Kisah seorang istri yang mencintai suaminya, namun di balas dengan penghianataan dan balas dendam kelurga nya.
Ella menyambut cinta Andrean yang selalu perlakuan dirinya bak seorang Ratu. Hingga akhirnya mereka menikah. Namun sayang, sikap peduli, perhatian dan kasih sayang Andrea menghilang begitu saja. Andrean perlakukan Ella bak orang asing di rumah nya sendiri.
Hingga perselingkuhan Andrean di ketahui Ella. wanita berparas cantik yang memiliki segudang prestasi itu mencoba bertahan. Ia Terus berbuat baik dan patuh pada sang suami. Tetapi kesabaran Ella ada batasnya, sampai akhirnya pertahanan Ella runtuh.
Ella membuat permohonan surat cerai dan mentalak Andrean.
Pria tampan penuh kharisma itu berkata "kau ingin bercerai? Tidak akan pernah bisa, selama pembalasan ku belum berakhir!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amarah Andrean
Mobil Ella keluar dari perusahaan Smith. Ia menatap sebentar gedung tingkat yang menjulang. Perusahaan yang penuh dengan kenangan, walau awalnya manis kini harus menelan kekecewaan. Kehidupan harus terus Ella jalani, meskipun melewati jalanan yang terjal dan berbatu. Ia berpikir kalau kelurga ayahnya Bagas Motrin adalah sandungan kecil yang harus ia lewati bukan untuk disingkirkan.
Bagas telah meninggalkan ibunya di dalam penjara. Bukannya mencari lawyer untuk membantu Soraya terbebas dari tuduhan, justru ayahnya menikah lagi dengan Siska, dan membawa anak gadisnya Vivian kedalam rumahnya. Kini wanita itu datang kedalam kehidupan Ella dan ingin menghancurkan dirinya secara terang-terangan.
Ella menghela nafas panjang, dadanya terasa sesak bisa mengingat semua itu.
"Vivian duplikat Tante Siska. Ibu dan anak itu sama-sama pelakor!" gumam Ella sambil mencengkram kuat setir di depannya.
Setelah lama termenung, akhirnya Ella melajukan mobilnya sambil menghubungi seseorang.
"Hallo Ella..." sapa suara di sebrang telepon
"Darren Kamu di mana?"
"Aku di kantor Ayah."
"Baiklah aku akan menemui mu disana."
sebelum panggilan berakhir Darren bertanya "Ella, apa ada masalah dengan mu?"
"Aku sudah resign dari perusahaan Smith."
"Itu keputusan yang benar."
Ella mengangguk"Iya"
"Baiklah aku tunggu di lobby, baru kita ngobrol di luar."
"Oke!"
Tak lama kemudian, mobil Ella sudah berada di depan lobby. Darren yang sudah menunggu sejak tadi masuk kedalam mobil Ella.
"Kita kemana?" kata Ella.
"Langsung ketempat tujuan. Perusahaan kita yang dulu."
Ella mengerutkan keningnya "Kau yakin kita akan kesana? Bukankah gedung tua itu sudah terbengkalai."
Darren menatap Ella "Kau tidak percaya pada ku?"
"Oke!"
Akhirnya Ella melajukan mobilnya kesebuah tempat. Sebuah gedung bertingkat yang tidak sebesar perusahaan Smith. Namun sangat layak keberadaan nya. Saat memasuki area tersebut ia terkejut, sebab gedung tua yang terbengkalai itu sudah berubah lebih bagus.
"Darren...!" Ella menoleh pada pria yang duduk di sampingnya.
Pria itu tersenyum sambil berkata "Ayo kita masuk."
Ella dan Darren turun dari mobil. Mereka memasuki gedung tersebut yang masih di renovasi.
"ini benar-benar ajaib." kata Ella tak menyangka.
Ella menatap sekeliling bangunan yang sudah tiga tahun lalu ia tinggalkan. Dulu ia lebih memilih menikah dan meninggalkan perusahaan yang baru ia rintis bersama Darren. Ada perasaan bersalah pada sahabatnya itu, membuat mata Ella berkaca-kaca.
"Kita akan menempati gedung ini kembali, renovasinya tinggal 15% selesai. Minggu depan kita sudah bisa memulai."
Darren yang sedang bicara menoleh kearah Ella. Ia melihat wanita cantik berhati lembut itu menangis.
"Ella .. Kau menangis?" tanyanya datar
Darren melangkah mendekat, mengusap lembut airmata Ella "Kenapa?" tanyanya prihatin
Wajah Ella tertunduk "Aku malu padamu, kau begitu baik dan perduli padaku. Maaf, dulu telah mengecewakan mu."
"Jangan bicara seperti itu, seandainya dulu kita masih bertahan dengan perusahaan yang belum berkembang, aku tidak mungkin pergi dari Perth. Ada bagus nya bukan? Setelah dua tahun aku meneruskan S3 dan satu tahunnya aku buat penelitian tekhnologi AI."
