Ketika Ling Xi menjadi putri yang tak dianggap di keluarga, lalu tersakiti dengan laki-laki yang dicintai, apalagi yang harus dia perbuat kalau bukan bangkit? Terlebih Ling mendapatkan ruang ajaib sebagai balas budi dari seekor ular yang pernah dia tolong sewaktu kecil. Dia pergunakan itu untuk membalas dan juga melindungi dirinya.
Pada suatu moment dimana Ling sudah bisa membuang rasa cintanya pada Jian Li, Ling Xi terpaksa mengikuti sayembara menikahi Kaisar kejam tidak kenal ampun. Salah sedikit, habislah nyawa. Dan ketika Ling Xi mengambil sayembara itu, justru Jian Li datang lagi kepadanya membawa segenap penyesalan.
Apakah Ling akan terus bersama Kaisar, atau malah kembali ke pelukan laki-laki yang sudah banyak menyakitinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sidang Dimulai
Sampai lah ketika waktu Ling Xi harus menghadapi ayahnya. Di saat itu, Ling Xi dipanggil ke aula tengah seperti hendak di sidang. Ling Yuan berdiri jumawa mebelakangi arah datangnya Ling Xi. Begitu Ling Xi berhenti melangkah dan ia memberi salam pada sang ayah, barulah Ling Yuan berbalik badan lalu menatap Ling Xi seraya menyuruhnya untuk duduk.
Ling Yuan duduk, Ling Xi pun duduk. Di sana sudah ada Nyonya Luo, Xiu Ying, dan masing-masing dua pelayan pribadi mereka. A Mei juga hadir, napasnya terengah-engah karena baru saja menyelesaikan tugas dari Ling Xi sebelum masuk ke ruangan ini.
"Karena kalian sudah berkumpul, aku akan mengadili kalian seadil-adilnya." Begitu pembukaan Ling Yuan. Dalam hati, Ling Xi mencibir, Ayah sama sekali belum pernah adil.
"Xi'er, Ayah kecewa padamu karena telah membuat keributan. Ibumu dan kakakmu berniat baik mengajarkanmu ilmu dan kebajikan, tetapi kamu malah menyerang mereka dengan dupa misterius. Tidak hanya itu, saat mereka mengejarmu, kamu menggunakan lebah untuk menyerang mereka. Perbuatanmu sangat berbahaya, Xi'er. Apakah kamu benar-benar ingin mencelakai ibu dan kakakmu? Di mana letak hati nuranimu?"
Tuh kan, baru permulaan saja sudah tidak adil, batin Ling Xi. Seharusnya Ling Yuan bertanya dulu apa yang sebenarnya terjadi di balik kericuhan semalam.
"Apa yang Ayah katakan memang benar, tetapi tidak sepenuhnya. Pada bagian Ibu dan Kak Xiu Ying ingin mengajariku kebajikan, yang terjadi justru sebaliknya. Mereka hanya ingin aku tetap terlihat bodoh."
"Xi'er--" Nyonya Luo hendak menyela, tetapi Tuan Ling Yuan langsung menghentikannya. Tidak ada yang boleh berbicara sebelum diminta.
"Mengapa kamu bisa berkata seperti itu?" tanya Ling Yuan.
"Karena setiap kali aku meminta pendapat, mereka selalu memujiku hebat. Berbeda dengan Ayah yang selalu jujur meskipun menyakitkan. Dulu, aku pikir mereka hebat karena bisa menerima kekuranganku. Tapi setelah aku menunjukkan lukisan kota buatanku, Ayah tahu sendiri kan Nyonya Luo memujinya. Ayah menepis pujian itu lalu pergi. Dan Ayah tahu apa yang terjadi setelah itu? Nyonya Luo membuang lukisanku ke tempat sampah. Bukankah itu artinya mereka senang jika aku tidak bisa menjadi seperti yang Ayah inginkan?"
"Mereka hanya memujiku hebat agar aku tidak bisa bangkit dari zona nyamanku. Agar aku tidak bisa maju," tegas Ling Xi.
Seluruh orang di ruangan itu terhenyak mendengar penuturan Ling Xi. Nyonya Luo kebingungan, bukti apa yang dimiliki Ling Xi hingga dia bisa tahu soal lukisan itu? Apakah pelayan pribadinya berkhianat? Namun rasanya itu mustahil, karena watak pelayannya sama persis dengan dirinya.
"Apakah kamu bisa membuktikan ucapanmu itu, Xi'er?"
"Bisa." Jawab Ling Xi percaya diri. Mereka yang melihatnya bertanya-tanya, bagaimana Ling Xi bisa membuktikannya?
Ling Xi mengambil wadah yang mirip batok kelapa yang disodorkan oleh A Mei. Ia meminta pengawal untuk membukanya, lalu menuang airnya ke dalam wadah. Ling Xi mendapatkan ide membuat air kejujuran ketika bersantai di ruang Fengyun. Idenya tidak hanya air kejujuran, ada lagi kejutan yang sudah disiapkan Ling Xi dan A Mei di akhir sidang ini.
