NovelToon NovelToon
Penguasa Sekte Chaos: Dari Abu Menuju Takhta

Penguasa Sekte Chaos: Dari Abu Menuju Takhta

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / Sistem / Iblis / Kelahiran kembali menjadi kuat / Fantasi Isekai
Popularitas:972
Nilai: 5
Nama Author: febri_yeee

nre: Fantasi, Aksi, Sekte-Building, Antihero, Overpowered

Sinopsis:

Di benua Elvaria, kehormatan dan kesetiaan adalah dua mata uang paling berharga. Namun, bagi Kael Arvane, seorang jenderal muda yang pernah menyelamatkan kerajaannya dari kehancuran, keduanya hanyalah ilusi yang bisa dibakar oleh kekuasaan.

Dikhianati oleh rajanya sendiri dan difitnah sebagai pengkhianat, Kael diburu, disiksa, lalu dilempar ke lembah kematian yang dikenal sebagai "Jurang Sunyi"—tempat para monster, penjahat, dan kutukan abadi bermuara. Tapi justru di tempat itulah "Sistem Chaos Sovereign" bangkit dari sisa jiwanya yang penuh dendam.

Dengan sistem itu, Kael mampu menciptakan sekte dari nol: Sekte Chaos, sekte tanpa aturan moral, tanpa dogma suci—hanya kekuatan, kebebasan, dan ambisi pribadi. Ia mulai merekrut orang-orang yang dibuang oleh dunia: budak, pembunuh, monster setengah manusia, penyihir terkutuk, bahkan mantan bangsawan pengkhianat.

Dari mereka, ia membentuk Dua Belas Pilar Chaos

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febri_yeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13: Ujian Tanpa Cahaya

Kabut tebal menyelimuti area latihan utama Sekte Chaos pagi itu. Tak seperti biasanya, tidak ada aktivitas. Para murid dikumpulkan di lapangan tengah oleh Zareth, Pilar Pertama, yang berdiri di atas panggung batu hitam, mengenakan jubah peraknya yang memantulkan kilatan merah samar.

“Perhatikan dan simak baik-baik,” suaranya menggema tanpa perlu pengeras. “Mulai hari ini, kalian semua akan menghadapi ujian yang akan menentukan siapa yang layak menginjakkan kaki di inti Sekte Chaos.”

Para murid saling berpandangan. Banyak dari mereka masih muda, bahkan beberapa baru tiga minggu bergabung. Di antara kerumunan, Ryza berdiri tegap, sementara Elen menyilangkan tangan, matanya menyorotkan ketertarikan.

Zareth menunjuk ke tanah.

“Di bawah kita, tersembunyi Gerbang Tanpa Nama. Tempat yang bahkan dunia ini tolak keberadaannya. Ujian kalian sederhana—masuki gerbang itu, hadapi apa pun yang menunggu di dalam, dan kembali hidup. Siapa pun yang kembali akan diangkat sebagai murid inti.”

Keheningan menyergap.

Sederhana? Tidak. Itu gila.

Satu murid laki-laki, tinggi besar dan berotot, mengangkat tangan.

“Dan jika kami mati?”

Zareth menjawab tenang, “Maka kalian tidak pantas bertahan dalam dunia ini.”

Kael, yang berdiri di belakang panggung, hanya mengamati. Sorot matanya dingin, namun di balik itu ada satu hal yang hanya Reina tahu: Kael sedang mengukur mereka, bukan sekadar menakut-nakuti.

---

Di malam hari, gerbang dibuka untuk pertama kalinya bagi publik.

Tiga murid pertama maju. Di antara mereka, Ryza dan Elen.

Ryza menoleh pada Elen. “Kau yakin soal ini?”

Elen tersenyum dingin. “Kalau mati, setidaknya aku mati lebih cepat dari hidup membosankan ini.”

Mereka melangkah masuk bersamaan. Begitu tubuh mereka tersedot ke dalam pusaran, dunia di sekitar seolah terbalik.

---

Ryza jatuh terlebih dahulu. Ia berdiri di ruang gelap tanpa dinding. Tanah tak terasa, hanya udara dingin dan tekanan mental yang menusuk.

[Sistem Sekte Chaos Menguji Keselarasan Jiwa...]

[Ujian 1: Hadapi Diri Sendiri]

Sebuah cermin muncul di hadapannya.

Dari dalamnya, muncul sosok yang mirip dirinya—tapi dengan mata merah darah, luka di seluruh tubuh, dan senyum penuh kebencian.

“Aku adalah semua pilihan yang kau tolak,” kata bayangannya.

Ryza mencabut senjata. “Kalau begitu, aku akan menebas semua pilihan itu.”

Pertarungan berlangsung cepat. Setiap gerakan bayangannya adalah versi sempurna dari gerakan Ryza. Tapi Ryza bukan hanya berlatih teknik. Ia belajar bertahan hidup. Ia belajar kehilangan.

