Dunia dimana yang kuat berkuasa dan yang lemah di tindas, tempat dimana banyak harta karun tersembunyi dan hewan moster berkeliaran. Seni bela diri adalah kehidupan dan kehidupan adalah seni bela diri itu lah kehidupan para kultivator
Zhou Yun yang merupakan keturunan dari Klan Zhou yang agung, serta mempunyai bakat yang luar biasa ingin menyatukan seluruh upper realm dibawah namanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pengangguran Sukses, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kompetisi Seleksi Sekte
Di aula utama Sekte White Tiger, para tetua berkumpul. Suasana muram masih menyelimuti setelah kehilangan Tetua White Tiger, namun nama Zhou Yun terus disebut-sebut dalam setiap percakapan.
Tetua Agung White Tiger menatap para murid yang hadir, terutama Mu Qingya yang masih dibalut perban.
“Pertempuran di Lembah Barat telah membawa kita kehilangan yang besar. Namun, tanpa pemuda itu… iblis mungkin sudah melahap dunia ini. Mu Qingya, kau yang diselamatkan olehnya, ceritakan apa yang kau lihat.”
Mu Qingya menggertakkan gigi, wajahnya masih pucat, namun matanya bersinar penuh ketegasan.
“Zhou Yun… berdiri tegak di depan kami semua. Ia tidak mundur sedikit pun meski menghadapi iblis setara True God. Bahkan saat tubuhnya hampir hancur, pedangnya tetap menembus kegelapan. Kalau bukan dia… aku pasti sudah mati.”
Para tetua saling berpandangan. Beberapa mengangguk pelan, sebagian lain menghela napas berat.
“Menarik…” gumam salah satu tetua. “Kekuatan seperti itu hanya mungkin jika darah leluhur Zhou benar-benar mengalir murni dalam dirinya.”
Tetua Agung mengangguk.
“Kita kehilangan satu tetua, tapi mungkin… kita menemukan sekutu masa depan. Mu Qingya, kau akan ditugaskan untuk menjalin hubungan dengan Zhou Yun. Sekte White Tiger berutang padanya, dan kita tak boleh membiarkan hubungan ini terbuang sia-sia.”
Mu Qingya terkejut, wajahnya memerah.
“T-tetua, maksud anda…?”
“Dekati dia. Baik sebagai rekan misi, sahabat, atau lebih dari itu—jadikan ikatan kalian jembatan antara Sekte White Tiger dan pewaris Klan Zhou.”
Tiga hari kemudian, Mu Qingya datang sebagai tamu resmi ke Sekte Pedang Surgawi, dengan alasan menyerahkan laporan pertempuran kepada para tetua. Namun, para murid tahu bahwa ia datang mencari Zhou Yun.
Ketika akhirnya bertemu, Zhou Yun sedang duduk di halaman rumah barunya, tubuhnya penuh energi pedang yang berputar pelan. Saat Mu Qingya melangkah masuk, ia terhenti sejenak, menunduk dengan sopan.
“Zhou Yun…” suaranya lirih, namun mengandung perasaan dalam.
“Terima kasih… atas nyawaku. Aku, Mu Qingya dari Sekte White Tiger, akan selalu mengingat budi ini.”
Zhou Yun menatapnya, lalu tersenyum tipis.
“Kau tidak perlu berterima kasih berulang kali. Dalam situasi itu, aku hanya melakukan apa yang seharusnya kulakukan.”
Namun, berbeda dengan kata-katanya yang dingin, hatinya sedikit goyah melihat tatapan tulus Mu Qingya.
Persaingan Tersembunyi
Lan Xue, yang sudah lebih dulu mulai merasakan perasaan pada Zhou Yun, kebetulan lewat dan melihat mereka berbicara. Dadanya sesak, namun ia tidak menunjukkan emosi di wajahnya.
Dalam hati, ia berbisik:
“Mu Qingya… apakah kau juga merasakan hal yang sama denganku?”
Mulai saat itu, benih persaingan halus antara Lan Xue dan Mu Qingya lahir.
Namun, di balik semua itu, kabar keberhasilan Zhou Yun juga telah sampai ke dunia luar. Di balik jurang terdalam, mata sepasang iblis kuno terbuka, berkilat merah darah.
“Seorang murid inti… membunuh pasukan kami?” suaranya bergema, penuh kebencian.
“Darah Zhou… lagi-lagi mereka yang menghalangi kami. Jika anak itu dibiarkan tumbuh… dunia iblis tak akan pernah menembus upper realm.”
