NovelToon NovelToon
Dear Alvin

Dear Alvin

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Murid Genius / Keluarga / Bad Boy
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fantastic World Story

"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari

rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku

nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.

membuat Alvin yang sedang melamun

segera terperanjat.

"Berhenti bicara yang tidak-tidak

Ela!!" hardik pak Rohman.

"Kamu pilih aku dan anak anak yang

keluar apa anak sialanmu ini yang keluar

pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.

Beliau tak pernah berfikir akan

dihadapkan pada situasi se rumit ini.

"Alvin yang akan keluar pak buk"

ucap Alvin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23 Pengepul

Kedatangan pak Angga dan istrinya

tak begitu lama, setelah mengatakan jika

Alvin sangat mirip dengan

keponakannya yang hilang, tak lama

kemudian mereka pamit, sebuah telepon

membuat mereka mengakhiri pertemuan

mereka.

Sebelum pergi, pak Angga sempat

memberikan kartu namanya, beliau

bahkan berpesan untuk tak perlu sungkan,

menghubungi jika Alvin butuh

bantuan.

Ada rasa kagum ketika Alvin

mengantar kepergian pak Angga dan

istrinya, tubuh tegap dan terawat, mobil

mewah yang dikendarai, membuat

Alvin tiba-tiba ingin menjadi kaya.

Tak ingin berharap menjadi

keponakan dari seorang kaya raya, Alvin

hanya ingin dirinya kaya, jika kaya ia akan

lebih mudah dalam membantu sesama,

seperti pak Angga barusan yang dengan

mudah membantu dirinya, meski hanya

mengambil rapor.

Keinginan Alvin menjadi kaya terus

bergelut di kepala, hingga membuat

dirinya sadar jika menjadi kaya tidak

hanya bisa di pikirkan, melainkan harus di

wujudkan.

"Hari ini aku akan mulung"

gumamnya.

Ya, selama ini meski Alvin sering

mengumpulkan rosok, tapi ia belum

pernah benar-benar menjadi pemulung, ia

hanya mengumpulkan rosok dari memilah

sampah yang ia ambil setiap harinya.

Setelah berganti pakaian dengan kaos

lusuh, Alvin segera mengambil karung

dan berjalan mencari rosok.

Baru beberapa langkah, Alvin sudah

menemukan banyak botol bekas,

melangkah lagi, ia menemukan kardus

bekas, melangkah lagi, ia menemukan

kabel bekas. Begitu seterusnya, hingga

adzan ashar terdengar dan menyadarkan

Alvin jika dirinya sudah mulung selama

3 jam, dan itu sudah membuat karung

yang ia bawa terlihat penuh.

Alvin pun memutuskan untuk

segera pulang dan membersihkan diri.

Sebab, kini dirinya juga baru sadar bahwa

langkahnya sudah tiba di kampung

sebelah, kampung yang terbilang cukup

elit dibanding kampung yang ia tinggali.

"Alvin!!" teriak seseorang membuat

langkah Alvin terhenti dan menoleh.

"Nah kan bener Alvin" ucap seorang

laki-laki yang memanggilnya.

Merasa terpanggil dan berasal dari

sekolah yang sama, Alvin pun mendekat

ke arah segerombolan anak yang tak

dikenalnya. Alvin mengingat mereka

pasti berasal dari kelas lain di sekolahnya.

"Ada apa?" tanya Alvin datar.

"Kamu ngapain? Juara olimpiade

fisika kok bawa karung sampah gitu?"

tanya salah seorang diantara gerombolan

tersebut.

"Ada hubungannya juara olimpiade

fisika dengan pemulung?" jawab Alvin

yang malah bertanya.

"Kamu ngaku mulung?" tanya laki-laki

tadi yang kemudian diiringi tawa

membahana seolah mengejek, sebab kini

gerombolan anak yang sedang nongkrong itu, ikut mentertawakan Alvin.

"Emang iya, ini kerjaan ku" jawab

Alvin santai, ia tak terpengaruh meski

segerombolan anak tersebut mengejeknya.

"Ngapain sih? Bikin malu SANG

JUARA aja, kalau punya siswa pemulung

kayak kamu ini! Kalau gak mampu bayar

sekolah di SANG JUARA mending

mundur, gak usah halalin segala cara buat

tetep disana" ujar laki-laki yang lain.

"Dia kan siswa beasiswa" sahut yang

lain.

Olokan terus dilayangkan oleh

segerombolan anak orang kaya yang kini

tengah mentertawakan pekerjaan Alvin.

Tak ingin sakit hati, Alvin pun memilih

pergi.

Memang seharusnya ia tak

menghampiri mereka tadi, Batinnya.

Belum terlalu jauh melangkah,

Alvin di panggil lagi, begitu Alvin

menoleh terlemparlah tumpukan gelas

plastik ke arahnya.

"Itu gelas sisa minuman kami, sebagai

bentuk bantuan dari kami untuk kamu,

lumayan kan biar karungmu itu makin

penuh" ujar si pelempar yang lagi-lagi

disambut tawa membahana.

Tak ingin ambil pusing, Alvin

segera mengambil gelas-gelas plastik yang

kini telah berceceran itu, dimasukkannya

ke dalam karung seraya tersenyum.

"Lumayan seribu rupiah" gumamnya.

"Eh eh, dia senyum loh. Dia seneng

banget dapat sampah kita gaes" ujar salah

seorang yang memperhatikan Alvin.

Alvin yang juga mendengar pun

hanya menatap mereka dengan tatapan

tanpa ekspresi.

"Dia lihat kesini loh, jadi takut diliatin

pemulung kayak gitu" ucap yang lain.

