'Kegagalan adalah sukses yang tertunda.'
'Kegagalan bisa jadi pelajaran dan cambuk untuk terus maju menuju sukses.'
Dan masih banyak kalimat motivasi ditujukan kepada seseorang yang gagal, agar bisa bertahan dan terus berjuang.
Apakah kalimat motivasi itu berlaku dalam dunia asmara?
Nathania gagal menuju pertunangan setelah setahun pacaran serius penuh cinta. Dan Raymond gagal mempertahankan mahligai rumah tangga setelah tiga tahun menikah.
Mereka membuktikan, gagal bukan berarti akhir dari kisah. Melainkan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru, lebih bernilai. Lahir dari karakter kuat, mandiri dan berani, setelah alami kegagalan.
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Ketika Hati Menyatu"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. KHM
...~•Happy Reading•~...
Nathania terkejut Andy masih datang mencarinya di kantor. "Nah, itu Amel. Aku sudah tidak nyaman bekerja di situ dan jadi takut sama dia. Jadi maafin, ya. Tinggalin kau begitu saja. Nanti kalau sudah lebih baik, kita pergi makan ramen lagi."
"Kalau kau bilang mau makan ramen, berarti kau ngga jauh-jauh dari sini. Baiklah, aku sabar menanti. Walau cantikku berkurang seinci, karna kau sudah ngga ada di ruangan, malah diganti dengan dedemiuuttt." Amelia menceritakan pengganti Nathania, yaitu senior yang judes dan jutek.
"Sabar, ya, Amel. Nanti kalau sudah ganti nomor, aku hubungi lagi. Sekarang aku masih pakai nomor orang. Jadi jangan simpan atau hubungi ke nomor ini, ya." Nathania menjelaskan alasan dia memakai nomor orang lain, agar Andy tidak menganggu dia.
Semua itu Nathania lakukan, sebab Andy masih terus menelpon dengan nomor lain. Nathania tahu, itu adalah Andy. Karena nomor utamanya sudah diblokir, jadi dia pakai nomor yang tidak dikenal.
"Kau juga, Thania. Cepat move on dan lupakan biangnya, biang itu... Jangan sampai kariermu mandek karna dia. Hanyutkan dia di selokan rumahmu." Amelia berkata serius, supaya Nathania bisa cepat melupakan Andy dan bisa menata hati dan kariernya.
"Nah, itu Amel. Ada yang menggangu, kadang aku merasa bersalah sama tunangannya itu. Apa lagi yang dilakukan Andy sekarang." Ucapan Nathania membuat Amelia heran. "Mengapa bersalah padanya?"
"Aku merasa seperti petunor."
"Apa itu petunor?" Tanya Amelia tidak mengerti. "Pengganggu tunangan orang."
"Aku kira jenis hewan yang baru ditemukan." Amelia bercanda sambil tersenyum.
Namun, Nathania yang lagi fokus pada apa yang dilakukan Andy, tidak menanggapi candaan Amelia. "Amel, kadang hatiku ngga terima. Entah dia yang diselingkuhi, atau aku yang diselingkuhi."
"Astaghfirullah, Thania. Pikiran macam apa itu? Memangnya kau tahu dia sudah bertunangan? Biangnya, biang itu yang selingkuhi kalian berdua. Ngapain pikirin tunangannya. Biarkan dia yang pikirin dan selesaikan sendiri."
"Jadikan selingkuhnya sebagai modal untuk maju. Dia pasti sedang senewen, karna batal tunangan dan diputusin pacar cantik jelita, mempesona. Huuuu, kapok."
"Bisa aja, Amel. Makasih, ya." Hati Nathania terasa plong.
"Bukan bisa aja, Thania. Selingkuh kok, dipamerin.... Dasar, biangnya, biang selingkuh...." Ucap Amelia yang tidak tahan mengeluarkan rasa kesalnya.
"Makasih Amel, sudah semangati dan ngga marah padaku. Aku akan lakukan sesuatu yang bermanfaat setelah ini. Maaf, kakakku ada telpon. Kita udahan dulu, ya." Nathania pamit dengan perasaan yang sudah berbeda, mengetahui Amelia tidak berubah padanya.
Amelia segera memberikan salam dan mengakhiri pembicaraan, karena mendengar bunyi telpon. Dia jadi tahu, ada yang menelpon Nathania. Sedangkan Nathania terkejut, kakaknya telpon. Padahal biasanya hanya kirim pesan dan foto-foto.
Nathania segera mengembelikan telpon Bibi, lalu menelpon kakaknya. "Kak, maaf. Tadi lagi telpon dengan teman di Jakarta. Kakak baik-baik, saja?" Nathania was-was.
"Iya, Dek. Baik. Tadi aku telpon mau ingatin, jangan lupa ke notaris untuk cek surat-suratnya. Mereka janji seminggu, sekarang sudah seminggu." Nike mengingatkan.
