Neo terbiasa hidup dalam kekacauan.
Berantem, balapan liar, tawuran semuanya seperti rutinitas yang sulit ia hentikan. Bukan karena dia menikmatinya, tapi karena itu satu-satunya cara untuk melampiaskan amarah yang selalu membara di dalam dirinya. Dia tahu dirinya hancur, dan yang lebih parahnya lagi, dia tidak peduli.
Setidaknya, itulah yang dia pikirkan sebelum seorang gadis bernama Sienna Ivy masuk ke hidupnya.
Bagi Neo, Sienna adalah kekacauan yang berbeda. Sebuah kekacauan yang membuatnya ingin berubah.
Dan kini, dia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya akan dikirim ke Swiss jauh dari Sienna, jauh dari satu-satunya alasan yang masih membuatnya merasa hidup.
Sienna tidak terima. "Biar aku yang atur strateginya. Kamu nggak boleh pergi, Neo!"
Neo hanya bisa tersenyum kecil melihat gadis itu begitu gigih memperjuangkannya.
Tapi, bisakah mereka benar-benar melawan takdir?
Yuk, kawal Neo-Siennaꉂ(ˊᗜˋ*)♡
Update tiap jam 14.59 WIB
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leo.Nuna_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CYTT(Part 13) Diam Bukan Berarti Tak Peduli
Happy Reading (。•̀ᴗ-)✧
⋇⋆✦⋆⋇
Setelah insiden di kantin, Sienna tetap mengikuti pelajaran selanjutnya, meskipun pikirannya masih dipenuhi kejadian tadi. Sesekali, dia mengirim pesan kepada Neo, berharap mendapat balasan. Namun, hingga beberapa pesan terkirim, layar ponselnya tetap sepi.
“Ck.” Sienna berdecak kesal, meletakkan ponselnya di meja dengan gerakan sedikit kasar.
Tadi mereka masih berbicara seperti biasa, bahkan sempat tersenyum bersama. Tapi sekarang? Neo bahkan mendiamkannya.
Perasaan gelisah semakin mengganggu Sienna. Apakah Neo benar-benar marah? Padahal ini bukan salahnya! Semua ini gara-gara Raven dan Mika—dua biang masalah yang selalu membuat hidupnya rumit.
Dia berusaha fokus pada pelajaran, tetapi pikirannya terus melayang pada Neo. Hingga akhirnya, bel pulang berbunyi, dan Sienna menghela napas lega.
Tanpa membuang waktu, dia segera mengambil ponselnya dan mendial nomor Neo. Dia tidak bisa didiamkan seperti ini.
Sambil merapikan buku-bukunya, Sienna mendengar nada sambung di seberang sana. Jari-jarinya mengetuk meja dengan gelisah, menunggu panggilannya diangkat.
“Ck, angkat dong, Neo sayang…” gumamnya pelan, berharap suara Neo segera terdengar di telinganya.
Sienna tidak menyerah. Dia kembali menghubungi Neo, kali ini sambil berjalan keluar dari kelasnya. Langkahnya cepat, penuh kegelisahan, sementara jarinya terus mengetuk layar ponsel. Sesekali, dia menggigit kuku—kebiasaannya saat merasa cemas atau gugup.
Panggilan demi panggilan tetap tidak dijawab. Sienna mulai frustrasi. Kenapa Neo malah menghindarinya seperti ini?
Setibanya di gerbang sekolah, Sienna dikejutkan oleh kemunculan seorang pria paruh baya yang cukup dikenalnya.
"Non Sienna," panggil pria itu dengan suara ramah.
Sienna mengerjapkan mata, sedikit terkejut. "Loh, Pak Herman?"
Pak Herman, supir keluarga Neo, tersenyum sopan.
"Pak Herman ngapain di sini? Neo kan udah di Swiss," tanyanya heran.
"Oh, iya, Non," jawab Pak Herman. "Bapak disuruh si Aden buat jemput Non Sienna."
Sienna terdiam sejenak, mencerna ucapan itu. Astaga. Dia tidak tahu harus merasa senang atau kesal. Saat dia mati-matian mencoba menghubungi Neo dan tak mendapat respons, ternyata Neo justru sempat menghubungi Pak Herman untuk menjemputnya.
"Maaf ya, Pak, jadi merepotkan," ucap Sienna dengan sedikit rasa bersalah. Bagaimanapun, Pak Herman bekerja untuk keluarga Neo, bukan keluarganya.
