Irene Larasati seorang polisi wanita yang ditugaskan menyamar sebagai karyawan di perusahaan ekspor impor guna mengumpulkan informasi dan bukti sindikat penyeludupan barang-barang mewah seperti emas, berlian dan barang lainnya yang bernilai miliaran. Namun, bukannya menangkap sindikat tersebut, ia malah jatuh cinta kepada pria bernama Alex William, mafia yang biasa menyeludupkan barang-barang mewah dari luar negri dan menyebabkan kerugian negara. Alex memiliki perusahaan ekspor impor bernama PT Mandiri Global Trade (MGT) yang ia gunakan sebagai kedok guna menutupi bisnis ilegalnya juga mengelabui petugas kepolisian.
Antara tugas dan perasaan, Irene terjerat cinta sang Mafia yang mematikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Tunggu Irene, jangan langsung diminum semua. Kamu bisa--" tegur Alex, tapi terlambat.
Anggur merah di gelas Irene benar-benar diteguk habis tidak bersisa hanya dengan sekali tegukan saja. Irene menyeka ujung bibirnya yang basah seraya senyum lebar, sementara Alex hanya bisa menghela napas panjang sembari menggelengkan kepala.
"Astaga, Irene. Seharusnya kamu minum sedikit-sedikit, jangan langsung diminum sekali teguk," decak Alex.
"Kenapa? Katanya aku gak bakalan mabuk kalau cuma minum satu gelas doang," tanya Irene, meletakan gelas yang sudah kosong di atas meja.
"Ya, tapi gak gitu juga konsepnya, Irene Larasati. Kamu tetap akan mabuk kalau kamu minum satu gelas langsung, astaga!"
Irene hanya mengangkat kedua bahunya dengan wajah santai, kembali menusuk potongan daging lalu memasukkannya ke dalam mulut dengan perasaan senang. Ia tidak pernah memakan steak selezat ini, dirinya bahkan tidak perlu bersusah payah mengunyahnya karena daging Wagyu dengan kualitas A5 itu benar-benar lembut ditambah dengan rasanya yang super lezat. Anggur merah yang baru saja ia teguk menambah sensasi nikmat di mulutnya, hingga potongan daging miliknya ia lahap habis hanya dalam kurun waktu beberapa menit saja.
"Waaah, benar-benar nikmat," ucapnya dengan senyum senang.
Alex tersenyum lebar, menopang dagunya sendiri menggunakan kepalan tangan seraya memandang wajah Irene dengan tatapan mata berbinar. "Kamu benar-benar apa adanya, Irene. Gak jaim, gak malu-malu. Saya semakin menyukai kamu, sungguh!"
Irene mengedipkan matanya secara berkali-kali, pandangan matanya seketika kabur, kepalanya pun terasa ringan entah mengapa. Irene balas menatap wajah Alex dengan mata disipitkan.
"Muka Anda kenapa, Pak Alex?" tanyanya seraya mengusap kedua matanya menggunakan telapak tangan. "Ini, kepalaku kenapa agak pusing, ya?"
"Itu karena kamu mulai mabuk, Irene. Kenapa anggurnya langsung kamu minum semua?"
"Mabuk? Hahahaha! Nggak, aku gak mungkin mabuk. 'Kan Anda sendiri yang bilang kalau aku gak akan mabuk kalau cuma minum satu gelas doang."
"Ya itu kalau kamu minumnya sedikit-sedikit. Kalau kamu minum langsung satu gelas, ya tetap aja kamu bakalan mabuk. Apalagi, kamu gak pernah minum anggur."
Kepala Irene benar-benar terasa ringan dan sedikit pusing, ia mulai hilang kendali atas tubuhnya sendiri. Kepalanya nampak bergoyang ke kiri dan ke kanan begitu pun dengan tubuhnya. Rasanya benar-benar ringan dan tanpa beban. Irene Larasati mulai berada di bawah pengaruh alkohol dan ini adalah pertama kalinya ia mabuk, menyentuh alkohol saja ia tidak pernah.
"Hmmm ... ternyata seperti ini rasanya mabuk," ucap Irene dengan senyum polos. "Tapi ko, ruangan ini tiba-tiba panas, ya? Gerah banget."
Irene tiba-tiba membuka jaket yang ia kenakan, menyisakan tanktop berwarna hitam, memperlihat bagian atas tubuhnya dengan belahan dada yang padat berbentuk hati.
"Astaga, apa yang kamu lakuin, Irene? Kenapa jaketnya kamu buka segala?" tegur Alex dengan mata membulat, memandang bongkahan padat yang terlihat menantang.
"Gerah, Pak Alex. Gerah!" jawab Irene, melemparkan sembarang jaket miliknya ke atas lantai. "Seumur hidup aku, ini pertama kalinya aku menaiki kapal pesiar, makan malam sama pria setampan Anda dan ini juga pertama kalinya aku minum anggur dan mabuk. Makasih, Pak Alex. Anda udah memberi warna di hidupku. Aku gak akan pernah melupakan malam ini."
