"Selamanya kau hanya akan menjadi wanita penghangat ranjangku, Anna! Segera setelah kau melahirkan anak untukku, aku akan langsung menceraikan mu." Alexander.
"Aku tidak pernah menjebak mu Tuan, kumohon jangan memperlakukan aku seperti wanita murahan." Anna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Kost, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Episode 6
***
Setelah mengganti pakaian, dia turun ke bawah dimana Kyle sudah datang.
"Wah, lihat Alexander sahabat ku ini, aku rasa tidak ada lagi yang ke lebih tampan darimu." Kyle datang dengan pakaian siap bermain golf dan dia memuji Alexander yang semakin tinggi dan tampan.
"Hahaha, kau memang sangat pandai berbicara, daripada berbasa-basi ayo segera bermain golf, sambil ceritakan padaku mengenai perkembangan bisnis keluarga mu."
Alexander menuntun jalan, dia tersenyum melihat Kyle yang sama sekali tidak berubah.
Kyle memiliki 185cm, rambut cokelat terang alami dengan mata coklat, dia juga tampan dan banyak digemari wanita, hanya saja ketampanan Alexander benar-benar berada di kelas yang berbeda.
"Hahaha, kau juga tidak berubah, masih to the point dan tidak suka berbasa-basi." Balas Kyle kemudian mereka mulai bermain golf bersama.
"Wah, lihatlah kau masih jago melempar bola nya." Saat Alexander mengayunkan stik golf nya bolanya terlempar ke titik yang dekat dengan tujuan.
"Tentu saja, kau pasti akan kalah lagi seperti dulu." Sedu Alexander kemudian mereka tertawa lagi.
"Jadi bagaimana, aku dengar Ayahmu membagi cabang perusahaan kalian untuk kau pimpin dan Kakakmu, apakah ada perkembangan yang siginifikan?" Tanya Alexander dengan tenang.
Keduanya berjalan menuju bola yang sudah terlempar jauh itu sambil berbincang-bincang.
"Haaah, itulah yang sedang mengusik ku sekarang sobat, aku harus lebih unggul dari Kak Steve, aku harus bisa membuktikan diriku, karena Ayahku bilang jika aku bisa mengembangkan cabang yang aku pegang dia akan mengabulkan satu permintaan ku." Kyle menghela nafasnya panjang, kemudian dia sudah sampai ke bola miliknya pertama.
"Memangnya apa yang sangat kau inginkan sampai berusaha sekeras itu, apa kau inginkan dibelikan pulau atau semacamnya?" Alexander melihat bola Kyle yang juga terlempar mulai mendekati bola miliknya.
"Haaah, bukan sobat!"
"Kau dangkal sekali!" Kyle menepuk bahu Alexander kemudian dia melanjutkan ucapannya.
"Aku jatuh cinta pada seseorang, sayangnya dia bukan dari kalangan atas, dia hanya seorang pelayan, tapi aku yakin aku tidak bisa hidup tanpanya."
"Aku tahu hubungan kami akan ditentang karena itulah aku menahan diriku selama ini dan menjaga hubungan kami sebagai pertemanan, tapi jika aku berhasil mengembangkan cabang yang aku pegang, aku akan meminta restu pada Ayahku, setelah itu aku akan mengungkap perasaan ku padanya."
Wajah Kyle berseri-seri ketika membicarakan tentang wanita itu, membuat Alexander geleng-geleng kepala.
"Kalau begitu masalahmu sangatlah besar, itu artinya kau harus bekerja lebih keras lagi!"
Balas Alexander tahu dengan keluarga Kyle dan sebagian keluarga kalangan atas lainnya, yang tidak akan memperbolehkan anak-anak mereka berhubungan dengan orang dari kelas bawah.
Biasanya mereka menikah karena perjodohan keluarga, dan hal itu sudah sangat wajar bagi mereka.
"Iya, aku bekerja sangat keras karena nya, walau dia tidak tahu tapi aku senang walau hanya berteman sekarang."
