ISTRI KE DUA

Diana terbangun dari tidurnya, matanya menyipit kala cahaya sinar matahari begitu terang menunjukkan cahayanya. Diana kemudian menatap langit-langit kamarnya, ia mengingat betul bagaimana kasarnya Dion mengambil mahkotanya. Tidak ada kelembutan sama sekali yang Dion lakukan padanya.

Hingga pada akhirnya air mata Diana menetes membayang hal semalam, sebuah malam pertama yang begitu menyakitkan padanya. Diana menggerakkan tubuhnya namun tiba-tiba ia merasakan bagian intinya begitu nyeri dan juga perih. Apalagi sekujur tubuhnya seperti terasa remuk redam dan penuh dengan tanda-tanda yang ditinggalkan oleh Dion.

Fiona yang baru saja keluar dari kamarnya, ia kemudian menuju kamar Diana. Ia masuk secara diam-diam melihat Diana yang mencoba berdiri dan berjalan namun Diana langsung jatuh dan meringis kesakitan.

"Aaa...sakit !"

"Diana !!!'

Fiona langsung membantu Diana untuk berdiri, ia tahu Diana pasti merasakan sakit di area intinya. Fiona bukan tak mengerti hal itu, sebab ia adalah mahasiswi kedokteran. Fiona paham apa yang dirasakan oleh Diana.

"Kamu mau ke kamar mandi ? Ayo biar aku bantu !" Fiona membantu Diana menuju kamar mandi dan membatu Diana untuk membersihkan diri.

Fiona terkejut kala melihat tubuh Diana yang banyak sekali bekas tanda-tanda yang ditinggalkan oleh kakaknya. Fiona tidak menyangka jika Kakaknya bisa bersikap tak menghargai seorang wanita. Fiona tentu saja sakit melihatnya, ia jadi membenci Kakaknya dan kecewa atas apa yang dilakukan Kakaknya tersebut.

"Aku sudah mengisi airnya, berendam lah dulu untuk menghilangkan rasa sakitnya !" kata Fiona pelan membantu Diana masuk ke dalam bath tube yang sudah terisi air hangat.

"Aku tunggu di luar, panggil Aku kalau Kamu sudah selesai!" kata Fiona lagi dan Diana hanya bisa menganggukkan kepalanya sebagai bentuk jawaban.

Di dalam kamar mandi setelah kepergian Fiona, Diana menangis pilu. Lagi-lagi ia teringat bagaimana perlakuan Dion padanya.

Fiona menuju kamar Kakaknya perasaan kesal dan juga marah yang luar biasa. Bisa-bisanya kakaknya tersebut setelah meniduri Diana langsung pergi begitu saja tanpa memikirkan sedikitpun perasaan Diana.

BRAKK

Dion terkejut melihat kedatangan adiknya dengan wajah cemberut dan menatap tajam padanya.

"Aku kecewa pada mu, Kak ! Bisa-bisanya Kakak meninggalkan Diana setelah merenggut kesuciannya !" ucap Fiona dengan suara sedikit meninggi dan membuat Dion menoleh.

“Lalu apa maunya ?” kata Dion dengan santainya sembari memasangkan jam tangan mewah di pergelangan tangannya.

“Astaga, Kakak !” Fiona sampai tak mengerti mengapa Kakaknya bisa bersikap tidak memiliki perasaan seperti ini.

“Memang benar ya, otak Kakak sudah teracuni sama Kak Maya !” kata Fiona dan membuat Dion menatap tajam adiknya tersebut.

“Tutup mulut kamu, Fiona. Lagi pula bukan urusan mu ikut campur dalam kehidupan rumah tangga Kakak !” kata Dion

“Kakak pasti akan menyesalinya !” kata Fiona

“Kakak tahu apa yang terbaik untuk Kakak, Maya hanya perlu waktu untuk hamil bukan tak ingin hamil lagi pula kami sudah program hamil ke dokter kandungan !” kata Dion menimpali

Fiona tersenyum mengejek, apa katanya tadi ? Program hamil ? kata-kata yang membuat Fiona seakan ingin muntah mendengarnya.

