Takdir Pernikahan Kita

Alano melirik-melirik ke Henry. Sebenarnya ia ingin bertanya tentang Bella.

"Aku harap kau tidak lagi kabur seperti kemarin Al." Henry masih ingin menasehati Alano. Dimana Alano terus saja melirik-melirik ke arahnya.

"Maaf dad, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi." Alano takut jika ia akan di hukum. "Jangan hukum aku dad." baru kali ini ia berkata demikian. Biasanya Alano akan mengikuti saja apa yang di perintahkan Henry, namun kini ia tidak mungkin lagi mengikuti kehendak dari sang daddy-nya itu.

Alano memang anak yang masih kecil. Tapi dirinya sendiri begitu terkekang jika harus berada di dalam rumah, sedangkan ia harus terus-menerus berpisah dengan sang mommy-nya yang ternyata masih hidup.

Henry tak banyak berbicara kali ini, perubahan anaknya memang terlihat jelas. "Baiklah untuk saat ini aku maafkan mu. Tapi ingat Al, jangan ulangi kesalahan lainnya. Kita juga saat ini harus berhati-hati dalam bertindak. Kau tau sendiri bahwa wanita yang mirip sekali dengan mommy mu masih menjadi misteri."

"Apakah daddy baru juga tau soal mommy Bella yang sangat mirip dengan mommy Emillia, atau daddy memang sengaja melakukan hal ini agar bisa beristri dua seperti orang tua teman-teman ku?" Alano ternyata memiliki sebuah kesempatan untuk bertanya langsung pada sang daddy.

"Aku tidak berniat menikah lagi Al, kalau bukan karena mu dan mommy Aria. Aku terus saja menolak tapi kalian yang terus menerus merayu ku untuk menikahi Rose. Seharusnya dari awal aku tidak menikah dan ke daerah itu dulu untuk bertemu dengan Bella."

"Aku pun masih tidak menyangka dia benar-benar mirip dengan mommy mu Emilia. Ini semua pasti sudah menjadi permainan seseorang. Aku yakin itu. Jadi aku harap kau dapat menilai ini semua dan mengerti tentang kondisi kita." Henry secara gamblang berbicara pada Alano. Ia tidak mau merahasiakan sesuatu dari anaknya itu.

Henry mengajarkan Alano dengan dirinya untuk terbuka satu sama lain. Walau anaknya masih memendam perasaan yang ia inginkan. Henry tahu Alano sangat takut padanya. Sebenarnya Henry ingin menjadikan anaknya itu sangat dekat dengan dirinya. Akan tetapi memang benar, anak laki-laki memang dekatnya dengan ibunya.

Henry saja telah membuktikan bahwa Alano bisa langsung dekat dan meminta sesuatu pada Bella. Walau wanita itu hanya mirip saja dengan mommy-nya, namun Alano secara mudah melakukan apa yang ia inginkan.

Alano ternyata telah salah dalam berpikir telah menuduh daddy-nya. Memang ini juga salahnya yang meminta sang daddy menikah lagi. "Maafkan aku, dad. Gara-gara aku, daddy jadinya menikah dengan mommy Rose. Apa yang akan daddy lakukan setelah ini?"

Henry melirik ke Cendro, ia juga tidak bisa sepenuhnya percaya pada supirnya itu. Walau sang supir telah menemaninya sedari mereka sama-sama masih kecil, karena Cendro anak dari sang supirnya dulu yang kini telah pensiun, dan di gantikan Cendro.

"Aku belum menemukan jalannya. Nanti kita bahas lagi." Henry masih melirik sesekali ke Cendro dengan Cendro melihat ke arah Henry lewat kaca mobil.

Cendro mengerti akan maksud tuanya. Ia memang tidak boleh ikut campur dengan masalah Henry selain tuannya sendiri yang meminta. Cendro sebenarnya dari dulu merasa ke matian Emilia di buat oleh seseorang.

Saat kejadian itu Cendro yang akan mengantarkan nyonya-nya ke suatu tempat menjadi tertunda, akibat ia tiba-tiba merasakan sakit perut akibat mengonsumsi makanan yang di berikan Aldo.

Secara tiba-tiba Aldo yang masih menjadi sopir Rose menggantikan Cendro. Kecelakaan terjadi di saat Aldo selamat, dengan Emillia telah di nyatakan tewas di tempat. Kondisi nyonya-nya hampir tidak bisa di kenal akibat kecelakaan itu.

Entah mengapa Aldo bisa selamat hanya gara-gara ia keluar secara tiba-tiba dari dalam mobil, saat pintu mobil terbuka begitu saja ketika tabrakan terjadi.

Kecurigaan Cendro juga semakin besar saat memperhatikan Rose bersama Aldo. Memang mereka berdua di angkat Henry saat memungut kedua insan itu di pasar gelap. Mereka yang di jual untuk di jadikan sebagai budak oleh orang-orang jahat, tentu membuat Henry tidak sengaja berada di sana membelinya.

Lambat laun mereka di didik dan menjadi salah satu kepercayaan Henry. Namun sayang, kepercayaan itu mereka gunakan untuk memenuhi hasrat mereka masing-masing.

