Setelah pesta ulang tahunnya semalam, dia terbangun di atas ranjang kamar hotel tempatnya bekerja, dalam keadaan berantakan dan juga sendirian. Masih dalam keadaan bingung, dia menemukan bercak merah di bawah tubuhnya yang menempel di alas kasur. Menyadari bahwa dirinya telah ternoda tanpa tahu siapa pelakunya, diapun mulai menyelidiki diam-diam dan merahasiakan semuanya dari teman-temannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Pilih Dia
Ciuman yang awalnya mesra, semakin lama semakin memanas. Dalam pelukan Arion, tangan mungil Ranti sudah berusaha mencubit perut lelaki itu kuat-kuat tetapi Arion seolah tidak merasakan apa pun.
Cengkeraman dari kedua tangan besar Arion semakin erat di pinggul Ranti, dan bibir mereka merekat seperti diberi lem. Arion terlihat lihai sekali, mencium Ranti dari posisi kiri berpindah ke kanan lalu berpindah lagi, seolah Ranti benar-benar membuatnya candu. Sedangkan Ranti, nyaris kehabisan napas.
“Arion!” tiba-tiba Sofia berteriak penuh emosi. Tentu saja dia marah, karena sebagai tunangan dari lelaki itu dia harus menyaksikan Arion berciuman dengan wanita lain, tepat di depan matanya bahkan nyaris selama hampir tiga menit lamanya.
Ketika itu, barulah Arion melepas Ranti, dia berdiri tegak lalu satu tangannya terangkat dan mengusap sisa-sisa saliva mereka yang menempel di bibir tipis Ranti menggunakan satu ibu jari.
Ranti melotot kepada Arion, sungguh ketika itu dia sangat ingin mengumpat lelaki kurang ajar itu. Tetapi anehnya dia kesulitan menggerakkan bibirnya yang terasa kebas dan mati rasa. Melihat itu Arion tersenyum geli.
Merasa diabaikan, Sofia berteriak Sekali lagi, ”Arion!”
Barulah ketika itu Arion mengalihkan tatapannya dari Ranti. Awalnya tatapan lembut dan senyuman itu tercetak ketika Arion menatap Ranti. Namun, di saat matanya teralihkan, raut wajahnya seketika berubah dingin.
“Ah, kamu,” ujar Arion datar.
“Kamu? Arion, apa yang tadi kamu lakukan sama cewek ini?” tanya Sofia penuh amarah.
Arion mengangkat kedua alisnya. “Bukannya kamu sudah lihat kami sedang apa? Kenapa cerewet sekali, seharusnya kamu langsung pergi saja.”
“Nggak bisa begitu, Arion! Aku ini kan tunangan kamu?!” Suara Sofia sampai menggema di lorong itu saking kerasnya ia berteriak.
Ranti sudah sangat ketakutan sekali, dia juga tidak berani berbalik sehingga terus membelakangi Sofia. Posisinya saat itu menjadi berada di tengah-tengah antara Sofia dan Arion. Biar bagaimanapun dia sadar bahwa telah menjadi orang ketiga di antara dua orang itu, meski secara tidak di sengaja dan tentu bukan salahnya juga.
Arion masih dengan tenang menjawab perkataan Sofia, “Dari awal aku tidak pernah setuju dijodohkan dengan siapapun. Aku ini lelaki sempurna, dan aku mampu memilih gadis mana yang aku mau.”
Namun, Sofia masih tidak mau menerimanya. “Arion, keluarga kita adalah orang terpandang. Perjodohan sudah biasa terjadi, kan? Kenapa sih, kamu nggak diam dan nurut aja? Cewek ini bahkan nggak lebih baik dari aku, apa kelebihannya?”
“Dia lebih, jauh lebih baik dan hanya aku saja yang perlu tahu. Jangan buang-buang waktuku, kali ini adalah terakhir kali kamu menginjakkan kaki di hotelku,” tegas Arion.
“Apa maksudmu?” tanya Sofia, dia mendadak takut, bahkan ketakutan sekali bakal kehilangan Arion jika lelaki itu melarangnya datang lagi ke sana, itu artinya Arion benar-benar serius menolak dirinya.
“Perkataanku sudah jelas, kamu dilarang datang kesini sejak detik ini juga, dan ku perjelas lagi, bahwa aku menolak berhubungan denganmu. Aku memilih gadis ini,” ucap Arion, menantang.
Baik itu Sofia, Ranti bahkan Anya yang sedang menguping dari dalam ruangan, mereka bertiga sama-sama membulatkan kedua mata lebar-lebar.
“Tapi, Arion, aku bahkan nggak pernah berselingkuh di belakang kamu? Tega kamu begini sama aku?”
Dapat Ranti dengar ada getaran di nada bicara Sofia. Hal itu membuat hatinya ikut sedih, dia menjadi kasihan pada Sofia. Tapi dia sendiri bisa apa? Lelaki di depannya itu sangat dominan.
Detik berikutnya, seolah tak peduli lagi, Arion justru kembali memeluk pinggang ramping Ranti. “Sekarang sudah larut malam, aku harus mengantarkan pacarku ini pulang ke rumahnya.”
Tanpa menunggu lagi, Arion pergi begitu saja membawa Ranti. Di belakang mereka, Sofia marah bukan main hingga wajahnya memerah. Namun, apa boleh buat? Dia tidak akan bisa melawan Arion seorang diri.
Kedua tangannya terkepal erat, menatap tajam kepergian dua orang yang tampaknya sedang dimabuk asmara.
“Aku mungkin kalah melawan kamu, Arion. Tapi tunggu saja, apa yang bisa kamu lakukan kalau nanti berhadapan sama Mommy Miranda!”
---
Di dalam lift, Arion dan Ranti saling diam. Sebenarnya Ranti sudah ingin meledak, tetapi mulutnya masih sulit digerakkan, itu akibat serangan telak yang tadi dilayangkan Arion kepadanya.
Ranti meraba-raba bibirnya. “Bibirku kenapa? Kok nggak bisa kebuka? Masa begini kalau abis ciuman? Mana ini ciuman pertama lagi!"
“Tapi… kalau di film-film, orang yang abis ciuman biasa aja, deh. Mana ada sampai begini?”
Arion melirik Ranti yang sedang memegang bibirnya, kemudian berkata dengan ketus, “Kelihatannya kamu senang sekali setelah ku cium, kamu harusnya paham kalau itu hanyalah akting.”
“Aku akan antarkan kamu pulang malam ini, jangan lagi anggap kebaikanku ini sebagai sikap suka padamu. Jangan baper!” sambungnya.
Bertepatan dengan itu, pintu lift terbuka dan Arion keluar duluan. Ranti sangat tak terima dengan perkataan penuh percaya diri dari lelaki itu. Dia pun menyusul berjalan cepat, kemudian mengucapkan banyak kata protes di belakang Arion tetapi yang terdengar hanya gumaman tak jelas. Arion tampak tak begitu peduli, dia hanya melirik ke belakang sebentar lalu terus melanjutkan langkah kakinya.
“Sial! Sampai kapan bibirku ini baru bisa kebuka? Aaarggh!”
pantesan gak pernah takut sama emaknya sendiri
jika aku ada diantara keluarga Arion
rasane kepengen minggat,, /Facepalm//Facepalm//Facepalm/