Diambil dari cerita weton Jawa yang populer, dimana seseorang yang lahir di hari tersebut memiliki keistimewaan di luar nalar.
Penampilannya, sikapnya, serta daya tarik yang tidak dimiliki oleh weton-weton yang lain. Keberuntungan tidak selalu menghampirinya. Ujiannya tak main-main, orang tua dan cinta adalah sosok yang menguras hati dan airmata nya.
Tak cukup sampai di situ, banyaknya tekanan membuat hidupnya terasa mengambang, raganya di dunia, namun sebagian jiwanya seperti mengambang, berkelana entahlah kemana.
Makhluk ghaib tak jauh-jauh darinya, ada yang menyukai, ada juga yang membenci.
Semua itu tidak akan berhenti kecuali Wage sudah dewasa lahir batin, matang dalam segala hal. Dia akan menjadi sosok yang kuat, bahkan makhluk halus pun enggan melawan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekuatan dendam Wage
Suaranya bergema menggetarkan dukun-dukun yang bersembunyi di balik bukit nan jauh, bahkan siapa saja yg memiliki kekuatan ghaib dapat mendengar dan merasakan dendam yang begitu dahsyat.
"Mbah, ada apa ini?"
Sarinah ketakutan akan alam yang mengamuk, rasanya sungguh mencekam tidak seperti angin dan hujan biasa.
"Dia! Dia akan menuntut balas!" kata Mbah Bongkok, dia terlihat gelisah, segera duduk bersila.
"Dia siapa?"
Dan ditempat lain, dukun-dukun sakti itu merasakan yang sama, tak terkecuali dukun yang pernah memberikan jimat pelindung untuk Wulan, dia berdiri di ambang pintu menatap langit yang menyeramkan. Dia tahu ini ulah siapa.
"Kemari Nduk, jangan marah!" ucapnya.
Di luar sana, para makhluk halus pun ikut berdiri tegang seperti sedang menunggu perintah. Mereka menatap ke arah yang sama yaitu sumber kemarahan penuh dendam.
"Wahai para setan, jin dan semua makhluk! Dengarkan aku! Aku membuka diriku sebagai wadah, masuklah! Masuklah! Aku membutuhkan mu."
Mereka melayang mengikuti arah panggilan, membuat si dukun menggeleng khawatir.
"Siapa yang sudah membunuh calon suaminya? Kalian dalam bahaya!" ucap sang dukun itu lagi, menghalangi angin yang berhembus di wajahnya.
"Kalian berhenti!" teriak sang dukun, beberapa peliharaannya ikut mendatangi sumber suara yang memanggil.
Tapi detik berikutnya dukun itu melemparkan sebuah cahaya dari tangannya ke arah langit. "Masuklah ke dalam dirinya sebagai penyeimbang." titahnya kepada makhluk tak kasat mata yang di perintahkan untuk menjaga Wulan.
Di desa, Ustadz Ilman baru saja keluar dari mesjid langsung berlari menuju rumah Arif, di tengah jalan ia menyaksikan bagaimana seramnya makhluk-makhluk menyeramkan berjalan menuju rumah keponakannya itu. Mereka semua seperti mencium aroma makanan sehingga datang beramai-ramai.
"Inikah kekuatan Wage?"
Ustadz bergumam sambil terus berlari, dia langsung tahu dimana keberadaan Wulan, karena di sana beberapa sosok sudah sampai lebih dulu.
Brak!
Brak!
"Wulan! Hentikan!" ustadz Ilman menerobos masuk, mendobrak pintu kamar yang ditempati Wulan.
"Datanglah! Aku, kita bersama." bisikan itu terus menggema memekakkan telinga sang ustad. Dan begitu kacau rumah itu di kelilingi makhluk tak kasat mata, mereka berdiri menunggu siapa saja yang terpilih, dan yang tidak terpilih hanya berjaga di luar.
"Berhenti Wulan! Wulan!"
"Ustadz, ada apa dengan Wulan?" Ratih dan juga Ratna ikut masuk dan melihat Wulan. Ternyata gadis itu duduk diam dengan wajah sedih memandangi gambar Arif. Tapi sang ustad terlihat sangat khawatir dan berteriak menghentikan Wulan. Sungguh mereka keheranan.
"Wulan _" sang ustad pun bingung bagaimana menjelaskannya.
"Wulan belum ingin pulang, Buk." ucap Wulan dengan suara lemah lembutnya, terdengar amat menyedihkan.
"Tentu Nak, tinggal lah di sini saja, menemani ibuk." tangis Ratna pecah, ia menghambur memeluk calon menantunya itu.
Seketika angin dan petir berhenti, seiring dengan Wulan menoleh pelan ke arah ustadz.
"Alhamdulillah, Alhamdulillah." ustadz Ilman mengusap dadanya berkali-kali, kemudian keluar meninggalkan kamar Wulan, membiarkan para ibu-ibu mengobrol berbagi kesedihan di sana.
"Aneh, bagaimana mungkin dia hanya diam seperti itu." ustadz Ilman tidak bisa berhenti berpikir, menghadapi keanehan Wulan, si murid paling baik dan pintar mengaji, kini malah seperti gadis berilmu ghaib yang penuh misteri.
