seorang perwira tentara yang memiliki masa lalu kelam dengan ayahnya dan akhirnya dia menemukan cinta pertamanya
* maaf ya kalo jelek pemula soalnya😁
semua isi cerita ini hanya fiksi belaka. tempat kejadian, nama tokoh, musuh dan lainnya merupakan ide dari author itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kirput10i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kembali
Bab 13
Disaat kami sedang duduk ada pak Haris yang mengejutkanku dari belakang. Dia menepuk pundakku jadi refleks langsung menengok ke belakang. Lalu pak Haris berkata
" Aku rasa sudah saatnya untuk kembali! " ucap pak Haris dengan tegas kepada kami
" Siap pak! " Jawabku pada pak Haris
" Baik Irma, kayaknya kita harus berpisah disini. Sampaikan salamku ke emak ya..." Kataku dengan melihatnya
Dia hanya mengangguk untuk menjawabnya. Dan aku juga melihat pak Haris menatap kami dengan tatapan tajam seperti elang, kurasa dia mengira kalau aku menyukai anaknya, padahal memang.
Tatapannya sedikit membuat aku takut tapi aku tetap tenang dan pergi bersamanya. Aku dan pak Haris pergi menuju kendaraan kami. Di dalamnya ada Adit yang akan mengemudi.
" Baik pak Faisal dan jendral Haris, mari kita kembali " ucap Adit dengan memegang setir
Kami hanya mengangguk dan masuk kedalam mobil. Kami menempuh perjalanan yang cukup panjang. Aku duduk di kursi belakang, pak haris dan Adit di kursi kemudi atau depan. Entah kenapa lukaku kembali terasa sakit saat kami melewati lubang di jalan.
Aku memegang pinggang sebelah kananku dan menahannya, namun jendral Haris sepertinya sadar kalau aku kesakitan dan bertanya kepadaku.
" Ada apa Faisal? Lukamu sakit lagi? " Tanya pak Haris dengan menengok ke belakang
" Kayaknya iya deh pak...." Jawabku dengan melihatnya
" Kayaknya Irma salah cara ngobatinnya deh, maaf ya..." Ucap pak Haris
" Ahh....engga ini engga terlalu sakit kayak tadi " ucapku untuk menenangkannya
Pak Haris sepertinya khawatir denganku, walaupun aku sering dimarahi olehnya tapi dia selalu menanyakan apakah misiku berhasil, apakah kau sehat dan lainnya dia sudah seperti guru bagiku da aku mulai dekat dengan putrinya.
Aku rasa aku akan memberitahu pak Haris tentang hubunganku dan Irma agar dia tau dan mungkin dia akan merestuinya hehe. Tapi aku perlu waktu untuk memberi tahunya.
Singkat saja, kami sudah sampai di markas kami disana banyak prajurit yang menunggu di sepanjang jalan menuju pintu masuk. Mereka berbaris menghadap satu sama lain sambil membawa senjata seperti senapan untuk apel.
Aku dan yang lainnya turun dari Mobil dan berjalan menuju pintu masuk. Kami diberi hormat oleh para prajurit yang berbaris. Dan saat kami sudah sampai di pintu masuk, pintu dibukaan oleh prajurit yang menjaga pintu itu.
Di balik pintu aku melihat beberapa orang sedang menunggu termasuk Raka. Raka dan yang lainnya terlihat sangat menunggu kami semenjak mereka mendengar tragedi bom mabesau. Raka menghampiri kami dan berkata
" Kalian gpp? Saya dengar mabesau terjadi ledakan bom! "
" Yah...kami baik-baik saja. Tapi ada yang cedera sedikit " jawab pak Haris dengan melirikku
Tatapan Raka yang awalnya menatap pak Haris jadi menatap ke arahku. Dia melihatku seperti aneh atau tidak percaya pada omongan jendral Haris, karena aku terlihat tidak apa-apa. Mereka meninggalkanku dengan Raka di pintu masuk dan hanya sisa kami berdua.
" Eh-eh! Lu cedera? " Tanya Raka diam-diam
" Cuma dikit. " Jawabku dengan mempersempit jarak jari telunjuk dan jempol
" Alhamdulillah!! Gua kira lu udah mati tau..." Ucapnya dengan rasa syukur
Aku menatapnya dengan melas, dia pikir aku akan mati secepat itu? Tidak! Dia lupa mengapa aku bisa lebih cepat naik pangkat menjadi brigadir di banding dirinya yang masih letnan.
