Welcome to the sequel of You're Mine Brianna
Perjalanan seorang Hana Elodie Brown menghindari Ayahnya yang otoriter terhadap dirinya. Berbagai cara ia lakukan agar hidupnya bisa terbebas dari aturan yang menurutnya tak sesuai dengannya. Sampai pada suatu ketika, Hana dipertemukan oleh takdir dengan seorang pria yang tak pernah ia inginkan semasa hidupnya, Daniel Leonardo Smirnov. Seorang mafia yang dunianya penuh dengan kegelapan melebihi tempat tergelap di dunia. Mampukah Hana menjadi penerang bagi Daniel dan akankah Daniel mampu memberikan kehidupan yang diinginkan oleh Hana? Simak terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Wanita Gila Vs Wanita Gila
"Apakah terjadi sesuatu tadi malam?" Tanya Edmon sambil terkekeh pelan setelah menghabiskan sarapannya yang dipesan melalui online.
"Menurutmu?" tanya Daniel.
"Semoga tebakanku salah, kasihan sekali wanita itu jika langsung kau gempur setelah kakinya terluka demi menyelamatkanmu." sahut Edmon dengan tawa kecilnya.
Hana yang paham kemana arah pembicaraan itu menatap tajam ke arah Daniel dan membuat pria itu ikut tertawa. Menurutnya wanita itu sangat lucu ketika dalam ekspresi seperti itu. Hal itu membuatnya selalu ingin menjahilinya setiap hari.
"Edmon, kau memasak makanan ini sendiri?" tanya Hana mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.
"Apa yang kau harapkan dari pria tua yang menyandang status duda, Nona? Tentu saja aku membelinya." jawab Edmon.
"Ups, ternyata aku dikelilingi para duda kesepian di sini." jawab Hana yang kini membalas menjahili Daniel.
"Aku tidak kesepian, Hana." Daniel menyahuti.
"Kau tidak kesepian, tapi kau haus belaian." sahut Hana mencibir.
"Aku bisa menggempurmu nanti malam jika aku haus belaian." jawab Daniel yang tak kalah membuat Hana naik darah.
TRAAK
Hana melempar sendoknya ke arah Daniel dan mengenai keningnya.
"Aaakhh, Hana! Apa yang kau lakukan?!" Pekik Daniel karena ia merasakan sedikit nyeri di keningnya. Daniel tak sempat menghindar dari lemparan sendok itu.
"Kau pantas mendapatkannya, duda sialan." umpat Hana dan membuat Edmon tertawa terbahak-bahak karena untuk pertama kalinya ia melihat kewaspadaan dalam diri Daniel menurun.
"Kau sudah selesai? Kita pulang sekarang." lanjut Daniel mengubah topik agar pembahasan mengenai duda tidak berlanjut.
"Edmon, kami akan pulang sekarang. Aku sudah membayarnya, kau bisa langsung mengecek rekeningmu." ujar Daniel sembari beranjak dari duduknya.
"Aku akan datang lusa untuk melakukan kontrol luka pada kaki kekasihmu." jawab Edmon.
"Aku bukan kekasihnya." sahut Hana dengan cepat.
"Aku yakin itu akan terjadi cepat atau lambat." jawab Edmon.
Setelah perdebatan kecil itu akhirnya mobil keluar dari pekarangan rumah Edmon dan kembali menuju mansion Daniel. Di perjalanan, Hana memperhatikan jalanan yang cukup padat di pagi itu. Ia tertegun melihat apartemen yang ditempatinya terlewati begitu saja.
"Kau merindukan apartemen kecilmu?" tanya Daniel.
"Hmm.. Aku merindukan ketenangan." jawab Hana.
Daniel terdiam, ia tahu pasti bagaimana kehidupan di mansionnya yang akan selalu berdampingan dengan kekhawatiran setiap harinya. Bahkan ketika tidur pun ia masih harus selalu waspada dimana pun ia berada. Maka bukan hal mudah untuk Hana agar bisa beradaptasi dengan mudah. Tentu saja ini sangat berbeda dengan kehidupannya seratus delapan puluh derajat.
"Kita sampai.." ujar Daniel setelah mematikan mesin mobilnya. Ia segera keluar lalu membukakan pintu untuk Hana. "Let me help you."
"Aku masih bisa berjalan, Daniel." tolak Hana dengan dingin.
"Tak akan ku biarkan, Hana." ujar Daniel langsung menggendong Hana yang masih berusaha untuk turun dari dalam mobilnya.
Daniel membawa Hana menuju kamarnya dan menidurkannya di atas ranjang. Jika kau butuh sesuatu, kau bisa memanggil Semyon. Jangan repotkan dirimu sendiri dengan kaki yang seperti itu.
"Aku bukan Nyonya di mansion ini." jawab Hana.