Dalam satu kilatan, ia menebas sisi kanan musuhnya. Bayangan itu memudar… dan Ryza kembali ditarik ke tempat netral.

[Lulus Ujian Jiwa.]

---

Sementara itu, Elen berada dalam ruang berbeda.

Ia berada di hutan, berdarah-darah, dikejar bayangan hitam yang berbisik dengan suara ibunya.

“Kau seharusnya tak pernah lahir…”

“Kau adalah kesalahan…”

Elen terhuyung, tapi tak pernah berhenti berlari. Di ujung hutan, ia melihat cahaya kecil. Tapi untuk mencapainya, ia harus melalui medan ranjau penuh dengan kenangan masa kecilnya—siksaan, ketakutan, dan pengkhianatan.

Namun saat semua itu mulai menelannya, suara berbeda terdengar.

“Elen, kau bukan hasil dari masa lalu. Kau adalah awal dari sesuatu yang lebih.”

Suara itu… suara Kael?

Ia menggigit bibirnya, berdarah, dan tetap melangkah.

Satu langkah.

Dua langkah.

Sampai ia melompat masuk ke cahaya.

Dan kembali ke ruang netral.

[Lulus Ujian Trauma.]

---

Beberapa murid lain tak seberuntung mereka.

Satu tersesat dalam dimensi waktu, tubuhnya menjadi tua hanya dalam lima menit dan berubah menjadi abu.

Yang lain bertarung dengan kenangan ibunya sendiri yang memaksanya memilih antara menyelamatkan saudara atau dirinya—ia memilih dirinya, dan keluar menangis, patah hati, tapi hidup.

Kael mengamati semua ini dari ruang pantauan sistem yang dibuat Argon.

“Dari dua ratus murid pertama,” kata Argon sambil menyusun data, “hanya tiga puluh tujuh yang kembali hidup.”

“Bagus,” jawab Kael singkat.

“Dan dua di antaranya menunjukkan potensi menjadi Pilar suatu hari nanti,” tambah Reina, yang baru saja masuk.

Kael menatap layar. “Ryza dan Elen?”

Reina mengangguk. “Mereka tak hanya bertahan. Mereka berubah. Itu lebih penting.”

---

Hari kelima, giliran murid veteran masuk.

Salah satu di antaranya bernama Korr, murid keturunan darah naga yang selama ini tak pernah tunduk pada siapa pun.

Ia melangkah ke dalam gerbang dengan percaya diri.

Namun yang ia temui bukanlah bayangan atau kenangan.

Melainkan… Pilar Ketigabelas.

Atau tepatnya, sosok yang mengaku sebagai perwujudan Pilar yang belum terwujud.

“Kau ingin kekuatan?” tanya sosok itu dengan suara serak bercabang.

Korr menegaskan dengan mengangkat pedangnya.

“Tunduklah padaku,” kata sosok itu, “dan kau akan menjadi lebih dari sekadar murid inti. Kau akan menjadi pengganti.”

Korr, bodoh tapi kuat, hampir menyetujui—tapi saat hendak menjawab, cahaya merah menusuk dimensi itu.

Kael sendiri muncul.

Dengan langkah mantap dan aura Chaos mengelilinginya, ia menatap sosok itu.

“Keluar dari gerbang ini,” katanya tegas.

Sosok itu tertawa, lalu memudar.

Korr jatuh terduduk.

“Ka-Ketua Sekte…”

“Gerbang ini bukan tempat untuk kesepakatan gelap. Kau gagal. Keluar.”

Korr tak berani membantah.

---

Setelah tujuh hari penuh, Gerbang ditutup sementara. Dari ratusan murid, hanya lima puluh dua yang berhasil bertahan.

Kael mengumpulkan mereka di aula utama.

“Kalian semua telah melihat sedikit dari kekacauan sejati,” ucapnya, berdiri di panggung.

“Mulai sekarang, kalian bukan lagi murid biasa. Kalian adalah fondasi dari dunia baru.”

Ia menunjuk ke atas.

“Di atas langit ini, dunia lama bersiap menyerang kita. Kekaisaran Sinar Suci. Fraksi Besi. Ordo Keabadian. Mereka semua takut akan apa yang kita bangun.”

Ia mengepalkan tangan.

“Tapi mereka tak bisa menghancurkan apa yang sudah tumbuh di tengah kekacauan. Karena kita adalah kekacauan itu.”

Para murid bersorak, bukan karena terpaksa, tapi karena mereka percaya.

Ryza dan Elen berdiri paling depan.

Reina tersenyum tipis. “Kau benar-benar menciptakan pasukan, Kael.”

Kael menjawab, suaranya seperti kabut sebelum badai.

“Belum. Tapi sebentar lagi… dunia akan tahu siapa kita.”

Dan dengan itu, persiapan perang pertama Sekte Chaos dimulai.

---

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!