"Jangan nyeremin gitu vin, kami kan

cuma pingin ngasih sampah kami biar

kamu bisa makan" sahut yang lain

mengejek.

"Makasih ya, Sampahmu memang

Makananku. Hanya saja, kamu terlihat

seperti sampah daripada sampah yang aku

bawa ini. Makasih ya sampahnya' ujar

Alvin sambil tersenyumn kemudian

berlalu.

"SIAL!!! dia ngejek kita kan, pemulung

itu ngejek kita!!" ucap salah seorang yang

dianggap ketua diantara gerombolan itu.

Membuat yang lain memilih diam,

sementara yang lain tampak

menenangkan sang ketua.

Sesampainya di rumah, Alvin segera

menggabungkan rosok yang ia

kumpulkan tadi pagi, dengan yang ia

dapat siang hingga sore ini.

Karena tak ingin tumpukan rosok

dirumahnya semakin meninggi, Alvin

memang memilih untuk menyetorkannya

ke haji Maliki setiap hari.

Usai membersihkan diri, beribadah

dan mengisi perutnya, Alvin pun

membawa gerobak sampah yang berisi

rosok yang telah ia kumpulkan hari ini ke

haji Maliki, mengingat haji Maliki akan

segera tutup jika menjelang magrib.

"Waduh le, perasaan kamu kemarin

udah setor, sekarang setor lagi. Kalau

begini ceritanya bisa bisa kamu jadi

pengepul juga le, nyaingi aku" sambut haji

Maliki dengan nada bercanda.

"Loh, itu bisa jadi inspirasi saya loh

bah, kenapa saya gak jadi pengepul aja ya

hehe" jawab Alvin mengimbangi

candaan haji Maliki.

"Yawes sana, jadi pengepul sendiri aja.

Gak usah setor kesini, setor ke tempatnya

langsung. Mosok modalmu sek kurang,

nyoh tak utangi nek kurang' ujar haji

Maliki sembari tertawa.

Alvin yang sedang menurunkan

rosok dan mulai membawanya satu

persatu ke timbangan yang ada pun hanya

tersenyum.

Usai proses timbang menimbang, haji

Maliki pun memberikan uang hasil rosok

Alvin hari ini.

"Saya seminggu kedepan libur le, ke

Madura soalnya, ngirim anak Lanang yang

sekarang di pondok, sekalian itu si Hani juga mau liburan ke rumah mbahnya" ujar

haji Maliki.

"Terus saya setor rosoknya gimana

bah?" tanya Alvin.

"Ya kamu kumpulkan aja dulu, yang

lain juga tak suruh ngumpulkan dulu

soalnya. Tapi kalau kamu setor ke tempat

lain juga gpp, tak liat juga setoran dari

kamu yang akhir akhir ini makin banyak"

ujar haji Maliki.

"Maaf sebelumnya bah, Abah mboten

keberatan kalau saya setor ke tempat lain?"

tanya Alvin berhati hati. Membuat haji

Maliki tertawa terbahak-bahak.

"Buat apa saya keberatan le,

melihatmu yang semakin semangat gini

loh saya udah seneng, apalagi jika kamu

sukses, jangankan setor rosok ke tempat

lain, kamu jadi pengepul rosok sendiri loh saya gak masalah le" ujar haji Maliki seraya

tersenyum.

"Gak usah gak enak hati, rejeki itu

sudah tertakar dan gak mungkin tertukar"

nasehat haji Maliki tampak serius.

"Baiklah kalau begitu bah, nanti kalau

Abah sudah pulang dari Madura baru saya

setor kesini lagi ya" jawab Alvin di iringi

anggukan kepala oleh haji Maliki.

Sepulang dari menyetorkan rosoknya,

Alvin pun kembali berfikir, apa yang

disampaikan haji Maliki tadi benar. Ia bisa

saja menjadi pengepul rosok sendiri.

Melihat kondisi rumah kontrakan yang

memiliki teras dan halaman yang meski

tidak cukup luas, setidaknya masih ada

ruang.

Alvin berinisiatif ingin membuat

tempat baginya menampung rosok.

Melihat tabungan yang ia miliki, ia

berfikir seharusnya ia mampu.

Dengan modal tekad yang kuat,

Alvin memutuskan diri untuk menjadi

pengepul.

Keesokan harinya, Alvin benar-

benar mewujudkannya, dengan membeli

seng bekas dan kayu yang cukup murah,

Alvin membuat tempat di halaman

rumah yang ia tinggali, sebagai tempat

yang akan ia gunakan untuk menampung

rosok.

Tentunya setelah ia mendapat ijin dari

pak Rusdi, selalu pemilik rumah, pak

Rusdi yang hanya tinggal dengan istrinya

itu pun mengijinkan Alvin. Bagi mereka

untuk apa membiarkan rumah yang tak

ditempati itu terus kosong, lebih baik

digunakan oleh anak muda dengan

semangat tinggi seperti Alvin, untuk

jadi tempat tinggal sekaligus usahanya.

Mengingat anak anak pak Rusdi yang

kini sudah cukup sukses di ibu kota.

Setelah tempat yang disiapkan jadi,

Alvin memilih untuk membeli

timbangan bekas ke tempat rosok lain,

yang lebih besar, selain haji Maliki.

Selain membeli timbangan, Alvin

juga mengutarakan niatnya ingin

menyetorkan rosok disana, setelah itu ia

pun sempat tawar menawar harga untuk

rosok yang akan di setorkannya lagi,

hingga terjadilah sebuah kesepakatan.

1
ラマSkuy
thor nama karakter utamanya sebenernya siapa sih thor kok kadang namanya ganti ganti dari Alvin terus Bintang?
ラマSkuy: oh boleh di spill kah thor di PF mana? hehehe
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!