Dimana Cendro juga sering memperhatikan gerak-gerik Aldo dan Rose bagaikan sepasang kekasih. Namun Cendro lagi-lagi berpikir, ia hanya sopir, ia tidak bisa berbuat banyak kecuali menjaga kedua tuannya agar tetap aman.

Alano sendiri sangat peka atas lirikan Henry ke Cendro. Sepertinya sang daddy sedang mencurigai orang-orang di sekitar mereka.

Mobil berhenti di depan rumah dengan Rose dan Aldo baru turun dari dalam mobil. Mereka berdua terkejut atas ke datangan Henry yang juga pulang ke rumah itu.

Akan tetapi Henry, Alano, dan Cendro belum juga turun. Sedangkan Rose dan Aldo mulai bermain aktingnya masing-masing. "Apakah Rose semalam tidak pulang? Jawab dengan jujur Cen. Aku tidak akan melibatkan mu."

Cendro mengangguk pelan. "Nyonya Rose ke club lagi tuan." kali ini Cendro akan memberitahukan tuanya walaupun ia tidak pernah di percayai Henry.

Henry semakin mengepalkan kedua tangannya. "Apa dia semalam mengancam mu dan memarahi mu?"

Cendro mengangguk lagi. Henry sepertinya semakin mencurigai Rose. Perubahan Rose semakin terlihat di mata Henry. Bukan ia tak tahu kalau Rose itu sering ke club malam bersama Aldo. Ia tidak sengaja melihat saat Henry bersama Elio ke sana.

Henry berpikir kedekatan Rose dan Aldo memang sudah biasa. Mereka sama-sama di pungut. Terlihat jelas seperti adik dan kakak di mata Henry.

"Tugas mu, perhatikan Rose." perintahnya pada Cendro dengan Henry akan membandingkan dimana Cendro dan Aldo maupun Rose. Ia pun melihat ke Alano. "Ayo kita turun, jika mommy Rose bertanya kau hanya pergi ke kantin untuk mencari ku dan tersesat saja." Henry juga melihat Cendro. "Kau juga sama, jelaskan seperti itu."

"Baik tuan." balas Cendro dengan Alano hanya mengangguk saja.

Mereka keluar bersama-sama dengan Rose dan Aldo merasa ada yang berbeda dengan Henry.

"Sayang..." Rose berlarian kecil untuk memeluk Henry dengan Aldo mengeratkan salah satu tangannya melihat Rose memeluk pria lain.

Henry melepaskan pelukan Rose. "Dari mana kau tadi?" mulai Henry akan menyelidiki istri keduanya.

"Aku tidur di hotel sayang. Semalam aku kembali mengajar Aldo sesuai keinginan mu agar dia lebih bisa menguasai pekerjaannya. Oh tentu kamu tenang aja. Kami tidur berpisah. Dia juga kembali ke rumahnya dan menjemput ku di hotel." jelas Rose agar Henry tidak mencurigai hubungan mereka.

"Benar tuan. Saya akan terus belajar agar tuan semakin senang dengan kinerja saya. Saya juga pagi tadi menjemput—"

"Apa perlu kalian menjelaskan secara detail? Apa aku ini bodoh? Aku pastinya akan mempercayai mu sayang." Henry memegang dagu Rose. "Maaf aku secara terpaksa menyuruh mu kembali kemarin. Ternyata Alano bermimpi buruk dan mencari kita."

Rose tersenyum manis saat mendengar perkataan Henry, ia dengan mudah tersentuh oleh perkataan pujaan hatinya itu. Rose melirik ke Alano dan mendekati anak angkatnya.

"Maafkan mommy ya sayang. Sebenarnya mommy ingin sekali menemani kamu di kamar. Tapi daddy mu meminta mommy untuk makan dulu. Aku sebenarnya juga tidak tenang meninggalkan kamu sendirian di sana. Aku sangat khawatir dan rasanya mau kembali ke tempat itu. Namun, ancaman daddy mu membuat aku takut menemui mu." seperti biasa Rose akan bersikap penuh kasih sayang ke Alano di hadapan Henry.

'Sepertinya benar apa yang di katakan Aldo. Aku harus mendekati anak ini agar Henry semakin mencintai ku.'

Alano tersenyum paksa. Ia hanyalah seorang anak kecil. Ia tak bisa menyembunyikan perasaannya yang mulai tidak menyukai mommy tirinya itu.

"Iya mommy. Maafkan aku yang telah membuat mu bersedih." Alano memegang wajah Rose dengan lembut. Terlihat air mata Rose mengalir.

Henry semakin bingung dengan tingkah laku Rose yang terlihat wanita baik-baik di hadapannya dan Alano. Sedangkan pada Cendro dia bersikap tak semestinya. Henry berjalan begitu saja masuk ke dalam rumah dengan Rose menarik tangan Alano untuk masuk bersama.

Henry tetap pada pendiriannya untuk mencurigai orang-orang di sekitarnya termasuk ibu asuhnya itu.