"Sedang Apa Kalian?"
"Wah! Mereka Mesum!"
"Sudah jangan banyak bacot! Kawinin Pak saja! Kalo gak mau Arak Keliling Kampung!"
"Apa?!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Karim membuka matanya. Tak berniat tidur, rupanya pangkuan Kartika terlalu nyaman membuat Karim terlelap tanpa sadar dan baru membuka mata sekaligus mencari dimana keberadaan Kartika yang tak terlihat dalam ruang kerjanya.
Karim mengucek matanya, menguap, meregangkan tubuhnya yang terbangun diatas sofa.
"Kartika kemana ya?" Melirik jam dipergelangan kiri, dan Karim tampaknya tahu kemana Kartika pergi.
"Kamu ke Masjid gak bangunin Mas,"
Saat pintu ruang kerja terbuka, Karim tersenyum, wajah segar Kartika yang pertama kali ada dalam pandangannya selaku mampu membuat hatinya tentram.
"Tidurnya lagi pules banget, mana tega Aku bangunin Mas. Oh ya ini tadi Aku mampir ke kantin. Pegawai Kamu asik-asik, tadi Aku sekalian icip-icip makanan kantin. Enak-enak rupanya."
Kartika membuka beberapa bungkusan yang Ia bawa, menyiapkan di meja, Karim segera mendekat. Aroma makanan yang Kartika bawa menggugah selera. Seketika bunyi dari Karim membuat senyum dan tawa Kartika hadir.
"Mimpi macul Pak! Sampe kelaperan gitu! Nih, makan, Aku tadi sudah duluan."
"Suapin boleh?"
"Astaga manjanya. Sini, deketan, biar gak tumpah."
Kartika menyorongkan sendok kehadapan Karim yang langsung diterima dengan nikmat dalam mulut Karim saat mengunyahnya.
"Enak banget ya? Senyumnya lebar banget! Kayak iklan pasta gigi!" Suapan kedua diberika Kartika dan Karim masih lahap memakannya.
"Mungkin karena yang menyuapi Kamu Sayang, makanya nikmat banget."
"Gak usah gombal Mas! Makan. Habisin. Nanti Kamu kurus, orang ngatain Aku gak bisa ngurusin Suami!"
"Cie, Suami Istri nih! Asik! Otw dapat jatah!"
"Eits! Jatah apa dulu nih! Kalo soal itu, sesuai kesepakatan aja dulu Mas! Pelan-pelan aja!"
"Iya Sayang. Tapi jangan lama-lama. Si Joni bisa ga tahan!"
"Mulutnya!" Kartika kembali memberikan suapan namun kali ini lebih banyak sehingga membuat kedua pipi Karim menggelembung.
Melihat Karim kesulitan menelan makanan Kartika menyodorkan gelas berisi air putih dan Karim segera meminumnya. Seret! Istri begini amat ya!
Klik!
"Karim,"
Karim dan Kartika yang sedang bercanda seketika dibuat terdiam.
"Sorry, ganggu ya?"
"Siapa suruh Kamu masuk! Keluar!" Karim segera mengusir Karina yang tak tahu malu main asal masuk saja ruangan Karim.
"Gapapa Mas, mungkin Mbak Karina ada perlu sama Kita. Silahkan duduk Mbak, tapi maaf, Saya lagi nyuapin Mas Karim dulu. Ayo Mas dilanjut lagi makannya."
Karim pun malah senang, Kartika sudah paham alur dalam menghadapi Mantan Istrinya.
"Sayang, Kamu makan juga, Siapa tahu sebentar lagi Kita punya baby, kasihan kalau Mommynya kuurang makan, a," Karim meraih sendok, bergantian menyuapi Kartika.
Meski sebetulnya Kartika sudah kenyang, demi didelan Mak Lampir, Kartika tentu menuruti permintaan Karim.
Melihat kemesraan keduanya Karina dibuat naik darah, tapi dasar urat malu sudah putus, bukannya pergi Karina malah semakin menjadi, "Jam segini Kamu baru kasih makan Karim, ya ampun, Kamj bisa sakit maag Rim, makan siang kok telat banget." Seringai diwajah Karina merasa menang dan Ia anggap sebagai cari muka depan Karim.
"Oh Kamu punya sakit Maag ya Mas, Maaf Aku baru tahu, habis tadi Aku mau bangunin Kamu kasihan, capek banget setelah Kuta main. Habis bayi gede Aku kalo udah nyusu gak mau lepas sampe ketiduran."
Sebetulnya Kartika jijik sendiri dengan kata-katanya, namun apa boleh buat melawan orang sinting harus pake cara yang lebih sinting lagi!
"Jangan bilang-bilang Sayang, Mas kan jadi malu. Habis gimana dong, sudah halal dan Kamu luar biasa, bisa bikin Mas puas."
