. Ia berlari kecil melewati lorong gelap.

Begitu sampai di depan bar, langkah Leon terhenti. Dadanya naik turun, rahangnya terkatup rapat hingga gigi berderak.

Bangunan yang selama ini menjadi tempat persembunyian sekaligus rumah bagi mereka, kini tak lebih dari reruntuhan.

Pintu depan terhempas keluar, kayunya pecah berserakan di jalan. Kaca jendela hancur berkeping-keping, berkilau kejam di bawah cahaya lampu jalan. Meja, kursi, botol-botol minuman—semuanya berserakan.

Leon melangkah masuk perlahan, matanya menyapu setiap sudut ruangan. Dinding dipenuhi goresan dan bercak darah. Lantai lengket, basah, seolah menjadi saksi bisu pertarungan sengit yang baru saja terjadi.

Tangannya mengepal begitu keras hingga buku-bukunya memutih. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, wajah Leon bukan lagi sekadar dingin—ia benar-benar murka.

1
Hendra Saja
sampai saat ini menarik....MC nya Badas...
Hendra Saja
semangat up Thor.......makin seru
Rudik Irawan
sangat menarik
Kustri
☕semangat UP😍
Cha Sumuk
mantap mc cowok nya ga kaleng2 bnr..
Caveine: makasih kak🥰🥰
total 1 replies
Kustri
kutemani thor☕☕☕untukmu💪
Caveine: makasih bang 🥰🥰
total 1 replies
Kustri
wajib dibaca!!!
Kustri
waduuuh jgn biarkan wanitamu dipermalukan , leon
ayooo muncullah!!!
Kustri
weee... leon curi start
gmn malu'a klu tau angeline anak si komandan🤭😄
Kustri
angeline anak komandan?
Kustri
tambah semangat 💪
Kustri
woii tanggung jwb kau, leon🤭
Kustri
apa edward kakak leon
Kustri
latihlah anak" buah garka spy lbh tangguh
Kustri
uuh.... kalimat"mu, keren
sangtaipan
mantap
Kustri
gaaaas pooll
Kustri
wkwkkkk... victor polisi penjilat, rasakno!!!
ternyata sang komandan telah mengenal leon
Kustri
siap thor!
ah, leon akhir'a dpt sekutu
Kustri
seruuu...!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!