NovelToon NovelToon
Selepas Gulita

Selepas Gulita

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / Spiritual / Lari Saat Hamil / Berbaikan / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: idrianiiin

Akan selalu ada cahaya selepas kegelapan menyapa. Duka memang sudah menjadi kawan akrab manusia. Tak usah terlalu berfokus pada gelapnya, cukup lihat secercah cahaya yang bersinar di depan netra.

Hidup tak selalu mudah, tidak juga selamanya susah. Keduanya hadir secara bergantian, berputar, dan akan berhenti saat takdir memerintahkan.

Percayalah, selepas gulita datang akan ada setitik harapan dan sumber penerangan. Allah sudah menjanjikan, bersama kesulitan ada kemudahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon idrianiiin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps. 13

...بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم...

..."Istilah PHP ada, jika salah satu pihak menaruh harap terlalu banyak."...

...—🖤—...

MENGAMBIL sebuah keputusan haruslah melibatkan Allah. Kita tidak bisa gegabah dan sombong, apalagi berkaitan dengan masa depan. Sebab, sebagai manusia kita banyak khilaf dan tidak tahunya, maka sudah sewajarnya kita memohon petunjuk pada-Nya.

"Kamu yakin, Yan?" tanya sang ibu untuk ke sekian kalinya.

"Zayyan yakin, Bu. Keputusan ini yang paling terbaik, Zayyan sudah salat istikharah untuk memantapkan hati dan inilah jawabannya," sahut Zayyan.

"Kalau Ibu boleh tahu, apa alasannya?"

Zayyan menarik napas panjang terlebih dahulu. "Zalfa itu yatim piatu, hidup sendiri juga, terus sekarang dia lumpuh nggak bisa jalan. Siapa yang akan membantu dia kalau bukan kita?"

"Memutuskan untuk melangsungkan pernikahan, terlebih di saat Zalfa baru sadar dari koma memang terkesan terburu-buru. Tapi, Zayyan rasa inilah yang seharusnya diputuskan. Dengan menikah, Zayyan bisa merawat dan menjaga Zalfa. Mencukupi segala kebutuhannya, sebab Zalfa merupakan tanggung jawab Zayyan."

"Mungkin Ibu bersedia merawat Zalfa, tapi apa kata tetangga kalau ada perempuan yang bukan mahram tinggal di rumah, padahal Ibu punya anak bujang. Zayyan harap Ibu meridai keputusan, Zayyan," tukasnya.

"Kalau memang itu yang terbaik, Ibu nggak bisa melarang kamu. Ibu selalu berdoa dan berharap apa pun itu, semoga yang terbaik untuk kamu," tukas Harini lalu merengkuh tubuh sang putra.

Zayyan membalas pelukan ibunya dan berkali-kali mengucapkan terima kasih.

"Bicarakan berdua sama Zalfa, Ibu tunggu di sini, pintunya biarkan terbuka," titah Harini yang Zayyan balas anggukan.

Zalfa tengah duduk bersandar pada bantal. Dia tersenyum tipis menyambut kedatangan Zayyan. "Mas mau apel?" tawarnya karena saat itu dia tengah menikmati apel yang sudah dikupas dan dipotong oleh Harini.

Zayyan menggeleng lalu duduk di kursi samping bed Zalfa. "Ada yang mau Mas bicarakan sama kamu, Fa."

Zalfa menghentikan kegiatannya dan meletakkan piring tersebut di atas nakas. "Apa, Mas?"

Zayyan menarik napas panjang lalu menatap Zalfa yang malah menunduk dalam. "Mas sudah mengambil keputusan untuk menikahi kamu sepulangnya dari rumah sakit. Kamu bersedia, Fa?"

Mendengar hal tersebut Zalfa sontak mendongak dan membelalakkan mata tak percaya. "Mas jangan bercanda. Mas yakin mau menikahi wanita seperti aku? Mas bisa mendapatkan perempuan yang jauh lebih segalanya dari aku."

"In syaa allah Mas yakin, dan Mas nggak ingin menundanya lagi. Kamu mau, kan nikah sama Mas?"

Zalfa tak kuasa untuk menahan tangis. Dia malah terisak pilu.

"Kamu nggak mau nikah sama Mas?"

"Akuu..., akuuu..., mau Mas. Tapi aku takut Mas menyesal karena menikahi perempuan lumpuh seperti aku."

Zayyan menggeleng tegas. "Kamu jangan bicara seperti itu. Mas ingin membina rumah tangga dengan kamu, Mas ingin menyempurnakan separuh agama, Mas. Kita ibadah sama-sama, mencari rida Allah Ta'ala."

Zalfa mengangguk dengan linangan air mata yang terus mengalir deras.

Zayyan memberikan tissue pada Zalfa. "Hapus dulu air matanya," pinta Zayyan yang langsung dipatuhi sang calon istri.

"Mas akan urus semua berkas-berkas pernikahan kita, sesegera mungkin. Kamu mau mahar apa?"

Semburat merah muda muncul di kedua pipi Zalfa secara tiba-tiba. Akhirnya pertanyaan yang sejak dulu ditunggu, sekarang bisa menyapa rungu.

"Ekhem, sudahkan berdiskusinya?" cetus Harini melesak masuk ke dalam ruang rawat Zalfa.

"Kenapa mukanya tegang-tegang begitu? Ada masalah?" imbuh Harini bergantian melihat ke arah Zayyan dan juga Zalfa.

"Zayyan gugup, Bu," desis Zayyan yang malah dihadiahi tawa lepas.

"Dasar kalian ini, lucu sekali. Kayak ABG aja, padahal umur udah pada matang untuk menikah," ledek Harini.