Bayangan besar mulai bergerak.
Setelah kembali ke sekte, Mu Qingya dipanggil langsung oleh Tetua Agung White Tiger. Aula utama dipenuhi para tetua dan murid elit, suasana tegang.
“Qingya,” ujar Tetua Agung dengan suara berat, “sepuluh tahun sekali, seluruh sekte besar di wilayah barat Upper Realm mengadakan Kompetisi Antar Sekte. Tahun ini giliran kita mengirimkan perwakilan. Kau telah menunjukkan potensimu di Lembah Barat. Karena itu, mulai hari ini kau akan menjalani pelatihan tertutup. Tujuanmu sederhana: menjadi salah satu perwakilan Sekte White Tiger.”
Mu Qingya menunduk hormat, sorot matanya membara.
“Maka akan berlatih sekuat mungkin. Aku tidak ingin lagi sekte kita hanya menjadi bayangan di balik sekte lain.”
Tanpa ragu, ia memasuki ruang pelatihan khusus sekte—Kubah White Tiger, tempat jiwa harimau kuno pernah bersemayam. Di dalam sana, tubuhnya ditempa aura ganas binatang buas, pedangnya diuji berkali-kali, hingga ia jatuh pingsan berkali-kali.
Dalam keheningan, hanya tekadnya yang membara.
Zhou Yun… saat kita bertemu di arena itu, aku tidak akan lagi berada di belakangmu.
Zhou Yun Mendengar Kabar Kompetisi
Di sisi lain, di Sekte Pedang Surgawi, kabar besar sampai ke telinga para murid inti. Zhou Shen, sepupu Zhou Yun, datang berlari ke kediamannya.
“Yun! Ada kabar besar!” katanya penuh semangat.
“Apa itu?” Zhou Yun bertanya sambil duduk tenang.
“Kompetisi Antar Sekte Wilayah Barat Upper Realm akan dimulai dalam tiga bulan! Tapi sebelum itu, sekte kita akan mengadakan seleksi internal. Dari dua ribu murid inti, hanya sepuluh yang akan dipilih untuk mewakili Sekte Pedang Surgawi!”
Zhou Yun mengernyit.
“Hanya sepuluh dari dua ribu…?”
Zhou Shen mengangguk.
“Ya, dan caranya bukan dengan duel biasa. Setiap murid inti akan ditempatkan di arena yang memiliki sepuluh panggung kecil. Hanya yang mampu bertahan di atas panggung melawan puluhan hingga ratusan lawan sekaligus, yang akan lolos.”
Zhou Yun tersenyum tipis.
“Menarik… ujian bertahan hidup, bukan sekadar kekuatan tunggal.”
Tiga bulan kemudian, Arena Besar Sekte Pedang Surgawi dipenuhi ribuan murid inti. Gemuruh suara mereka membuat tanah bergetar.
Di tengah arena, sepuluh panggung batu raksasa berdiri, masing-masing hanya cukup untuk satu orang berdiri dengan stabil. Formasi kuno menyelimutinya, membuat arena tak bisa dihancurkan.
Tetua Pedang Surgawi berdiri di udara, suara mereka menggelegar.
“Hari ini, dari dua ribu murid inti, hanya sepuluh yang akan dipilih. Mereka yang berdiri terakhir di panggung-panggung ini… akan menjadi wakil Sekte Pedang Surgawi dalam Kompetisi Antar Sekte Wilayah Barat Upper Realm!”
Begitu isyarat diberikan, ribuan murid meloncat ke udara, aura pedang meledak bersamaan.
Pertarungan Berdarah
Zhou Shen dengan pedangnya menebas puluhan lawan, berdiri kokoh di panggung keempat meski tubuhnya penuh luka.
Lan Xue dengan pedang esnya memanggil badai salju, membekukan arena di panggung ketujuh, membuat ratusan lawan terlempar.
Zhou Yun berdiri di panggung kesepuluh. Sejak awal, puluhan murid inti menyerbu ke arahnya. Namun, dengan satu ayunan pedang, energi pedangnya membelah udara, menyingkirkan mereka semua.
“Dia… seperti tembok yang tak tergoyahkan!” teriak salah satu murid sebelum terjatuh dari panggung.
Tak peduli berapa banyak yang datang, Zhou Yun tetap berdiri tegak, aura Sacred Sovereign miliknya semakin menguasai medan.