"Siapa yang sudah membunuh calon suamiku?"
Suara bisikan itu kembali menggema di tengah malam sunyi, seperti suara hantu yang menakuti siapapun yang bersalah.
"Kamu ingin tahu?" sosok pemuda tampan mengulurkan tangannya mengajak Wulan pergi.
Tanpa ragu Wulan meraih tangan pemuda itu dan berjalan menelusuri kegelapan. Dia menatap sekeliling dan melihat rumah Arif itu seperti bangunan usang. Dia mencari setitik cahaya namun tidak ada, hingga ia masuk ke dalam sebuah gudang yang berantakan.
"Mas Arif!"
Di dalam mimpinya itu, ia melihat Arif sedang berganti pakaian sambil tersenyum mematut diri di depan kaca. Wulan ikut tersenyum memandangi calon suaminya yang tampan. Dia mendekat, tapi detik berikutnya senyum Arif memudar lantaran melihat sosok besar, hitam tapi bercahaya biru, sosok itu langsung menikam Arif tepat di dadanya.
"Jangaaaannn!!!" teriakan Wulan menggema tapi tidak dapat di dengar siapa-siapa.
Sosok itu terus menghimpit dan menusuk semakin dalam dada Arif, tatapannya mengisyaratkan agar Arif cepat mati.
"Aku tidak akan mati sebelum bertemu calon istriku." ucap Arif, bibirnya mengeluarkan darah segar, dia benar-benar kesakitan, persis seperti sebelum ia meninggal. Hanya saja di alam nyata Arif tampak seperti orang kedinginan dan kesakitan saja.
"Mas... Mas Arif!" Wulan menangis meraung-raung, menyaksikan makhluk tersebut tidak melepaskan Arif walau sedikit saja.
Dan beberapa menit berikutnya Arif menghembuskan nafas terakhir setelah bertemu Wulan.
"Hahahhaha!" tawa si iblis menggema, kemudian ia melirik Wulan dengan wajah menang.
Ternyata makhluk itu bisa melihat Wulan, begitulah yang dipikirkan Wulan.
"Ini hanyalah mimpi, tentu aku pun bisa mengendalikan mimpi ini." Wulan berlari menyerang makhluk itu, meskipun gagal berulang kali tapi ia tetap mencoba, hingga akhirnya ia berhasil memukul makhluk tersebut.
"Raarghhh!" makhluk tersebut terkejut Wulan bisa menyentuh dirinya.
"Mengapa kau membunuh orang yang aku cintai?" tanya Wulan .
"Hahahaha! Karena ada yang mencintaimu."
Brakk! Sekali pukul makhluk tersebut terpental, sosok yang menemani Wulanlah yang menyerang kali ini.
"Sial! Aku tidak berurusan denganmu!" teriak makhluk tersebut.
Perkelahian pun terjadi, Wulan tidak tinggal diam dan memukuli makhluk tersebut.
"Kau!" makhluk tersebut marah.
"Nyawa di bayar nyawa!" teriak Wulan, semakin emosinya keluar semakin kuat pula tenaga yang dimilikinya. Hingga beberapa saat kemudian makhluk tersebut tumbang!
"Matilah Kau!" Wulan mencekik makhluk tersebut sekuat tenaga, sampai makhluk tersebut lemas tidak berdaya.
"Aku, hanya suruhan. Ampun! Ampuni aku!" kata makhluk tersebut memohon.
"Kalau begitu, antarkan aku pada tuan mu." titah Wulan.
Makhluk tersebut mengangguk, lalu menunjuk arah yang membuat Wulan lengah.
"Selatan!"
Dan makhluk tersebut hilang menjadi abu.
"Huh! Huh!" Wulan terbangun dengan keadaan berkeringat. Terlepas dari makhluk tersebut memberi petunjuk, dia yakin sekali di arah yang di tunjuknya itu ada sesuatu.
"Siapa yang ada di sana? Siapa yang menginginkan mas Arif mati? Apa yang membuat mereka menghabisinya?"
Wulan menatap ke luar jendela, melihat bintang-bintang bersinar samar karena kabut masih menyelimuti desa.
"Kemana aku mencari keadilan untuk membalas kematian mu Mas?"
Wulan menekan daun jendela yang terbuka, hatinya kembali sakit mengingat pernikahannya harus di ganti dengan hari pemakaman.
Kemudian terlintas sosok di dalam pikirannya, seorang pria seperti sedang menatap dirinya penuh isyarat. "Ki Mangku Alam."
Wulan meraih jaket Arif yang tergantung di belakang pintu lalu memakainya. Dalam gelap dia menuruni anak tangga pelan-pelan lalu berjalan keluar desa tanpa seorangpun yang tahu.
harus mengalah
g beda jauh watak nya jelek
ibu dan anak perangai nya buruk
kog Sarinah ngaku2
calon istrii arif
semoga bisa memberi pencerahan buat para readers.
pepeleng bagi orang jawa,jangan sembarangan menyebutkan weton atau hari lahir versi jawa kepada siapapun,jika tidak ingin terjadi hal hal diluar nalar dan perkiraan.
tetap eling lan waspada.
berserah pada Allah ta'alla.
tetap semangat dengan karya nya