Pak Herman hanya tersenyum ramah. "Ah, nggak apa-apa, Non. Bapak senang bisa membantu."
Mau tak mau, Sienna mengikuti Pak Herman menuju mobil yang terparkir tak jauh dari gerbang sekolah. Begitu mobil melaju, Pak Herman kembali bersuara.
"Oh iya, tadi si Aden juga pesan, mulai besok bapak yang akan antar-jemput Non Sienna," ujarnya santai.
Sienna terbelalak kaget. "Hah? Serius, Pak?" Pak Herman mengangguk.
Sienna menghela napas, masih sulit percaya bahwa Neo benar-benar menjalankan ucapannya tadi. "Eh, nggak usah, Pak. Nanti malah merepotkan," tolaknya, meski dalam hati tahu bahwa Neo pasti tak akan membiarkan dia menolak begitu saja.
"Ah, nggak apa-apa, Non. Malah bapak senang, ada tugas tambahan. Biasanya cuma jagain mobil tuan doang," celetuk Pak Herman sambil tertawa kecil.
Sienna hanya bisa tersenyum pasrah. Sepertinya, dia benar-benar tak punya pilihan selain menerima aturan baru dari Neo.
Mobil yang dikendarai Pak Herman akhirnya berhenti di halaman rumah Sienna. Sebelum turun, Sienna tersenyum kecil dan mengucapkan terima kasih. "Makasih ya, Pak Herman, sudah repot-repot nganterin."
Pak Herman hanya mengangguk sambil tersenyum. "Sama-sama, Non."
Sienna melangkah masuk ke rumah dengan lesu. Bukannya langsung ke kamar, dia justru berjalan menuju dapur. Kepalanya terasa penuh, dan satu-satunya yang dia butuhkan sekarang adalah segelas air dingin untuk menyegarkan tenggorokan dan pikirannya.
Saat dia membuka kulkas, suara akrab menyapanya. "Eh, udah pulang, Non?" tanya Bik Lastri, asisten rumah tangga di rumahnya.
Sienna menutup pintu kulkas sambil mendesah. "Belum, Bik. Ini cuma raganya aja yang pulang, pikirannya masih nyangkut di Swiss," celetuknya asal.
Bik Lastri tertawa kecil. "Ih, si Non. Baru juga sehari pisah sama Den Ganteng, kok udah lemes gitu?" godanya.
Sienna merosot duduk di kursi dekat meja dapur. "Gimana nggak lemes, Bik? Baru mulai LDR aja udah ada part marah-marahan. Aku jadi bingung gimana bujuknya. Udah jauh, eh, malah ditambah nggak mau nerima telepon dari aku," curhatnya, menatap kosong ke gelas air di tangannya.
Bik Lastri tersenyum penuh pengertian. "Namanya juga laki-laki, Non. Kadang gengsi kalau lagi marah. Tapi kalau Den Neo beneran sayang, pasti nggak tahan lama-lama dieminnya."
Sienna menghela napas panjang. Semoga saja Bik Lastri benar. Kalau Neo terus mendiamkannya lebih lama lagi, dia bisa makin stres. Atau… bagaimana kalau dia langsung menyusul ke Swiss? Hmm, sepertinya bukan ide yang buruk.
"Oh iya, tadi ada orang suruhannya Den Neo yang nganterin barang-barang Non," ucap Bik Lastri tiba-tiba, membuyarkan lamunannya.
Sienna mengernyit. "Barang-barang?" tanyanya bingung.
"Iya, ada boneka, bunga, sama koper kecil," jelas Bik Lastri santai.
Mata Sienna langsung membulat. "Astaga! Aku lupa!" serunya sebelum berlari ke kamarnya, meninggalkan Bik Lastri yang hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan majikannya itu.
Begitu memasuki kamar, Sienna langsung disambut dengan meongan manja dari Ash, kucing pemberian Neo.
"Ash! Maaf ya, aku lupa nyapa kamu," ujar Sienna sambil menggendong dan memeluk si kucing kesayangannya.
Ash mengeong pelan, seolah mengungkapkan protesnya, membuat Sienna tertawa kecil. "Iya, iya, maafin Mamoy, ya," katanya sambil mengusap lembut kepala Ash.
