Jangan lupa untuk follow Ig: naendia9
Karina Zanetta, gadis remaja yang cantik namun sayangnya terkenal dengan sikap dingin dan cueknya bahkan dia dapat julukan Ice cube di sekolahan. Tapi suatu momen Karina di tembak oleh Davino Abimanyu, pria tampan yang kebetulan sangat populer di sekolahan.
"Elo mau gak jadi pacar gue?!" ucap Davin.
Dan saat itu juga seisi sekolahan dibuat heboh oleh tingkah Davin yang menyatakan rasa suka pada Karina. Namun sayangnya Karina belum menjawab iya ataupun menolak perasaan cinta Davin, karena Karina menyukai pria lain dan berharap yang menyatakan cinta itu pria itu bukan Davin.
Dan disisi lain Davin sudah dijodohkan sama kedua orang tuanya dengan Jovita, bahkan mereka setelah lulus akan segera dinikahkan.
Bagaimana kelanjutan kisah cinta Karina? Apakah Karina akan bisa mencintai Davin dengan tulus hati atau Karina masih berharap dengan Crush-nya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naendia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tolong in gue
Mendengar keributan di luar Karina berusaha keluar dari ruangan UKS, "Kenapa Ness?" tutur Karina sembari berjalan keluar ruangan lalu melihat Irene.
"Karina? Kamu kenapa?" Irene segera menghampiri Karina yang sudah di ambang pintu.
"Udah ayok masuk lagi." Irene lantas menuntun Karina masuk ke UKS.
"Maaf hari ini saya telat dateng. Jadi, baru sempat masuk ke UKS yaudah, kak Irene benerin dulu kaki Karina."
"Ah, gak usah. Tadi udah saya kasih salep juga dan udah mendingan kok. Udah di kompres juga," jelas Karina.
Namun, Irene memaksa Karina, kemudian duduk kembali di sofa dengan di tuntun oleh Irene, "saya cuman mau liat aja. Terus nanti obat nyeri nya di minum."
Karina hanya mengangguk.
***
"Kamu mau kemana!" tegas mami Amel. Orang tua Karina.
Ia melihat suami nya yang ada di kamar sudah memasukkan beberapa baju ke dalam koper.
"Papi mau kembali."
"Kenapa selalu mendadak begini sih pi! Kamu gak mikir perasaan anak kita kalau dia pulang ke rumah tiba - tiba kita sudah gak ada? Kita kembali ke Jerman? Memang apa pentingnya proyek itu dari pada anak kita? Apa pi!" teriak sang Mami.
Namun, Papi Arkana masih sibuk memasukkan baju nya kembali ke dalam koper dan terdiam, karena enggan menjawab perkataan istrinya.
"Kita baru beberapa hari loh Pi, kembali nengok anak kita! Apa kamu gak sepeduli itu?" ujar Mami Amel lagi.
"Kalau Papi, gak peduli Papi gak akan ikut pulang sama kamu Mi! Tapi, ini masalah nya ada pembahasan di kantor, dan Papi harus cepet kembali. Bukan karena Papi gak sayang sama anak kita Mi, tolong lah kamu itu mengerti!" tegas Papi Arkana.
"Tap-" ponsel Mami Amel kemudian berdering, kemudian ia berjalan untuk mengambil ponsel yang ada di meja make up nya. Papi lantas terdiam dan melihat sang istri.
"Ada apa!" tegas mami Amel.
"Apa!" imbuh Mamai Amel kembali lalu mematikan sambungan telefonnya.
"Ada apa mi?" tanya Papi penasaran dan khawatir saat meliat raut muka istri nya yang langsung berbeda.
"Sepertinya memang kita harus kembali ke Jerman Pi." Mami Amel tertunduk sembari masih membawa ponsel nya.
Melihat kegalauan istri nya, Papi Arkana lantas memeluk istri nya sembari membelai lembut kepala sang Istri.
"Mau bagaimanapun rejeki kita ada di negara lain mi. Soal anak kita, kamu tau sendiri kan?? Bagaimana dia menjawab ajakan kita? Jangan kita beban kan ke dia lagi Mi." Papi hanya bisa menghibur suasana hati istri nya. Ia tau kalau meninggalkan Karina sangat sulit bagi nya.
"Kita sering berpindah kerja waktu kita di sini, dan sekarang kita beda negara dan waktu. Bagi Karina anak kita itu sulit mi. Apalagi dulu semasa kecil dia selalu berpindah jadi bisa jadi itu yang membuat Karina lelah untuk beradaptasi terus menerus ditempat baru. Jadi, kita sebagai orang tua jangan beban kan ke anak kita mi. Kita memang sering bertengkar tapi, setidak nya kita beri anak kita ruang," jelas Papi di sela - sela ia memeluk istrinya.
Mami Amel hanya bisa terdiam mendengar ucapan suaminya. Baginya, ada benar nya juga dengan ucapan suaminya kali ini.