“Kakak harus pergi ke kantor !” Dion pergi dari hadapan adiknya, sebab ia tak ingin terus berdebat dengan adiknya tersebut.

Dion keluar dari kamarnya dan berjalan menuju tangga, namun langkahnya terhenti kala melihat pintu kamar Diana yang terbuka sedikit. Entah mengapa hati Dion terketuk untuk masuk ke dalam kamar Diana.

Dion masuk ke dalam kamar degan berjalan pelan, kemudian ia mendengar suara barang terjatuh dari kamar mandi. Dion kemudian membukanya dan ia melihat Diana sudah jatuh terduduk dengan memakai handuk yang melilit di tubuhnya.

Dion melihat jelas hasil perbuatannya semalam, Dion seketika merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan. Dion lalu membantu Diana untuk berdiri dan menggendongnya keluar kamar mandi yang membuat Diana terkejut dengan debaran jantung yang begitu kencang. Dion tahu bagian inti Diana pasti begitu sakit karena selaput darahnya yang sudah terobek olehnya. Dion tentu saja paham dengan apa yang Diana rasakan.

Dion mendudukkan Diana di bibir ranjang, mata Dion kemudian melihat ke arah sprei yang terdapat bercak darah merah yang merupakan darah perawan milik Diana.

“Jangan keluar dari kamar ini sebelum aku pulang dari kantor !” kata Dion memerintahkan Diana.

Apa yang bisa Diana perbuat ? Tentu saja ia harus menuruti semua perkataan Dion yang merupakan suaminya yang harus ia patuhi.

Diana hanya menganggukkan kepalanya sebagai bentuk jawabannya. Ia masih begitu takut melihat Dion apalagi bayangan semalam Dion menyentuh Diana dengan begitu kasar masih terlintas di dalam pikirannya.

"Tidak perlu peduli dengan ku, Mas !" kata Diana berani bicara dan membuat Dion menoleh pada Diana.

"Aku hanya tidak ingin istri kedua ku tersiksa hidup dengan ku !"

Deg

Jantung Diana seolah berhenti berdetak. Apa katanya tadi ? Istri kedua ?

"Is..istri ke dua ?" kata Diana dengan suara bergetar.

"Apa Bapak mu tidak memberitahu mu, kalau Aku sudah punya istri ?" tanya Dion

Tubuh Diana bergetar seketika air matanya menetes, ia tak tahu jika Dion sudah menikah, tidak ada yang memberitahunya sama sekali. Bahkan kedua orang tuanya sekalipun.

"Bapak dan Ibu mu memang mata duitan ! Aku yakin mereka berdua sedang menikmati uang pernikahan yang Kakek berikan !" kata Dion tertawa mengejek.

"Jangan menyalahkan Aku, salahkan perbuatan kedua orang tua mu ! Jika mereka memikirkan mu mana mungkin mereka mau menikahkan mu dengan pria sudah beristri !" kata Dion lagi yang membuat hati Diana seolah tertusuk sembilu.

"Ingat baik-baik kamu hanyalah istri di dalam rumah ini tidak di luar rumah ! pahami posisi mu ! tugas mu hanya memberikan anak untuk ku !" kata Dion mendekatkan wajahnya pada Diana yang air matanya terus membasahi wajahnya. Dion kemudian keluar dari kamar Diana, dan memanggil seorang pelayan untuk membantu Diana dan menyiapkan sarapan untuknya.

“Lakukan sesuai perintah ku !” kata Dion kemudian ia pergi ke kantor.

Diana menangis meratapi nasibnya, mengapa Tuhan memberikan takdir semacam ini untuknya. Ia kecewa dengan kedua orang tuanya, bisa-bisanya mereka menikahkannya dengan pria yang sudah punya istri.

"Ya Allah, kenapa memberikan ujian semacam ini untuk ku ?"

...****************...

Maaf ya Gaes lama nunggunya...lagi ada kerjaan soalnya ✌️🫶