Alex menelan salivanya kasar, pandangan matanya tidak beranjak sedikitpun dalam memandang tubuh langsing wanita bernama Irene. Jiwanya seketika bergejolak, sesuatu yang aneh tiba-tiba terasa mengusik ketenangan batinnya. Laki-laki mana yang akan tahan melihat tubuh langsing seorang wanita? Apalagi, Irene tiba-tiba berdiri tegak, lalu membuka kancing celana jeans yang ia kenakan.
"Akh! Perutku engap banget," decaknya melonggarkan celana jeans yang ia kenakan karena perutnya benar-benar engap tidak karuan.
"Kamu benar-benar cantik, Irene. Tubuh kamu juga indah. Sepertinya, malam ini akan menjadi malam yang panjang buat kita," gumam Alex William, meraih botol berisi anggur lalu meneguknya dengan mata terpejam.
"Aku juga mau!" pinta Irene, dengan suara meliuk-liuk layaknya orang yang sedang mabuk, merebut botol anggur dari tangan Alex.
"Astaga, Iren. Kamu udah mabuk!" seru Alex, tapi ucapannya sama sekali tidak diindahkan.
Wanita itu meneguk minuman memabukkan tersebut seraya berdiri, menenggaknya dalam keadaan setengah sadar, tanpa tahu akibat yang akan ia tanggung. Jika saja Alex tidak menahannya, mungkin botol tersebut akan diteguk habis olehnya. Alex berdiri tegak, melangkah mendekat, meraih paksa anggur tersebut lalu meletakkannya di atas meja.
"Sudah cukup, Irene. Gak baik minum anggur terlalu banyak," ujarnya seraya menarik napas dalam-dalam.
Irene tersenyum lebar dengan wajah polos, berdiri tepat di depan Alex, mendongakkan kepala memandang wajahnya dengan tubuh sedikit sempoyongan. "Aku heran sama Anda, Pak Alex. Kenapa pria setampan Anda gak punya istri? Kenapa Anda masih melajang sampai sekarang?"
Alex tersenyum lebar, ekspresi wajah Irene benar-benar lucu dan menggemaskan. Kulit wajahnya mulai memerah karena pengaruh alkohol, tatapan matanya pun nampak polos seperti anak kecil.
"Saya 'kan pernah jawab pertanyaan kamu ini, Irene. Saya belum menikah karena Tuhan terlambat mengirim kamu sama saya," jawabnya, menyentuh rambut pendek Irene, memainkannya dengan lembut.
"Akh ... aku gak percaya sama Anda, Pak. Mana mungkin Anda jatuh cinta sama aku? Aku gak secantik wanita-wanita di luaran sana, aku juga tomboi," racau Irene, tatapan matanya kian sayu, tubuhnya sempoyongan karena mabuk kepayang.
Alex meraih pinggang Irene, membawanya mendekat hingga saling menempel tanpa jarak. "Justru saya muak sama wanita-wanita yang saya temui di luaran sana, Irene. Mereka semua sama, make up tebal, cantik mereka buatan Dokter. Sementara kamu--" Alex menahan ucapannya, menyisir satu sisi wajah Irene menggunakan jari telunjuk. "Kecantikan kamu alami, bahkan tanpa make up sekali pun, kamu tetap terlihat cantik. Apa lagi kamu jago bela diri. Saya sangat suka wanita kuat dan gak menye-menye."
Irene memejamkan mata dengan helaan napas panjang. Dadanya nampak naik turun, menahan sesuatu aneh yang mulai mengusik ketenangan jiwanya. Sentuhan jemari Alex berhasil membangunkan gairah yang selama ini bersemayam dengan tenang di dalam sana. Irene yang sedang berada di bawah pengaruh alkohol mulai terbuai, jiwanya seolah melayang, beban berat yang selama ini memenuhi pundaknya seakan menghilang.
"Saya tanya sekali lagi sama kamu, Irene. Apa kamu mau jadi calon istri saya?" tanya Alex, jemarinya mulai menyentuh bibir mungil seorang Irene Larasati, mengusapnya pelan dan penuh gairah.
"Kalau aku jawab iya, apa yang akan Anda berikan sama aku, Pak Alex?" jawab Irene, napasnya berhembus kasar, matanya memandang wajah Alex dengan lekat dan penuh gairah.
"Kalau kamu mau jadi istri saya, saya akan berikan dunia dan seisinya," jawab Alex, gairah mulai memenuhi jiwanya. "Kamu akan jadi wanita yang paling bahagia, Ratu di istana saya dan kamu akan hidup dengan bergelimang harta."
"Aku takut mengecewakan Anda, Pak Alex. Aku bukanlah aku, Irene yang Anda kenal bukanlah Irene yang Anda lihat. Sebenarnya aku adalah--"
Bersambung ....
mampus kau david,habis ni kau akan liat kemurkaan dan kemarahan bang alex 🤭😅😅