"Papi tau, sebenernya Karina juga gak ingin kita kembali ke Jerman. Tapi, kita gak bisa pergi begitu saja bukan?" tutur sang Papi lagi.
"Sekarang kamu cepat berkemas, aku udah suruh Victor anak buah Papi untuk carikan tiket pesawat." Papi kemudian melepas pelukan ke istrinya itu lalu kembali mengemas barang bawaannya.
Dengan langkah berat Mami Amel mau gak mau harus beberes kembali dan memasukkan baju ke dalam kopernya.
"Apa kita gak bisa tunggu Karina balik dari sekolahan Pi?" tanya sang Mami sembari menghentikan aktifitasnya memasukkan baju ke kekoper.
Papi Arkana hanya bisa menghela nafas berat, dan dengan berat hanya bisa menggelengkan kepalanya.
***
Karina lantas masuk ke dalam kelas bersama Nessa teman sebangkunya.
"Kalian dari mana!" tegas Bu Agnes selaku guru Akuntansi.
"Saya habis ke UKS," tutur Nessa.
"Karina!" teriak bu Agnes.
Karina yang masih berdiri dengan tertunduk langsung menatap Bu Agnes ketika namanya dipanggil.
"Iya bu."
"Kamu selesaikan soal neraca mereka harus imbang dan ketemu dengan angka yang sama. Selesaikan soal itu!" tegas Bu Agnes.
Karina kemudian menatap papan tulis yang berwarna putih itu, kemudian ia pun berjalan dan mengambil spidol di meja bu Agnes.
"Kamu duduk Nessa!" tegas bu Agnes.
Bu Agnes hanya berdiri dan memandangi Karina yang sudah mencoba mengerjakan soal akuntansi di depan kelas. Teman - teman yang lain hanya menatap ke depan. Tapi, ada juga yang membicarakan Karina secara berbisik - bisik.
Bu Agnes yang tak sengaja terdengar soal julid an murid lainnya langsung menyuruh nya terdiam.
"Diam kalian! Saat teman kalian ada di depan!" tegas bu Agnes.
Karina dengan seksama mengerjakannya dengan hati - hati dan membaca soal. Lalu mengerjakannya secara perlahan dan seksama kemudian menutup spidol nya lalu meletakkan nya di meja guru lagi yang ada di kelas.
"Bagaimana kamu bisa jawab soal itu? Kadang jumpah yang dama belum tentu benar. Saya mau dengar penjelasan kamu Karina!" tegas Bu Agnes.
Karina lantas menarik nafasnya panjang, "saya masukkan akumulasi peralatan kantor bu. Karena menurut saya akumulasi harus di masukkan karena gimanapun itu pasti ada penyusutannya." Karina menuding salah satu kata angka yang ada di akumulasi penyusutan peralatan kantor tersebut.
"Dan dia masuknya di Debit, walaupun statusnya di kurangkan," imbuh Karina kembali.
Bu Agnes lantas menyuruh Karina duduk, Karina kemudian berjalan dengan susah payah untuk duduk di bangkunya.
"Kalau jawaban kalian sama seperti Karina sudah di pastikan itu benar! Total dua ratus juta bukan seratus sembilan enam juta."
"Untung jawaban elo di anggep bener sama bu Agnes Rin. Kalau gak elo pasti di suruh berdiri depan kelas sampai jam dia selesai."
Karina hanya tersenyum dan menunduk, lalu meletakkan sketchbooknya di dalam laci meja nya.
"Cuman beruntung aja gue Ness," kekeh Karina.
Ponsel Karina bergetar di dalam laci meja nya, Karina kemudian, membuka ponselnya terlihat hanya sebuah nomer asing yang belom di simpan dalam kontak dan itu pun muncul di notifilasi ponsel Karina sendiri.
"Elo kenapa rin?" tutur Nessa.
"Ah, gak kok!" Karina dengan segera memasukkan kembali ponsel kedalam laci meja nya.
***
"Vin," ujar Binta sembari menepuk Davin yang berdiri di depan meja nya.
"Eh, kenapa elo?" ujar Davin.
"Kita udah kelar kan sama acara ini? Lagian Karina udah gue masukkin ke list." Davin sambil merapikan beberapa buku dan kertas yang ada di meja.
"Bukan itu." Binta terdiam sejenak sebelum melanjutkan perkataan nya lagi.
Sementara beberapa siswa lain sudah keluar dari ruangan, Jovita juga udah pergi dari ruangan pertemuan tersebut. Karena kedua temannya yang segera menarik Jovita ke kantin.
Maka dari itu, ruangan pertemuan hanya ada Davin dan Binta, "Terus apa? Elo mau ngomong apa?" Davin lantas memandang Binta dengan serius dan segera mendengar kan ucapan Binta.
"Tolongin gue."
semoga semangatnya juga terus panjang ya. salam dari Aira dan Zayyan di 'aku akan mencintaimu, suamiku' jgn lupa mampir 😉