" Ah sudahlah ayo kembali... penyerangan akan dimulai seminggu lagi! Jadi lu harus sehat walafiat! " Ucapnya dengan memegang pundakku
Aku hanya mengangguk untuk menjawabnya dan kami kembali ke tempat kami. Kami sudah sampai di ruangan kami, ternyata Raka lupa mematikan TV nya. Aku melihat TV dan melihat berita yang baru terjadi. Berita itu menyampaikan tentang pengeboman di mabesau.
" Lu lupa matiin tipi!! " Ucapku dengan menunjuk TV
" Hehe...sorry gua lupa..." Jawabnya dengan menggaruk kepala
Ini aneh, mengapa beritanya bisa menyebar secepat ini seharusnya kalau jadi berita nasional harus menunggu sehari-dua hari untuk bisa disebar. Disaat aku memikirkan mengapa berita itu menyebar luas aku melihat Amir di wawancarai oleh jurnalis di TV.
Raka yang melihat langsung heboh dan kegirangan karena melihat Amir di wawancarai. Di TV, aku melihat Amir terlihat gugup saat di tanya, dan bahkan tidak bisa menjawab pertanyaan dari jurnalis. Karena itu Raka hanya tertawa melihat Amir, aku hanya menggelengkan kepalaku karena sikap mereka berdua.
Ini isi beritanya. " Baik pak Amir bagaimana kejadian ini bisa terjadi dan dimana kalian saat itu? " Tanya jurnalis dengan menyodorkan mic pada Amir
" Em..baik! Ini udah nyala kan? " Tanya Amir dengan menunjuk mic
Jurnalis hanya mengangguk untuk menjawabnya. Lalu Amir melanjutkan.
" YA!! Kita saat itu sedang rapat! " Jawab Amir dengan keras
" Eee....baik, lalu apakah penyebab peledakkan ini? " Tanya jurnalis
" Eee........itu karena ada yang menyalakan bom! Ya! " Jawab Amir dengan grogi
Astaga aku yang melihatnya saja malu apa lagi aku menjadi dia. Tapi, aku juga masih tidak tahu mengapa ruang amunisi itu bisa meledak dan apa alasan si peneror meledakannya. Tapi aku curiga ini adalah rencana sekutu negara barat yang akan menyerang kita.
" Gua harus rekam sih, ini berita " ucap Raka dengan memegang ponsel
" Eh? Lu mau jadiin aib? " Tanyaku
" Yoo...mestilah! Gua bakal tunjukkin ini ke dia habis perang " Jawabnya
" Ya kalo diantara kita masih hidup " jawabnya dengan tidak yakin
"Hmm" aku hanya menhela nafas. Aku dan Raka keluar dari kamar dan tidak lupa mematikan TV, kami keluar dan pergi ketempat pelatihan. Dalam rapat tadi aku ditugaskan menjadi komando regu A, dimana aku harus memimpin pasukan bersenjata.
Kita akan menggunakan teknik pengepungan di hutan. Tapi aku tidak yakin apakah rencana kita akan berjalan dengan baik karena di regu yang aku pimpin ada Raka yang menjadi anggotanya. " Oh tidak "
Kenapa begitu? Karena dia pasti tidak bisa serius kalau ada aku.
Aku tidak ingin dia ada di reguku, jadi aku meminta izin dengan jendral Haris untuk memindahkannya ke regu yang lain. Jadi dia dan aku bisa lebih serius untuk menjalankan tugasnya. Awalnya jendral bertanya mengapa aku tidak ingin Raka ada dalam reguku, tapi setelah aku jelaskan dia langsung mengerti.
Semua angkatan maupun darat, laut, dan udara berlatih untuk penyerangan bahkan kami mengadakan latgab (latihan gabungan) dengan semua angkatan. Bahkan siaran televisi pun menayangkan latihan kami padahal seharusnya mereka menayangkan pemilu tapi karena pemilu di undur karena tragedi kemarin jadi penayangannya di khususkan untuk kami.
Saat ingin latihan kamuflase aku harus memakai atribut penyamaran seperti memakai pakaian yang di tempeli rumput mewarnai wajahku dan memakai sarung tangan pelindung. Saat aku ingin memakai sarung tangan pelindung aku tersadar aku belum melepas gelang pemberian dari Irma.
Gelang itu membuatku teringat dengan perkataannya saat dia memberikan gelang ini padaku. " Ini akan memberikanmu perlindungan. " Yah walaupun aku awalnya tidak percaya tapi setelah apa yang terjadi di mabesau aku masih hidup kurasa ini berkat doanya.
dynamic Irma and Faisal lucu kalii, tpi kasihani lh si Raka, ditampar muluw :'D
baguss omagahh, gk nyangka sebagus itu jujur. Keep growin' !!