"Oh, iya. Besok aku cek, Kak. Hari ini lagi sibuk ....." Nathania menceritakan yang dikerjakan. Nike merasa lega mengetahui adiknya sudah mulai benahi warung. Jadi sudah punya kesibukan.
"Sambil saja, Dek. Yang penting kau pergi cek suratnya. Bisa minta tolong karyawan antar dengan mobil...." Nike memberikan saran, agar Nathania bisa menggunakan mobil warung.
"Karena kakak sudah ingatin warung dan surat di notaris, aku mau minta ijin, Kak. Boleh aku ganti nama warung kita?" Nathania bertanya serius. Dia ingin mengganti nama warung dengan kata yang melukainya dan juga sebagai obat.
"Thania, itu sudah jadi milikmu. Kau bisa lakukan apa saja, termasuk mengganti nama warung, kalau kau anggap itu lebih baik." Nathania berkata serius dan tegas untuk meyakinkan dukungannya.
Ucapan Nike seakan cambuk, agar dia fokus pada tanggung jawab yang dipercayakan padanya. "Iya, Kak. Makasih.... Besok aku urus sekalian." Nathania bersemangat.
"Aku kira kakak mau kirim foto keren lagi." Nathania merasa lega, kakaknya masih ingat dengan surat-surat di notaris.
"Hari ini kami ngga bisa keluar, karna cuaca lagi buruk. Jadi belum bisa ke tempat bagus yang baru. Sambil tunggu cuaca kembali baik, aku telpon untuk ingatin itu." Nike mulai menceritakan setuasi dan keadaan cuaca di Bali.
"Oh, begitu.... Kalau cuaca buruk, Kak Nike hati-hati jaga kesehatan. Jangan sampai masuk angin, Kak." Nathania serius mengingatkan, karena khawatir kondisi kakaknya.
"Masuk angin? Kau ngeledekin aku, karna lagi bulan madu?" Tanya Nathania sambil menahan senyum.
Namun Nathania menanggapi serius, karena tidak mengerti yang dipikirkan kakaknya. "Aku ngga ngeledekin, Kak. Aku serius, agar kakak ngga sakit. Supaya bisa bikin foto keren sendirian saja buat aku... Ngga sama Mas Frans." Nathania menjelaskan dengan suara pelan, seakan khawatir didengar oleh Frans.
"Oh, ok. Sorry..,. Pikiranku ngelantur. Nanti aku kirim foto saat sunset atau sunrise." Nathania tersadar adiknya masih polos, sehingga menepuk dahinya.
"Kalau foto sendiri, aku kirim setelah ini. Mas Frans ada foto aku sendiri." Nike mengalihkan perhatian Nathania kepada foto yang diminta.
"Waaah... Makasih, Kak. Aku tunggu..." Jawab Nathania riang. "Sama-sama, Dek. Kau juga, jaga kesehatan, ya. Ngga usah terlalu paksa diri, mengalir saja seperti air yang bersih dan jernih." Nike mengingatkan lalu mengakhiri pembicaraan setelah saling memberi salam.
Nathania meletakan telpon lalu memikirkan nasehat kakaknya dengan sepenuh hati. 'Iya, Kak. Aku akan belajar menerima semuanya dan mengumpulkan yang retak. Semoga bisa jadi sesuatu yang berguna.' Nathania membatin.
"Bi Sena, ikut ke warung yuuk. Saya mau cek and ricek. Mumpung belum buka. Mungkin ada yang perlu diperbaiki." Ajak Nathania.
Kemudian mereka berjalan ke warung, karena ada yang terlintas di pikirannya sebelum karyawan masuk kerja. Dia mau semuanya sudah rapi, sebelum membuka warung.
Saat berjalan ke warung, terdengar bunyi bel pintu. "Bi, tolong lihat. Siapa yang datang." Nathania jadi kembali ke teras.
"Non, teman Non Nike. Mas Didit yang datang." Lapor Bibi.
"Oh, ok, Bi. Tolong bukain pintu." Nathania senang mendengar Didit yang datang.
"Lagi sibuk?" Tanya Didit yang sudah masuk ke halaman.
"Lumayan, Mas Didit. Lagi rapiin warung sebelum dibuka."
"Oh, ok. Pelan-pelan saja. Tadi lewat depan, jadi sekalian mampir."
"Terima kasih, Mas."
"Apa Magda sudah hubungi?"
"Belum, Mas. Ada apa?"
"Dia berencana mau adakan syukuran kecil-kecilan setelah Nike kembali. Tapi ngga usah kasih tahu Nike. Surprise."
"Waaaah, setuju Mas. Makasih sudah pikirkan." Nathania sangat senang dan bersemangat.
"Kau ngga usah pikirkan yang lainnya. Hanya kita yang bantu kemarin kumpul menyambut kakakmu pulang dan makan-makan."
"Ok, Mas. Makasih."
"Kau hanya perlu cari alasan, agar kakakmu bisa ke sini setelah pulang honeymoon." Selanjutnya, Didit menjelaskan rencana mereka.
...~_~...
...▪︎~○♡○~▪︎...