Dan Karina dibuat tak percaya, Ia kembali mengaksikan adegan kokop kopan secara live antara Karim dan Kartika.
Brak!
Nafas Karim dan Kartika terengah. Niat hati hanya sekedar memanas-manasi Mak Lampir keduanya malah hanya dan seolah enggan melepaskan. Untung saja alarm paru-paru kehabisan oksigen butuh segera menghirup udara.
Karim salah tingkah apalagi Kartika meski keduanya saling tatap, "Sudah pergi kan?" Kata-kata paling tak masuk akal yang terlontar dari bibir Kartika.
"Udah. Tadi asa bunyi pintu dibanting." Karim mengusap belakang kepalanya sambil memperhatikan bibir Kartika yang sedikit bengkak akibat ulahnya.
"Kita balik sekarang aja kali ya?" Kartika segera bangkit, merapikan kancing kemejanya yang sudah dibuka bagian atasnya oleh Karim.
Karim pun dibuat serba salah, mana sudah memegang sekilas dua gundukan milik Kartika yang ternyata, Besar!
"Balik. Boleh. Ya udah Kita balik."
Kartika dan Karim, dua orang yang sudah resmi menikah, sudah beberapa kali berciuman namun masih saja canggung dan seperti sekarang katanya mau pulang tapi keduanya bagai benang kusut hanya bergerak gak jelas dalam ruangan Karim.
"Jadi pulang Mas?"
"Oh iya. Yuk!"
Disepanjang perjalanan Karim dan Kartika memilih diam. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Anjir! Gede banget Si Joni! Berasa keganjel Boss! Itu masih kehalang celana, gimana live? Awww! Gak! Gak boleh! Pokoknya Lo harus tahan dulu Tika! Jangan mureh!
Astaga! Gede juga! Sial! Ini otak jadi kemana-mana! Iya sih! Gue belum pernah ngerasain apa itu surga dunia, tapi ya kali bisa tahan kalo godaannya bini sendiri! Jon, Lo harus tahan-tahan! Ini baru dikit aja Lo udah Siap Gerak! Dasar baperan!
Keduanya tak sengaja saling menoleh dan tersenyum canggung.
Pasti Si Karim lagi mikir yang enggak-enggak! Laki-laki kan gitu! Soal begituan pasti cepet nyetrumnya!
Kartika jangan-jangan ilfeel kali ya, Lo sih Jon! Jangan bangun mulu! Bini Gue bisa sawan!
"Jadi, Kalian mau pindah besok?"
Makan malam di rumah Pak Kartono, menjadi momen Tika untuk mengemukakan bahwa Ia akan pindah ke rumah Karim.
Tadi sebelum sampai rumah, masih dalam perjalanan Kartika membicarakan soal Mereka yang tak mungkin sekamar karena kalau dirumah Tika pasti keluarga Mereka akan curiga. Kalau dirumah Karim kan bisa tidur terpisah. Aman.
"Ya gapapa Bu, toh cuma depan rumah aja. Bapak bantuin Kamu kalau mau angkut barang."
"Pak, mending isi kamar Mbak Tiak sekarang buat Tama. Lumayan Tama ganti kasur sama lemari, Mbak pasti sudah disiapin sama Mas Karim disana. Iya kan Mas?"
"Palamu! Enak aja! Pokoknya jangan utak atik barang dikamar Mbak! Awas ada yang pindah tak sunat Kamu!"
"Astaga! Mas Bojomu galak banget!"
"Pak, Bu, gapapa, Tika ga usah bawa apa-apa, paling baju saja. Semua sudah ada dirumah. Kalau memang mau asa yang ditambah nanti Kami beli sesuai keingin Tika saja."
"Tuh Mbak! Asik! Punya dipan baru! Lungsuran juga gapapa!"
"Enak aja! Gak boleh!"
"Pak, Bu, Mbak pelit!"
"Tama!"
"Iya Mbak!"
"Ya udah, Tam, kalo Kamu mau kasur sama lemari baru, Mas beliin aja, mau?"
"Mas?!"
"Asik! Makasi Mas!"
"Sudah! Kalian mending sekarang bantu Ibu cuci piring! Tika Cuci piring! Tama buang sampah!"
"Bu, Mas Karim gak?"
"Tama!"
"Nggih Kanjeng Mami!"
"Iya Ibu Kita Kartini, Istri Pak Kartono yang bukan Harum namanya."
"Bu, Karim bantu apa?"
"Gak usah. Sini aja, minum kopi dulu habis makan."
"Astaga! Mbak, Kita berasa anak terbuang,"
"Iya Tam, Kejam!"
"Tama! Tika!"
"Siap Kanjeng Mami!"