'Kegagalan adalah sukses yang tertunda.'
'Kegagalan bisa jadi pelajaran dan cambuk untuk terus maju menuju sukses.'
Dan masih banyak kalimat motivasi ditujukan kepada seseorang yang gagal, agar bisa bertahan dan terus berjuang.
Apakah kalimat motivasi itu berlaku dalam dunia asmara?
Nathania gagal menuju pertunangan setelah setahun pacaran serius penuh cinta. Dan Raymond gagal mempertahankan mahligai rumah tangga setelah tiga tahun menikah.
Mereka membuktikan, gagal bukan berarti akhir dari kisah. Melainkan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru, lebih bernilai. Lahir dari karakter kuat, mandiri dan berani, setelah alami kegagalan.
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Ketika Hati Menyatu"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. KHM
...•~Happy Reading~•...
Tiba-tiba Nathania teringat sahabatnya Amelia yang ditinggal di Jakarta. Tempat dia berbagi rasa, susah senang selain kakaknya.
Dia menutup pintu warung, lalu kembali ke rumah untuk mengambil ponsel warung. Setelah mencatat nomor telpon Amelia, dia langsung telpon sambil memegang dadanya, agar bisa tenang berbicara dengan Amelia.
Ketika telpon tidak direspon, Nathania tersadar. 'Mungkin Amel tidak terima panggilan, karena nomor telpon yang dipakai tidak dikenal.' Menyadari itu, dia berhenti telpon Amelia, lalu mengirim pesan, kalau dia yang telpon.
Sebelum Nathania telpon lagi, Amelia sudah telpon. "Astaghfirullah.... Nathaniaaa. Kau sungguh tega, sungguh kejam, sungguh, sungguuuu terlaluuu...." Teriak Amelia dengan suara bergetar dan sangat emosi.
"Amel, jangan membuatku menangis. Soriiiii..." Nathania tidak tahan mendengar suara Amelia yang menyebut nama jelasnya sambil menahan tangis. Perasaan bersalah menyelimuti hati Nathania.
"Aku sudah menangis, mendengar suaramu lagi. Ke mana aja, Thania? Mengapa ngga kabari aku?" Amelia bertanya dan berbicara dengan suara tangis yang bergetar.
Nathania memegang dadanya dengan kuat. Dia sudah bayangkan suasana hatinya akan bergolak kalau sudah bicara dengan Amelia. Oleh sebab itu, dia menunggu beberapa waktu baru telpon.
Mereka pernah bersama pada masa sulit, saat pertama bekerja dan harus menghadapi sikap kasar dan merendahkan sebagai karyawan baru. Hal itu mendekatkan mereka dan saling mendukung satu sama lain.
Tiba-tiba Nathania keluar begitu saja tanpa pamit, meninggalkan Amelia sendiri. Padahal Amelia berada di sisinya, menghiburnya pada saat hadapi pengkhianatan Andy.
Nathania kembali merasa sangat sedih memikirkan yang dilakukan Andy. Bagaimana Amelia membela dan menjaganya. "Maafin aku, Amel. Aku ngga sempat kabari dan langsung matiin ponsel....." Ucapan Nathania terputus, karena suara isakan Amelia. Dia tidak tahan dan ikut menangis.
Sejenak, mereka terhanyut oleh rasa sedih. Amelia merasa kehilangan sahabat baiknya dan Nathania yang sedang sedih sendiri membuat dia menangis bisa berbicara dengan Amelia. Mereka terdiam beberapa saat untuk menguatkan hati, agar bisa saling menceritakan yang terjadi.
"Thania, aku sangat khawatir terjadi sesuatu padamu. Aku sangat takut tidak bisa bertemu atau berbicara denganmu lagi. Ayo, sungkem...! Kau sudah bikin aku sangat takut dan memikirkan hal buruk." Ucap Amelia setelah kuasai perasaannya. Dia pernah berpikir, Nathania melakukan sesuatu yang buruk karena sangat sedih dan terluka dikhianati Andy.
"Iya, Amel. Aku akan sungkem. Berapa kali?" Nathania sangat terharu. Dia bisa merasakan kasih sayang Amelia lewat ucapannya.
"Semampumu...!!" Teriak Amelia yang sudah kembali terharu dan bahagia. "Satu, aja, ya. Dengkulku kapalan..." Nathania berusaha menahan haru, tapi air matanya tetap mengalir.
"Dari pada dengkulmu kapalan, lebih baik cerita yang terjadi. Ada apa? Mengapa? Bagaimana dengan kerjaanmu?" Amelia tanya beruntun setelah sudah bisa mengatasi perasaannya. Dia penasaran dengan tindakan Nathania yang tiba-tiba meninggalkan pekerjaan yang sangat diperjuangkan dan kebanggaannya.
"Kalau kerjaan, aku sudah email boss, minta maaf dan selesaikan semua. Aku bilang ada masalah keluarga, jadi aku mendadak pulang kampung. Tapi alasan utama aku ngga bilang. Andy datang ke kost ....." Nathania menceritakan tentang kejadian Andy datang menunggu dia di tempat kost.