"Dia adalah wanita pertama yang membuatku sampai sejauh hati ini." Wajah Kyle merona mengatakan semua itu.
Hal itu membuat Alexander penasaran, siapa wanita yang mampu membuat sahabatnya sampai seperti ini.
"Aku jadi penasaran siapa dia? apa dia secantik itu sampai membuatmu kehilangan akal seperti ini?" Alexander tertawa, dia belum pernah melihat Kyle seperti ini, walau mereka sudah lama tidak bertemu jadi sebenarnya wajar jika ada perubahan yang terjadi.
"Rahasia, nanti juga kau tahu."
"Bagiku dia adalah wanita tercantik yang pernah ada." balas Kyle bangga sekali, membuat keduanya tertawa bersama.
***
Disaat yang sama, Anna kembali ke rumah sakit, dia senang biaya berobat Ayahnya sudah lunas, tapi senyumannya terasa menyakitkan, hatinya kosong setelah melakukan itu.
"Cintaku berakhir dengan mengenaskan, setelah ini aku bahkan tidak akan berani melihat nya lagi."
"Aku tahu aku tidak pantas tapi semua ini tetap sangat menyakitkan, kehidupan yang pahit ini seolah mempermainkan aku." Anna mengepal tangannya, berkali-kali menyeka air mata yang mengalir di pipinya.
Dia menangis bukan karena suka menangis tapi karena keadaan terlalu pahit dan berat sampai dia tidak bisa lagi menahan air matanya.
Setelah membayar semua itu, Anna memutuskan mengunjungi makam Ibunya sebelum kembali bekerja nanti.
Dia membeli bunga kesukaan ibunya, bunga Daisy yang sangat indah, dia meletakkan bunga itu dan duduk disama.
"Ibu, jangan kecewa pada Anna ya, Anna tidak punya pilihan lain karena Ayah butuh uang untuk pengobatan nya."
"Tolong jangan bawa Ayah dulu ya Bu, Anna belum siap ditinggal, Anna tidak mau mau sebatang kara di dunia ini."
"Anna akan bekerja keras untuk Ayah, jadi tolong biarkan Ayah bersama Anna lebih lama."
"Maafkan Anna karena egois Bu, maafkan Anna ..." Anna menangis dengan hebat, dia memeluk makam Ibunya karena disaat seperti ini yang dia butuhkan adalah pelukan Ibunya.
Walau hanya makam tapi dia sudah merasa cukup, dalam hidup ini Anna tidak berani meminta lebih.
Saat itu, angin nampak berhembus cukup kencang, sampai kelopak bunga Daisy yang ia beli terbang tepat ke tangannya.
Tes
Air matanya jatuh ke kelopak bunga Daisy itu, hatinya remuk karena merasa Ibunya benar-benar sedang memeluknya dan menangis untuknya sekarang.
Anna memejamkan matanya, air matanya menjadi saksi kepedihannya, dan wajah pucatnya menggambarkan sukar hidupnya.
Anna Rose, nama yang bercahaya dan sangat indah, namun hidupnya menyedihkan sampai hati terasa hancur.
***
Di rumah sakit,
Anna berada di ruangan Ayahnya, dia menatap dengan kosong dan wajahnya terlihat pucat, dia tidak akan bisa melupakan apa yang terjadi dengan Ayahnya.
"Ayah ..." Dia memanggil Ayahnya, tapi Ayahnya sama sekali tidak bangun, "Ayah ..." Dia panggil lagi tapi Ayahnya juga belum bangun.
"Haaah!" Nafasnya terasa sesak dan dia mengusap air matanya yang kembali mengalir deras.
Bibirnya gemetaran menahan tangisannya.
'Ayah tolong aku, aku kesakitan dan hatiku hancur, aku telah kehilangan segalanya dan aku tidak tahu bagaimana hidupku setelah ini, tolong aku Ayah.' Anna berteriak dalam hatinya, tapi kenyataannya dia menbisu karena tidak tega menceritakan apa yang ia alami pada Ayahnya.
