Aizha Adreena Hayva harus bertarung dengan hidupnya bahkan sebelum ia cukup dewasa, berhenti sekolah, mencari pekerjaan dan merawat adiknya karena orantuanya meninggal di malam yang sunyi dan tenang, bahkan ia tak menyadari apapun. bertahun-tahun sejak kejadian itu, tak ada hal apapun yang bisa dia jadikan jawaban atas meninggalnya mereka. ditengah hidupnya yang melelahkan dan patah hatinya karena sang pacar selingkuh, ia terlibat dalam one night stand. pertemuan dengan pria asing itu membawanya pada jawaban yang ia cari-cari namun tidak menjadi akhir yang ia inginkan.
selamat menikmati kehidupan berat Aizha!!
(karya comeback setelah sekian lama, please dont copy my story!)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Fhadillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 07
Pagi ini Aizha mendapat kiriman paket, dia binggung saat seorang kurir berada di depan pintu rumahnya karena dia tidak memesan apapun. Namun begitu melihat nama Caiden di atas kotak itu, dia hanya tersenyum tipis. Setelah menanda tangani kertas yang disodorkan kurir itu, Aizha membawa kotak itu masuk ke dalam ruang tamu. Mendudukan dirinya di sofa dengan nyaman dan mulai membuka kotak itu. begitu kotak berwarna cokelat itu terbuka, paper note langsung terlihat berada paling depan. Aizha mengeluarkannya dan mulai membacanya.
...Temanku mengadakan pesta malam ini, tak ingin datang sendiri, datanglah bersamaku. Akan ku jemput jam 7 malam....
Sebuah undangan, tulisannya sangat bagus dan rapi menurut Aizha. Gadis itu kembali melihat ke dalam kotak, sebuah gaun berwarna putih dengan hanya memiliki satu lengan pendek berwarna hitam. Gaun itu panjang hampir menutupi mata kakinya namun bagian kiri gaun itu terbelah hingga ke pahanya yang akan menunjukan seluruh bagian kaki kirinya. Gaun itu sederhana namun terlihat begitu elegan dan cantik, Aizha menjadi begitu semangat untuk menggunakannya. Hal terakhir yang ada di dalam kotak itu adalah heels tinggi berwarna hitam dengan tali panjang.
Aizha melirik jam di ponselnya, 3.12 siang, yeah masih ada banyak waktu yang tersisa.
Aizha
Tentu saja, terima kasih, gaunnya sangat cantik.
^^^ Mr. Caiden^^^
^^^Senang kamu menyukainya!^^^
Ini waktunya Nuka bermain di rumah Anne lagi malam ini. awalnya Aizha merasa enggan takut menyusahkan tetangganya itu dengan menitipkan Nuka, namun karena Anne anak semata wayang orangtuanya tak masalah Nuka sering dirumah mereka dan kedua bocah itu tentu saja sangat bahagia bermain bersama seharian. Aizha senang adiknya tidak nakal, tidak bawel dan tidak suka merengek. Di usia Nuka yang masih 6 tahun, dia gadis kecil yang baik dan manis, sangat penurut dan mendengarkan dengan baik.
Aizha menyiapkan makanan untuk Nuka, memberikannya snack dan memandikannya, lalu di jam 5 sore dia mengantar adik kecilnya itu kerumah Anne. Aizha mulai bersiap-siap, mandi, make up tipis, memakai gaun pemberian Caiden tersebut, dan menata rambutnya. Kali ini rambut cokelat Aizha yang bergelombang itu di sanggul di belakang kepalanya menampilkan leher jenjangnya. Gadis itu juga tak lupa memakai kalung sederhana di lehernya agar tak tampak begitu polos, mengikat high heels yang juga diberikan oleh Caiden dengan rapi lalu dia sudah siap.
Aizha menunggu Caiden di ruang tamu, duduk di sofa dengan tenang sambil menebak-nebak apa yang pria itu kenakan, setelan jas hitam? Putih? Apa mereka akan terlihat serasi? Suara ketukan pintu menyadarkan Aizha, gadis itu meraih tasnya yang tergeletak di meja lalu berjalan ke pintu. Di balik pintu, berdiri seorang Caiden yang sangat mempesona di balik kemejanya yang mencetak dengan jelas dada dan otot lengannya, jasnya bertenger di tangan kiri pria itu. Aizha menahan diri untuk tidak meneteskan liurnya melihat penampilan Caiden. Walaupun mereka teman tapi ayolah tidak perlu berbohong, semua perempuan yang melihat Caiden pasti dengan senang hati akan datang ke kamarnya.