Hari itu berlangsung seperti neraka. Ribuan murid jatuh dari panggung, hingga akhirnya hanya tersisa sepuluh orang.
Mereka adalah nama-nama yang langsung menggema di seluruh Sekte Pedang Surgawi:
Zhou Yun
Zhou Shen
Lan Xue
Dan tujuh murid inti lain yang juga berhasil bertahan
Sorak sorai mengguncang langit.
Tetua Pedang Surgawi mengumumkan:
“Mulai hari ini, kalian adalah wakil resmi Sekte Pedang Surgawi! Dalam tiga bulan, kalian akan berangkat ke Kompetisi Antar Sekte Wilayah Barat Upper Realm!”
Selain Zhou Yun, Zhou Shen, dan Lan Xue, berikut adalah tujuh murid inti yang berhasil berdiri di panggung akhir:
Su Ling’er – gadis berambut hitam panjang, bermata jernih, menguasai Pedang Angin Surga. Keindahan gerakannya membuat banyak murid terpesona. Saat seleksi berakhir, ia terlihat memandang Zhou Yun dengan penuh kekaguman.
“Dia… begitu kuat, bahkan angin pun tunduk pada pedangnya. Zhou Yun… aku ingin mengenalnya lebih dekat.”
Namun tatapan itu tidak luput dari Lan Xue, yang langsung merasakan gelombang cemburu membara di dadanya.
Feng Yuhao – pemuda berbadan tegap, berwajah dingin, menguasai Pedang Api Hitam. Ia dikenal arogan dan tidak suka ada yang lebih menonjol darinya. Sejak awal ia menatap Zhou Yun dengan kebencian.
“Hmph! Semua orang memujinya seolah dia dewa. Aku akan buktikan bahwa Zhou Yun hanyalah keberuntungan semata.”
Bai Yufan – murid berbaju putih, sikapnya tenang dan sopan. Ia menguasai Pedang Cahaya yang fokus pada pertahanan. Berbeda dengan Feng Yuhao, ia justru menghampiri Zhou Yun setelah seleksi selesai.
“Saudara Zhou, kekuatanmu sungguh mengagumkan. Jika ada kesempatan, aku ingin bertukar jurus denganmu.”
Zhou Yun hanya tersenyum, merasa Bai Yufan adalah orang yang tulus dan bisa dipercaya.
Chen Rong – seorang murid berkacamata giok, ahli dalam Pedang Ilusi. Gerakannya licin, membuat banyak lawan jatuh ke dalam jebakan ilusi tanpa sempat melawan.
Lu Tianhe – pemuda yang terlihat biasa, namun memiliki pedang dengan kekuatan Dao Tanah. Ia bisa membuat panggung bergetar dan memuntahkan batu tajam untuk menyerang.
Huo Zhan – pemuda liar dengan rambut merah menyala, ahli Pedang Petir Api. Ia dikenal keras kepala namun penuh semangat. Banyak yang kagum pada keberaniannya, meski sering gegabah.
Yan Mei – satu-satunya murid inti perempuan selain Lan Xue dan Su Ling’er yang lolos. Gayanya kalem, menggunakan Pedang Bunga Salju, auranya indah tapi mematikan. Ia tidak menunjukkan sikap khusus kepada Zhou Yun, tapi dalam hati diam-diam menaruh rasa hormat padanya.
Lan Xue mulai merasa tidak tenang sejak melihat Su Ling’er yang terang-terangan menatap Zhou Yun dengan kagum. Dalam hatinya ia bergumam, “Kenapa aku merasa marah? Apa dia ingin mendekati Zhou Yun juga…?”
Feng Yuhao dengan wajah dingin mendekati Zhou Yun setelah seleksi.
“Jangan mengira kau akan selalu menjadi yang terkuat, Zhou Yun. Dalam kompetisi nanti, aku akan membuktikan siapa yang lebih layak membawa nama Sekte Pedang Surgawi.”
Sebaliknya, Bai Yufan menepuk bahu Zhou Yun sambil tersenyum.
“Abaikan kata-katanya. Bersaing itu baik, tapi aku yakin kau akan menjadi andalan kita di kompetisi nanti.”
Zhou Yun hanya menatap semua rekan barunya dengan ekspresi tenang, meski dalam hatinya sudah memahami:
Di balik sepuluh orang yang terpilih ini, akan ada persaingan, iri hati, bahkan permusuhan. Namun, di kompetisi antar sekte… kita semua harus tetap berdiri sebagai satu bendera.