Setelah meletakkan Ash di tempat tidurnya, pandangan Sienna akhirnya tertuju pada tumpukan barang yang ada di sudut kamar. Matanya langsung berbinar melihat boneka besar yang sangat familiar, lalu buket bunga yang indah tapi tunggu...
"Eh? Bukannya kemarin bunganya tulip pink? Kok sekarang jadi mawar?" gumamnya heran. "Apa Neo sengaja beliin yang baru?"
Namun, perhatian Sienna langsung beralih ke koper kecil berwarna hitam yang terlihat misterius. Dengan penuh rasa penasaran, Sienna membuka koper kecil berwarna hitam itu. Begitu resletingnya terbuka, matanya langsung membesar saat melihat isi di dalamnya.
Dengan penuh semangat, Sienna mengangkat tas impiannya dari dalam koper dan menatapnya dengan penuh kekaguman. "Astaga, Neo! Kamu kok tahu sih aku ngincer tas ini?" gumamnya dengan senyum lebar.
Dia mengelus permukaan tas itu dengan hati-hati, seolah memegang barang paling berharga di dunia. Rasanya tidak percaya, barang yang bulan lalu gagal dia dapatkan kini ada di tangannya dan lebih istimewanya lagi, ini dari Neo.
Setelah puas mengagumi tasnya, pandangannya beralih ke beberapa kotak cokelat yang tertata rapi di dalam koper. Sienna mengambil salah satunya dan membaca labelnya.
Tapi yang paling menarik perhatiannya adalah sebuah album foto berwarna navy yang terletak di bawah tumpukan cokelat. Dengan hati-hati, Sienna mengeluarkannya dan mulai membuka halaman pertama.
Begitu lembaran pertama terbuka, Sienna tertegun. Foto pertama adalah potret mereka berdua dimana Neo tersenyum tipis dengan gaya cool-nya yang khas, sementara dia sendiri terlihat sedang tertawa lepas, seperti sedang bercanda dengan Neo saat itu.
Setiap halaman berisi momen-momen mereka bersama, mulai dari kencan pertama, liburan, hingga foto candid yang entah sejak kapan diambil oleh Neo.
Sienna tersenyum haru, jemarinya menyusuri foto-foto itu dengan lembut. Seolah Neo ingin berkata, "Aku memang jauh, tapi kenangan kita tetap dekat."
Dan di halaman terakhir, ada satu foto Polaroid mereka yang diselipkan di dalam saku kecil album. Di bawah foto itu, ada tulisan tangan Neo.
"Jarak nggak akan mengubah apa pun, sayang. Aku tetap milikmu, dan kamu tetap milikku. Jangan nakal. Aku sayang kamu."
Mata Sienna mulai terasa panas. "Neo, kamu ini..." gumamnya pelan, memeluk album itu erat.
Meskipun Neo masih mendiamkannya, setidaknya sekarang dia tahu Neo memang kesal, tapi dia tetap mencintainya.
"Kenapa sih bisa ada cowok semanis Neo?" gumam Sienna pelan, matanya masih menatap album di tangannya.
Padahal jelas-jelas Neo sedang marah dan mendiamkannya, tapi tetap saja, dia masih sempat memberikan kejutan kecil yang begitu manis. Bukankah seharusnya kalau marah itu cuek, mendiamkan, atau bahkan menghukum? Tapi Neo malah memberikan hadiah.
Sienna menghela napas panjang, perasaannya campur aduk. Rasanya bersalah, tapi di sisi lain, dia juga senang dan terharu. Perlahan, jari-jarinya kembali membalik halaman album, memperhatikan setiap foto dengan lebih detail.
Neo memang bukan tipe cowok yang selalu mengumbar kata-kata manis, tapi dari caranya memperlakukan Sienna, dari perhatian-perhatian kecil seperti ini, dia sudah lebih dari cukup membuktikan perasaannya.
Dengan senyum kecil di wajahnya, Sienna meraih ponselnya dan kembali mencoba menghubungi Neo.
"Sayang, aku kangen," bisiknya pelan, berharap kali ini panggilannya tidak diabaikan.
»»——⍟——««
Hallo semua✨
Sebelum makasih udh mampir🐾
Buat yg suka cerita aku mohon dukungannya ya, biar aku semangat updatenya💐
Dan jangan lupa follow akun ig aku @nuna.leo_ atau akun tiktok aku @im.bambigirls. Karena disana aku bakal post visual dan beberapa cuplikan. Oke see you semua!(◠‿◕)