Ella mengangguk "Tapi...aku belum lulus Doktoral."
"Aku tidak perduli dengan pendidikan mu yang hanya S2. Kau wanita yang cerdas dan AQiu mu di atas rata-rata. Kecerdasan mu di bidang teknologi bisa di bilang setara dengan profesor Habibi."
Ella tersenyum "Jangan berlebih dalam menilai ku. Aku tidak sehebat profesor Habibi."
"Jadi... Menurut mu bagaimana?" tanya Darren dengan senyuman lebar
"Sudah jangan bahas itu, kita harus fokus untuk melakukan terobosan baru tentang teknologi buatan. Aku tidak ingin sia-siakan masa depan ku."
Darren mengangguk "Baiklah, kita harus fokus dan tunjukkan pada dunia, kalau kita mampu merubah masa depan dengan tekhnologi canggih."
Sementara di perusahaan Smith, semua berjalan dengan normal. Andrean masih berkutat di depan laptop. Satu tangannya menekan tombol telekom yang ada diatas meja.
"Heru, keruangan ku!
"Baik tuan!"
Tak lama kemudian asisten Heru masuk kedalam ruangan Direktur dan menaruh lembaran dokumen diatas meja dengan ekspresi was-was.
Andrean membuka lembaran tersebut sambil membulak-balikan dokumen. Keningnya mengerut saat membaca laporan dari asisten Heru.
"Kenapa ini belum selesai? Bukankah aku meminta laporan itu sekarang!" seru Andrean, menatap tajam pada asistennya.
"Kau tahu? Bila laporan ini tidak selesai hari ini, kita telah rugi 10 triliun!"
"Maaf tuan, ibu Ella tidak mau mengerjakan tugas yang Anda berikan." jawab Heru dengan wajah tertunduk
Wajah Andrean terlihat murka, ia berdiri sambil membanting dokumen "Pecat saja kalau dia tidak mau ikuti aturan kantor."
"Tetapi tuan... " Heru terlihat gugup dan takut melihat ekspresi sang bos yang menyeramkan bila sedang marah.
"Para investor akan kecewa dan menganggap kita tidak profesional dalam bekerja!" Andrean lanjut bicara dengan ekspresi kesal. Heru sampai tidak bisa melanjutkan ucapannya karena terus di sela sang bos. Heru menghela nafas berat dan membiarkan sang bos meluapkan emosinya.
"Kenapa diam? Cepat suruh Ella kerjakan sekarang!" titah sang bos
"Tapi_tuan?" tenggorokan Heru tercekat.
"Tapi apa?! Tanyanya dengan tatapan intimidasi.
"Ibu Ella sudah resign." jawab Heru dengan suara datar.
Bola mata Andrean membulat. "Sejak kapan?!'
"Tadi pagi ia menyerahkan surat pengunduran diri."
Andrean membuka kerah baju dan melonggarkan dasinya yang hampir membuatnya tercekik karena mendengar Ella sudah resign.
Pria itu berdiri di depan jendela sambil membuang nafas kasar "Apa ada masalah sehingga ia resign?"
"Sepertinya ia tuan."
Andrean menoleh kearah Heru, meminta jawaban.
"Ibu Ella terlihat marah saat ruangannya di pindahkan ke lantai 23. Saat itu juga dia menemui saya dan memberikan surat pengunduran diri."
Andrean mengusap wajahnya dan berkata "Cari gantinya. Jangan sampai para investor tahu Ella telah resign."
"Baik tuan!"
"Pergilah, suruh Hana melanjutkan dokumen ini sampai tuntas. Aku tidak mau ada kesalahan!"
"Baik tuan, saya permisi."
Heru membawa dokumen yang belum selesai di kerjakan oleh Ella, ke ruangan Hana asisten manager.
***
Siang itu Ella dan Darren sudah sepakat untuk memulai kerjasama yang baru. Mereka juga membuka lowongan kerja khusus S1 dan S2 di bidang teknologi dan manajemen.
"Aku sudah membuat lowongan kerja di sosmed dan plafon-plafon." kata Darren. "Sudah ada beberapa pelamar yang mengirimkan lamarannya melalui online di pdf. Kau bisa bantu aku untuk melihat kualitas mereka."
Ella mengangguk "Baiklah!"
"Sudah jam dua, ayo kita makan dulu."
Ella dan Darren meninggal kan lokasi, mereka menuju sebuah restoran yang tak jauh dari perkantoran baru mereka.
"Kamu ingin makan apa?" tanya Darren setelah duduk di bangku.
"Ikan bakar dan cumi bakar sepertinya enak." Ella menunjuk salah satu menu yang terdapat banyak makanan olahan.
"Boleh juga." balas Darren.
Setelah beberapa menit, pesanan mereka datang. Mereka menikmati hidangan siang itu dekat sebuah pantai.
💜💜💜💜