Caiden meraih tangan Aizha dan menuntunnya ke mobil. Mereka melaju di jalanan yang tak begitu ramai, untungnya tak ada kemacetan apapun hari ini. Caiden sebisa mungkin fokus mengemudi dan tak menyambar gadis yang duduk dengan tenang di sampingnya untuk diciumi dan dicekik. Leher jenjang Aizha yang tak ditutupi rambut atau apapun membuat tangan Caiden gatal untung mengengamnya erat di bawah telapak tangannya hingga gadis itu tak bisa bernapas dan menghasilkan jejaknya disana.
Mereka berhenti di depan sebuah gedung tinggi yang mewah, ada banyak sekali mobil mewah terparkir disana. Tempat orang-orang elit, Pikir Aizha. Mereka keluar dari mobil dan berjalan memasuki gedung itu dengan bergandengan tangan. Sangat banyak orang di dalam sana, mereka semua memakai pakaian mewah yang bermerek, tentu nya pasti sangat mahal. Caiden menuntun Aizha menuju kearah beberapa orang yang tengah berkumpul sambil berbincang-bincang.
“congrats for your new business” kata Caiden sambil menyalami seorang pria yang menyambutnya dengan senyuman lebar, Aizha menebak pria dengan rambut ikal itu adalah pemilik pesta ini.
“tentu saja, terima kasih banyak” balas pria itu, mereka berpelukan sekilas lalu pria itu beralih pada Aizha yang berdiri di samping Caiden.
“Eddie” kata pria ikal itu menjulurkan tangannya ke hadapan Aizha sambil menyebut namanya.
“Aizha” gadis itu menyambut tangan Eddie dengan ramah.
“nama yang indah miss” kata Eddie dengan senyum manis dan juga mengedipkan sebelah matanya pada Aizha yang hanya dibalas kekehan kecil oleh gadis itu.
“okey itu cukup” Caiden menarik Aizha lebih dekat padanya, dengan terang-terangan menunjukan bahwa hanya dia yang berhak pada gadis itu. beberapa orang disana bersorak pada Caiden untuk menggoda nya termasuk Eddie yang sudah berteman dekat dengan Caiden dan jarang sekali melihat pria itu posesif pada perempuan-perempuan yang ia bawa bersamanya, karena kebanyakan dari mereka hanya akan berakhir one night stand dengan Caiden dan tak lebih. Namun sepertinya berbeda dengan gadis ini.
Setelah berbincang-bincang beberapa lama bersama orang-orang itu, Caiden kembali mengajak Aizha pergi, kali ini mereka pergi ke meja mini bar yang disediakan disana. Caiden memesan segelas vodka sedangkan Aizha dengan kewarasan dan kesadaran penuh memesan jus mangga, sang bartender sempat tak percaya pada pendengarannya namun gadis itu benar-benar hanya memesan jus mangga tanpa campuran apapun, Aizha tak ingin malam naas sebulan yang lalu terjadi lagi.
Caiden menatap Aizha yang mulai meminum jus mangga yang sudah disajikan untuknya dengan sebelah alis terangkat, namun pria itu tak berkomentar apa-apa.
“bagaimana menurutmu? Semoga kamu gak bosan kuseret kesini” Caiden membuka suaranya untuk mulai membangun percakapan, musik melantun di sekitar mereka dan beberapa pasangan terlihat hanyut dalam dansa yang mereka lakukan.
“seret? Tidak, tentu saja, disini tak begitu buruk” balas Aizha sedikit terkekeh dengan pemilihan kata Caiden.
“good”
Mereka berbicara lumayan lama, tidak menghiraukan sekeliling mereka, hanya fokus satu sama lain. Aizha merasa terkadang dirinya terlalu hanyut dalam manik abu-abu Caiden yang menatapnya lekat, terasa seperti langit mendung namun matanya begitu cerah dan bersinar. Suara Caiden yang berat seperti nyanyian sirine di telinga Aizha yang menghilangkan kewarasan dan fokusnya. Aizha entah bagaimana merasa seperti ada sesuatu pada diri Caiden yang membuatnya merasa nyaman namun juga terasa seperti ancaman, sesuatu yang tak begitu aman untuknya dan Aizha mencoba mengenyahkan perasaan itu.