Walau Ayahnya koma, tapi Anna yakin Ayahnya bisa mendengar semua yang ia katakan, dan Anna tidak ingin Ayahnya menderita karena nya.
Anna terdiam seperti itu begitu lama, menyimpan luka yang semakin hebat di dadanya.
"Tok ... Tok!"
Terlihat perawat mengetuk pintu, "Nona Anna , dokter ingin bertemu di ruangannya, mohon ikuti saya."
Perawat itu memanggil Anna , hal itu membuat Anna segara mengikuti perawat dan menuju ruangan dokter.
Di ruangan, dokter menjelaskan jika Ayahnya membutuhkan alat khusus yang benar-benar baru dan harganya cukup mahal.
Inti dari pembicaraan adalah dokter menyarankan alat untuk mempercepat kesembuhan Ayahnya yang harganya akan sangat mahal.
Saat itu Anna terdiam, dia keluar dari ruangan dokter dengan tatapan kosong, dia melihat cek yang dia kantongi tadi, dan saat itu dia tersenyum menyedihkan.
"Ya, baiklah."
"Anggap saja aku wanita murahan, tidak apa menjadi wanita murahan yang penting Ayah sembuh."
Ucapnya dengan suara bergetar, dengan cepat dia ke ruangan administrasi dan menanyakan seluruh biaya yang dibutuhkan selama setahun penuh, dokter belum tahu kapan Ayahnya bangun tapi perkiraan nya akan sangat lama.
Setelah itu, dia mengakumulasi semua jumlah uang yang ia butuhkan, dia sudah tidak peduli dengan harga dirinya lagi, dengan rasa putus asa yang membuat dadanya kosong dia menuju bank dan segera mencairkan angka sesuai dengan yang dibutuhkan Ayahnya.
Saat itu terjadi, Alexander dan Kyle sudah duduk di taman dan masih berbincang-bincang, ponsel Alexander berbunyi ketika transaksi itu dilakukan.
Alexander membuka ponselnya dan dia menyeringai tajam, "Susah kuduga jika penilaian ku tidak salah!" Bisiknya pelan merasa jika wanita yang tadi malam bersamanya itu sungguh wanita murahan yang menjual diri.
Walaupun dia belum tahu mengapa dia bisa berakhir di kamarnya, tapi Alexander tidak mau terlalu peduli, yang penting dia sudah bertanggungjawab dengan memberinya cek kosong.
"Ada apa?" Kyle terlihat kebingungan melihat Alexander yang menyeringai.
"Tidak, bukan masalah yang penting." Balas Alexander kemudian mereka kembali berbincang-bincang dan update kehidupan masing-masing.
***
Sedangkan di ruangan Arthur,
Dia sudah mendapatkan rekaman cctv yang dia inginkan, dia terkejut ketika melihat Anna lah yang masuk ke kamar cucunya, dan keluar dengan sedikit pincang saat pagi.
Arthur mengenal Anna, Anna adakah wanita muda yang sangat baik dan sopan, dia bahkan sudah mengenal Anna sejak kecil karena Ibunya bekerja di rumah ini dulu.
"Jadi Anna ..."
"Astaga, rencanaku berarti bisa terus berjalan."
"Anna adalah wanita yang sangat baik, sopan dan lembut, selama bekerja disini aku selalu salut dengan kinerjanya, dia juga tidak pernah mengeluh."
"Mataku tidak pernah salah, Anna akan menjadi istri cucuku."
"Aku tidak butuh wanita kalangan atas untuk menjadi pasangan cucuku, yang dibutuhkan cucuku hanyalah wanita seperti dia, lembut dan bisa mendukung pasangannya di masa depan, seperti istriku ..." Arthur sudah membulatkan tekadnya.
Dia akan menikahkan Alexander dengan Anna, dan Arthur yakin jika keputusannya kali ini telah didukung oleh takdir dan tak akan pernah ia sesali.
***
Bersambung ...
Alex mbo y ngomong ny baik2 dong , jan seperti itu ,jelas Anna ketakutan karna ngomong kamu selalu membentak gda lembut2 ny 🤪