Daniel mendekatkan wajahnya lalu menangkup rahang Hana kemudian ia mengecup bahkan melumat bibir Hana yang terbuka karena ia terkejut. "Mulutmu terlalu banyak mengeluarkan penolakan. Aku tak menyukainya." lanjutnya sembari mengusap bibir Hana yang basah.
Dengan gugup Hana melipat kedua bibirnya ke dalam dan menutupnya menggunakan tangannya. "Apa yang kau lakukan?!"
"Memberikan hukuman sekaligus tanda bahwa kau milikku."
"Aku bukan milik siapa-siapa." sahut Hana.
"Whatever you say, you'll be mine." jawab Daniel dengan penuh penekanan. "Istirahatlah, aku akan pergi sebentar untuk mengurus sesuatu." ucap Daniel memberikan senyuman terbaiknya. Lalu ia keluar dari dalam kamar Hana dan menuju ke kamarnya untuk berganti pakaian.
***
Di ruangan CCTV, Daniel duduk memperhatikan layar yang menampilkan kejadian semalam. Di sana juga sudah ada Nikolai dan Gaston. Ketiganya menatap tajam ke arah layar yang menampilkan adegan ketiga para penyusup itu menghabisi para penjaga di gerbang utama menggunakan senjata yang dilapisi dengan peredam suara. Mereka juga melihat bagaimana Hana berusaha untuk melawan saat ia akan diperk*sa oleh para penyusup tersebut. Daniel mengepalkan tangannya dengan kuat, emosinya kembali bergejolak.
"Shit, wanita itu berlari untuk menyelamatkanmu?" tanya Gaston tak percaya.
"Kau benar, Daniel. Dia seperti doberman." sahut Nikolai menambahkan.
Gaston mengerutkan keningnya karena tak mengerti, tapi beberapa detik kemudian ia baru memahaminya. "Insting alami untuk melindungi tuannya." ucap Gaston.
"Dia cocok menjadi istri seorang mafia." Nikolai menambahkan.
"Kalian sudah menemukan dalangnya?" tanya Daniel dingin sambil terus memperhatikan layar yang begitu banyak tersusun di dinding ruangan tersebut.
"Belum. Tak ada ciri-ciri khusus di tubuhnya yang menyebutkan mereka dari klan mana. Sepertinya dalangnya hanya menyewa beberapa tikus jalanan." jawab Nikolai.
"Mereka semua adalah residivis narkotika." lanjutnya Gaston melengkapi informasi.
BRAAKK
Daniel menggebrak meja yang berada di hadapannya dengan sangat keras. "Sudah ku duga, mereka terlalu ceroboh untuk berani masuk ke kediamanku."
"Aku rasa kita harus menyelidiki Garret." Sahut Gaston.
"Kau juga mencurigainya?" tanya Daniel.
"Bukan sesuatu yang tidak mungkin. Dia menginginkan sebagian kepemilikanmu, bukan berarti dia tak ingin mengkudeta semuanya." lanjut Gaston.
"Lakukan, Gaston." titah Daniel.
"Baik, Tuan."
***
Daniel, Nikolai serta Gaston keluar dari dalam ruangan CCTV. Saat mereka sampai di ruang tengah, mereka melihat Hana yang sedang berjalan menuruni tangga dengan kaki yang pincang. Nikolai serta Gaston memasang ekspresi tak percaya bahwa Hana bisa melakukannya. Biasanya untuk seukuran wanita luka itu begitu menyakitkan, tapi berbeda bagi Hana. Entah ia mendapatkan kekuatan dari mana hingga bisa melakukannya. Dia bukan wanita manja rupanya. Daniel menatap dengan tajam dan segera berlari menghampiri Hana sebelum wanita itu terjatuh dan menambah luka lain ditubuhnya.
"Kau benar-benar tak mendengarkanku, Hana." ujar Daniel saat ia sudah berhasil menggendong tubuh Hana.
"Aku sudah memanggil Semyon, tapi mungkin ia sedang sibuk."
"Kau bisa memanggilku, Hana." sahut Daniel.
"Kau tidak memerintahkan itu padaku."
Gaston dan Nikolai terkekeh pelan mendengar semua perkataan Hana yang begitu berani terhadap tuannya.
"Hentikan tatapanmu pada wanitaku, Gaston. Atau aku akan menghancurkan kepalamu." Ancam Daniel pada Gaston yang saat ini memang sedang memandang Hana. Ia terpana dengan kecantikan Hana yang baru bisa ia lihat dengan jelas.
"Halo, Daniel.." sapa Irish yang baru saja tiba dan langsung masuk ke dalam mansion. Wajah ramahnya seketika berubah saat ia melihat Daniel sedang menggendong tubuh Hana.