Setelah beberapa jam berada disana, Caiden mengajaknya kembali. Pria itu mengantar Aizha sampai ke depan pintu rumahnya, sebelum gadis itu keluar dari dalam mobil, Caiden menahan tangan gadis itu dan mengatakan selamat malam sambil mengusap rambutnya dengan lembut. Setelah mobil yang dikendarai Caiden melesat pergi menjauh dari rumahnya, Aizha berjalan kearah rumah tetangganya untuk menjemput Nuka.
...☠️☠️☠️...
Setiap hari berlalu seperti biasa bagi Aizha, tak ada hal khusus yang berubah. Setiap hari dia harus bekerja dari pagi sampai larut malam, mengurus Nuka yang semakin bertambah besar. Dari hari ke hari Nuka tumbuh menjadi gadis manis dan pintar walaupun dia baru berada di TK. Aizha sangat bahagia melihat tumbuh kembang keluarga satu-satunya yang sangat dia sayangi. Untunglah insiden penemuan mayat beberapa bulan ynag lalu di dekat rumah Aizha tidak mempengaruhi gadis kecil itu karena dia tidak melihat mayat itu, tak pernah tau tentang hal itu.
Hari ini ada lebih banyak orang yang datang ke toserba lebih dari biasanya membuat Aizha mau tak mau harus lembur bekerja. Dia baru bisa pulang pada jam 00.28 malam. Aizha berjalan sendirian menuju rumahnya, dari toserba ke rumah Aizha memang sedikit jauh, butuh setidaknya sekitaran 15 menit untuk sampai ke rumah. Ini bukan pertama kali Aizha pulang terlalu larut malam, namun dia tetap saja merasa takut, pada jam-jam segini tidak ada banyak orang yang beraktivitas atau berlalu lalang di sekitar daerahnya. Walaupun begitu Aizha selalu menyiapkan diri dengan membawa pisau lipat dan cairan merica untuk melindungi diri jika ada orang yang ingin mengganggunya. Setiap langkah kaki Aizha yang berjalan semakin menjauh meninggalkan kesunyian di belakangnya, Aizha selalu merasa ada yang aneh, seolah seseorang sedang memperhatikannya dari suatu tempat, gerak geriknya seolah sedang dipantau.
Aizha mempercepat langkahnya dengan was-was, sesekali gadis dengan rambut bergelombang itu akan melirik ke belakang tubuh kurusnya untuk melihat apa ada yang sedang mengikutinya, namun setiap lirikannya hanya mampu menatap kekosongan di belakangnya, kekosongan yang gelap. Saat gadis itu sudah bisa melihat sedikit bangunan rumah sewa yang ia tempati, Aizha langsung berlari kearah rumahnya dengan sekuat tenaga, tidak peduli lagi ada atau tidak ada orang yang mengikutinya. Aizha dengan secepat yang ia bisa membuka pintu rumahnya dan langsung masuk ke dalam, mengunci pintu itu rapat-rapat lalu bersandar di pintu sambil mengatur napasnya, jantungnya masih berdetak dengan kuat, rasa takut masih menguasai diri Aizha.
“kak?!” Aizha kaget mendengar suara serak Nuka di depan pintu kamar, gadis kecil itu berdiri disana berbalut piyama tidur sambil mengusap sebelah matanya, tercetak rasa ngantuk yang teramat jelas di wajah gadis itu.
“Nuka??!” Aizha heran mendapati adiknya berada di rumah sendirian bukannya di rumah tetangga mereka, dengan sedikit terhuyung Aizha berjalan mendekati adik kecilnya itu, menuntun Nuka kembali ke kamar dan membaringkannya di atas tempat tidur.
“kenapa kamu dirumah?” tanya Aizha sambil merapikan selimut diatas tubuh Nuka.
“menunggumu pulang, aku tidak ingin tidur di rumah Anne” kata Nuka lalu setelahnya menguap lebar, Aizha ingin mengatakan sesuatu namun tidak jadi, membiarkan adiknya itu tertidur.
Aizha tetap mandi walaupun jam sudah menunjukan pukul 01.15 pagi, dia merasa tubuhnya lebih rileks dan segar setelah mandi. Aizha mendekati lemari pendingin dan mengeluarkan susu dari dalamnya, setelah meneguk susu tersebut, Aizha berjalan mendekati jendela depan, mengintip keluar sana namun tak menemukan apapun, yang ada hanya kekosongan yang terkadang terhembus angin malam. Aizha menghela napas lega, entah kenapa dia merasa lebih paranoid hari ini daripada biasanya. Tidak ada siapapun yang mengawasi ataupun mengikutinya.
betul2 akhir yg maniis
turut berbahagia untukmu Aizha semoga yg tersisa tinggal bahagia sj ya Zha