"Ini air kejujuran. Aku mendapatkannya dari kerajaan di sebelah utara. Minumkan pada pelayan Nyonya Luo," ujar Ling Xi. Ling Yuan menyetujui, dan memerintahkan pengawal untuk meminumkan seteguk air itu. Setelah berhasil diminum, Ling Xi langsung bertanya pada sang pelayan.
Semua orang di ruangan itu skeptis, tidak mungkin ada air yang bisa membuat seseorang jujur.
"Aku menemukan lukisanku di tempat sampah, apakah kau tahu siapa yang membuangnya?"
"Aku yang membuangnya." Pelayan itu sontak membekap mulutnya, terkejut karena dia mengaku begitu saja.
"Atas dasar keinginanmu sendiri atau ada yang menyuruh? Jika ada yang menyuruh, sebutkan orangnya."
"Saya disuruh oleh Nyonya Luo." Lagi-lagi pelayan itu membekap mulutnya, bahkan menampar-nampar mulutnya sendiri. Wajah Nyonya Luo seketika pucat pasi. Ia langsung menyela, tidak peduli lagi aturan boleh atau tidak berbicara.
"Bisa saja ia sudah bersekongkol dengan Xi'er. Mana mungkin ada air kejujuran seperti ini!"
Ling Xi tersenyum. "Kalau begitu, air ini bisa dibuktikan pada Ayah agar kalian percaya. Apakah Ayah bersedia?"
"Berikan air itu padaku." Tuan Ling Yuan penasaran dan tidak sabar ingin membuktikan air kejujuran ini. Ia pun meneguknya, kemudian Ling Xi bertanya.
"Ayah, lebih cantik mana, Nyonya Luo atau nyonya tetangga sebelah?"
"Cantikan nyonya tetangga sebelah." Haisssh, Tuan Ling Yuan segera melipat bibirnya. Rupanya air kejujuran ini benar-benar manjur.
Tuh kan, benar suamiku! Buktinya kamu berbicara bohong!" seru Nyonya Luo percaya diri.
"Barusan aku jujur." Ling Yuan berucap, membuat seisi ruangan menggumam hah, mereka pun tak menyangka.
"Benar kata Xi'er, kejujuranku menyakitkan. Tapi memang itu kenyataannya. Kau tak perlu risau, akan kuberikan fasilitas agar kau bisa belajar berdandan atau melakukan perawatan yang lebih baik lagi."
"Aku sudah melakukan semuanya!" Nyonya Luo frustrasi. Masih saja ia kalah cantik di mata suaminya.
Puas sekali rasanya Nyonya Luo merasakan apa yang kurasakan. Dibanding-bandingkan dengan orang lain dan diminta Ayah untuk belajar seperti mereka. Xixixixixi.
Tuan Ling Yuan segera mengalihkan permasalahan suami istri ini dari khalayak umum. Ia ingin melakukan sesuatu lagi agar semakin yakin.
"Xi'er, Ayah juga minta kau meminum Air Kejujuran itu. Ada yang ingin Ayah tanyakan."
"Baik, Ayah." Ling Xi meminumnya tanpa ragu sedikit pun.
"Sekarang kau jawab pertanyaan Ayah, apakah benar kau mendapatkan Air Kejujuran itu dari Kerajaan bagian Utara, yang adalah Kerajaan Dong?"
"Iya, benar. Aku mendapatkannya dari sana."
Ling Yuan mengangguk tipis. Padahal sebenarnya air itu berasal dari Ruang Fengyun. Ling Xi tidak terpengaruh olehnya karena ia sudah menelan penawar dari Air Kejujuran itu sebelumnya. Ia sudah memprediksi ini akan terjadi, di mana Ayahnya juga akan mengujinya dengan air tersebut, sehingga saat ini ia tidak ketahuan memiliki ruang ajaib.
"Ini tidak mungkin!" Nyonya Luo masih tidak terima.
"Meskipun terdengar tidak mungkin, tapi Xi'er sudah jujur. Xi'er, kenapa kau bisa berurusan dengan Kerajaan Dong?" Tuan Ling Yuan jujur khawatir. Semua orang tahu kerajaan tersebut terkenal gelap dan dingin. Bagaimana bisa Ling Xi bisa berurusan dengannya?
Padahal sebenarnya, Ling Xi hanya mengarang bebas. Ling Xi pun ngeri jika membayangkan kerajaan tersebut, apalagi sampai pergi kesana.
"Entahlah, tidak ada yang tidak mungkin. Bisa saja suatu saat nanti aku jadi permaisuri di sana," cetusnya asal. Ling Xi tidak pernah tahu kalau ucapannya itu akan menjadi kenyataan, karena efek samping dari penawar Air Kejujuran adalah mewujudkan kebohongannya.
Rupanya Ling Xi belum betul-betul membaca buku petunjuk sampai selesai.
.
.
Bersambung.
Note: Kerajaan Dong dari utara, dari selatan ada Kerajaan Donghai (Jian Li) dan tengah-tengah Kerajaan Nanshu, tempat bapaknya Ling Xi jadi menteri.
keselamatan rakyat dan pengawal
juga penting
pilihan bijak
/Determined//Determined//Determined/
Luka api
pasti panas dan sakit