"Gimana, Fa? Mau apa?" tanya Zayyan memilih untuk tidak menanggapi guyonan Harini.

"Sebaik-baik mahar ialah yang paling mudah. Tidak merendahkanku dan tidak juga memberatkan, Mas," jawab Zalfa tersipu malu.

"Nikah di Baitullah-nya cancel dulu, nanti kalau Zalfa sudah sembuh kalian bisa bulan madu ke sana," tutur Harini berhasil membuat Zayyan panas dingin, dan wajah Zalfa memerah seperti kepiting rebus.

"Pernikahannya mau seperti apa, Nak?" tanya Harini pada Zalfa.

Zalfa mengangkat kepalanya dan tersenyum manis ke arah sang calon mertua. "Akad saja cukup, Bu. Zalfa nggak mau ada perayaan apa pun."

Harini mengangguk. "Baik kalau itu mau kamu. Gimana, Yan sanggup nggak wujudin pernikahan impian calon istri?"

Zayyan gugup bukan main, terlebih sang ibu malah usil menggodanya habis-habisan. "In syaa allah, Bu."

"Nanti Ibu tanya Mas Dokter, kapan Zalfa bisa pulang. Kamu, juga segera urus berkas-berkasnya ke KUA," titah sang ibu yang hanya bisa Zayyan balas anggukan.

"Kerjaan kamu gimana, Yan? Zalfa yang kamu boyong ke Bogor, atau kamu yang cari kerjaan baru di Jakarta?" seloroh Harini.

Zayyan mengangkat kepalanya lalu melihat sekilas ke arah Zalfa. "Kalau semisal tinggal di Bogor kamu nggak keberatan, Fa? Kalau harus nyari kerja lagi, pasti akan lebih susah. Ibu juga ikut pindah ke Bogor kalau memang kalian bersedia."

"Boleh, Mas, tinggal di mana juga aku mau," sahut Zalfa.

Kini Zayyan beralih pada sang ibu. "Nggak usah masang wajah melas gitu, Ibu mau kok tinggal sama anak mantu," tutur Harini yang langsung disambut senyum sumringah Zayyan.

Suara nyaring yang berasal dari gawai Zayyan menghentikan perbincangan di antara mereka. "Zayyan angkat telepon dulu, nggak papa, kan, Bu, Fa?"

Zalfa mengangguk singkat.

Sedangkan Harini mendelik tajam. "Dari anak atasan kamu? Hati-hati, Yan."

"Iya, Bu. Zayyan nggak akan macam-macam, Mbak Nayya nelepon pasti soal kerjaan. Nggak lebih."

"Zayyan lo ngilang dua hari, tanpa kabar, dan hp lo mati. Seenaknya banget lo bisa bebas keluar masuk resort. Gue nggak akan segan-segan untuk pecat lo, kalau hobi lo keluyuran nggak jelas di jam kerja!" sembur Nayya saat panggilan tersambung.

Zayyan menjauhkan gawainya dari telinga karena rentetan omelan Nayya yang begitu nyaring. "Saya sudah mengajukan cuti selama satu minggu pada pihak HRD, dan juga sudah disetujui Pak Hartawan. Memangnya Mbak Nayya tidak tahu?"

Nayya mendengkus kasar. "Kenapa lo nggak ngomong dari tadi, seenggaknya lo kabari gue juga."

"Maaf, Mbak Nayya," sahut Zayyan tidak ingin mendebat.

"Se-urgent apa sih sampai lo harus banget cuti satu minggu?"

"Ada hal-hal yang harus saya selesaikan, kalau semuanya sudah beres saya pasti akan kembali ke resort."

"Serah lo deh!" Panggilan pun diputus secara sepihak oleh Nayya.

"Kamu jangan terlalu dekat dengan perempuan bernama Nayya itu, Yan. Ibu takut dia salah paham dan baper lagi sama kamu. Cara kamu memperlakukan perempuan, kan suka bikin orang salah paham. Inget, bentar lagi kamu akan nikah sama Zalfa," peringat Harini saat putranya sudah kembali berada di dekat mereka.

Zayyan terkekeh pelan. "Zayyan nggak akan masuk kriteria cowok yang Mbak Nayya suka, Bu. Mana mungkin anak pengusaha yang bisnisnya di mana-mana, dan sangat amat kaya raya mau sama Zayyan yang biasa-biasa aja."

"Nggak usah takabur kamu, kalau feeling Ibu bener gimana?"

Zayyan menggeleng tegas. "Nggak akan, Bu. Jangan berpikiran terlalu jauh ah."

"Nayya siapa, Mas?" tanya Zalfa penasaran, karena di sini dialah yang paling tidak tahu apa-apa.

"Anak atasannya Mas, kamu jangan ikut-ikutan Ibu yah. Mas nggak ada apa-apa sama Mbak Nayya. Murni hanya hubungan kerja," terang Zayyan tak ingin Zalfa salah paham.

"Orangnya cantik, Mas?"

"Lebih cantik kamu, Mbak Nayya itu judes dan galak. Nggak ada manis-manisnya," jawab Zayyan keceplosan.

Harini tertawa terbahak-bahak. "Emang yah mau se-shalih apa pun laki-laki, jiwa buayanya tetap ada."

Zalfa geleng-geleng kepala, tapi membenarkan perkataan sang calon mertua. Baru kali ini dirinya dibilang cantik, dan digombali Zayyan. Parahnya di depan Harini pula.

...🖤SEE YOU NEXT CHAPTER🖤...

1
Nur Hasanah
Biasa
Nur Hasanah
Kecewa
Sriza Juniarti
karma nanti naya..bucin abis🤣🤣
Sriza Juniarti
lanjuutt..s3mangat kk, terus berkarya
love sekebon🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!