"Aku sudah curiga, pas pulang kantor lihat dia menunggu di depan gedung. Lalu samperin aku dan tanya kau....." Amelia menceritakan yang dilakukan Andy di depan gedung kantor saat Nathania tidak masuk kerja tanpa kabar.
"Itu yang aku takutkan, Amel. Dia seperti orang hilang akal dan nekat. Aku sangat marah, tapi juga takut. Jadi lebih baik mengalah dan menyingkir. Dari pada aku hilang akal dan lakukan sesuatu...." Nathania tidak melanjutkan karena ingat yang dia rasakan saat melihat Andy di depan tempat kost.
"Aku yang sedang marah dan sakit hati diselingkuhi, tambah lagi dikejar ketakutan. Seharusnya dia malu, malah muka tembok dan maksa. Dia seperti.... Ah, sudahlah Amel, maafin. Kalau ingat kejadian hari itu, bikin hati diaduk, karu-karuan." Nathania mengeluarkan semua unek-unek, rasa marah, rasa malu yang disimpan dan tidak bisa diceritakan kepada kakaknya.
Amelia jadi mengerti keputusan yang diambil Nathania. "Aku mengerti, Thania. Apa lagi sampai sekarang aku masih lihat dia datang ke kantor. Mungkin dia mengira kau hanya cuti dan akan masuk kerja lagi." Amelia menceritakan kalau Andy masih datang menjemput Nathania di kantor.
Nathania terkejut Andy masih datang mencarinya di kantor. "Nah, itu Amel. Aku tidak kuat bekerja di situ dan jadi takut sama dia. Jadi maafin, ya. Tinggalin kau begitu saja. Nanti kalau sudah lebih baik, kita pergi makan ramen lagi."
"Kalau kau bilang mau makan ramen, berarti kau ngga jauh-jauh dari sini. Baiklah, aku sabar menanti. Walau cantikku berkurang seinci, karna kau sudah ngga ada di ruangan, malah diganti dengan dedemiuuttt." Amelia menceritakan pengganti Nathania, yaitu senior yang judes dan jutek.
"Sabar, ya, Amel. Nanti kalau sudah ganti nomor, aku hubungi lagi. Jangan simpan atau hubungi ke nomor ini, ya." Nathania menjelaskan alasan dia memakai nomor lain, agar Andy tidak menganggu dia.
Semua itu Nathania lakukan, sebab Andy masih terus menelpon dengan nomor lain. Nathania tahu, itu adalah Andy. Karena nomor utamanya sudah diblokir, jadi dia pakai nomor yang tidak dikenal.
"Kau juga, Thania. Cepat move on dan lupakan biangnya, biang itu. Jangan sampai kariermu mandek karna dia. Hanyutkan dia di selokan rumahmu." Amelia berkata serius, supaya Nathania bisa cepat melupakan Andy dan bisa menata hati dan kariernya.
"Nah, itu Amel. Ada yang menggangu, kadang aku merasa bersalah sama tunangannya itu. Apa lagi yang dilakukan Andy sekarang." Ucapan Nathania membuat Amelia heran. "Mengapa bersalah padanya?"
"Aku merasa seperti petunor."
"Apa itu petunor?" Tanya Amelia tidak mengerti. "Pengganggu tunangan orang."
"Aku kira jenis hewan yang baru ditemukan." Amelia coba bercanda.
Namun, Nathania yang lagi fokus pada apa yang dilakukan Andy, tidak menanggapi candaan Amelia. "Amel, kadang hatiku ngga terima. Entah dia yang diselingkuhi, atau aku yang diselingkuhi."
"Astaghfirullah, Thania. Pikiran macam apa itu? Memangnya kau tahu dia sudah bertunangan? Biangnya, biang itu yang selingkuhi kalian berdua. Ngapain pikirin tunangannya. Biarkan dia yang pikirin dan selesaikan sendiri."
"Jadikan selingkuhnya sebagai modal untuk maju. Dia pasti sedang senewen, karna batal tunangan dan diputusin pacar cantik jelita, mempesona." Amelia menyemangati Nathania. "Huuuu, biar kapok."
"Bisa aja, Amel. Makasih, ya." Hati Nathania terasa plong.
"Bukan bisa aja, Thania. Selingkuh kok, dipamerin. Dasar, biangnya, biang selingkuh." Amelia tidak tahan mengeluarkan rasa kesalnya.
"Usulku, sementara jangan melamar di kantor pertambangan atau jadi PNS. Dia terus melacakmu. Ganti akun sosmed, atau sementara jangan digunakan dulu. Nanti kau terus diganggu sama dia." Usul Amelia, serius.
"Makasih Amel, sudah ingatkan dan semangati aku. Makasih Juga ngga marah padaku. Aku akan coba menata hatiku."
...~_~...
...~▪︎○♡○▪︎~...