"Perang dunia sepertinya akan segera terjadi." Bisik Nikolai kepada Gaston.
Daniel sangat malas meladeni wanita gila maniak sex itu. Ia sudah muak, bahkan untuk melihat wajahnya saja Daniel ingin segera memuntahkan semua isi di dalam perutnya. Tapi, sebuah ide tiba-tiba terlintas di pikirannya. Ia yakin ide gila ini akan membuat Irish marah dan pergi dari mansion itu lebih cepat.
"Sayang, aku akan menurunkanmu di sofa. Lain kali jangan berjalan sendiri, aku akan membantumu seperti ini." Ujar Daniel dengan suara yang cukup keras agar Irish bisa mendengarnya, meski sebenarnya pelan pun Irish akan tetap mendengarnya. Daniel melewati tubuh Irish begitu saja dan langsung menurunkan Hana di atas sofa dengan sangat perlahan. Daniel juga memilih untuk duduk di samping tubuh Hana.
Hana memahami situasi yang sedang terjadi saat ini. Ia merasakan aura mencekam disekitar Irish, raut kekecewaan juga nampak di wajah wanita itu.
"Apa yang terjadi padamu?" tanya Irish dengan nada seramah mungkin.
"Hanya tragedi kecil." Jawab Hana singkat.
"Biar ku lihat kakimu." sahut Irish sembari mendekat kemudian ia menyentuh luka di kaki Hana yang tertutup oleh kain kasa. Tapi tiba-tiba Irish menekan luka itu dengan sekuat tenaga.
"Aaahhh..." Pekik Hana.
"Brengsek, Irish!" Teriak Daniel yang tidak menyangka tiba-tiba Irish melakukan tindakan yang diluar nalarnya. Saat Daniel akan mendorong tubuh Irish, Hana sudah lebih dulu melakukannya.
"Aakhh.." teriak Irish karena tubuhnya terjengkang ke belakang.
"Apa kau gila?! Ini menyakitkan sialan!" Umpat Hana kepada Irish.
"Wow.." Sahut Nikolai dengan mulut yang terbuka kemudian ia tertawa.
"Lawan yang sepadan." Gaston menambahkan.
Daniel bangkit kemudian menarik tangan Irish agar ia segera berdiri. Irish kira Daniel sedang mencoba membantunya, tapi pikirannya salah. Daniel justru malah menarik tubuh itu keluar dari dalam mansion lalu mendorongnya begitu saja ke teras hingga Irish kembali terjatuh untuk yang kedua kalinya.
"Arrhhh.... Beraninya kau Daniel!" Teriak Irish histeris dengan tatapan yang berapi-api.
"Jangan coba-coba untuk menyentuh kekasihku lagi, Irish!"
"Brengsek!" Umpat Irish yang bangkit kemudian menerobos masuk ke dalam mansion lagi namun di tahan oleh Daniel.
"Dasar pelayan sialan! Wanita penggoda! Aku akan menghabisimu lain kali brengsek!!" Teriak Irish dengan penuh amarah kepada Hana. Hatinya begitu sakit melihat Daniel berani mempermalukan dirinya di depan banyak orang.
"Aku sudah pernah mengatakannya padamu, Irish. Setiap yang kau lakukan padaku, aku akan membalasnya dua kali lipat!" teriak Hana tak mau kalah.
Daniel mendorong tubuh Irish lagi hingga wanita itu berhasil keluar.
"Sialan kau Daniel! Kau akan membayar semuanya termasuk penghinaan ini brengsek!!"
"Pergi atau peluru ini akan memecahkan tempurung kepalamu?" ancam Daniel dengan tangan yang sudah memegang pistol dan mengarahkannya tepat ke kepala Irish.
Mau tak mau, Irish pergi dan masuk ke dalam mobilnya. Lalu mobil itu melaju dengan sangat cepat meninggalkan pelataran mansion. Hana kembali merasakan sakit yang amat sangat di bagian kakinya.
"Daniel, kau menemukan wanita itu dimana? Sialan, ini sangat sakit." Umpat Hana sambil meringis.
"Kita kembali ke kamar." ucap Daniel lalu ia memasukkan kedua tangannya ke bawah paha Hana kemudian mengangkat tubuh itu dengan begitu mudahnya.
"Dasar wanita gila!" Hana terus mengumpat karena ia sangat kesal saat ini.
"Wanita gila harus dilawan oleh wanita gila." sahut Daniel.
"Jadi aku adalah wanita gila?!" Pekik Hana tak terima.
"Kau bahkan lebih gila darinya." Sahut Daniel dan membuat wanita itu meradang.
Daniel tertawa kencang melihat ekspresi Hana. "Haha.. Tenangkan dirimu." ucap Daniel lalu mengecup puncak kepala Hana berulang kali guna untuk menenangkan wanita itu.
TBC