Cover by me
Ini tentang kehidupan pernikahan antara Aidan putra Bimantara seorang perwira polisi berpangkat ipda dengan Yura khalisa seorang mahasiswi akhir yang sedang sibuk menyusun proposal penelitian yang asyik-asyik revisi melulu.
Mereka ini sebenarnya tetangga, tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri dan Aidan sudah menganggap Yura seperti adik sendiri begitu juga sebaliknya.
Tapi karena insiden tolol mereka harus hidup berdampingan satu atap. Bahkan Aidan harus melangkahi kedua kakak laki-lakinya yang masih lajang. Banyangkan padahal bukan urutan seperti itu yang Adian inginkan.
Bagaimana kelanjutan ceritanya yuk lanjut baca disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Saya terima nikahnya..."
Setelah beberapa hari lalu Aidan dan Yura telah resmi menjadi pasangan secara hukum polri. Dan kini dalam waktu beberapa jam lagi Aidan dan Yura akan sah menjadi pasangan suami-istri secara agama dan negara.
Saat ini Aidan sudah duduk di depan penghulu yang sedang ceramah dan juga Sandi yang duduk di sebelah penghulu. Aidan juga menggunakan beskap adat Jawa berwarna putih dengan kain batik yang melilit di pinggangnya sebatas di atas lutut untuk menyempurnakan penampilannya di acara sakralnya hari ini. Jangan di tanya tampannya seperti apa? Sudah pasti sangat tampan pria itu saat ini. Bahkan kedua kakaknya tadi pagi memujinya sebelum pergi ke rumah Yura untuk melangsungkan akad nikah.
Walaupun pernikahan ini tanpa ada rasa cinta, tapi tetap saja ini acara yang akan dia lakukan sekali dalam seumur hidupnya, tegang jangan di tanya lagi, lihat saja wajahnya yang sangat terlihat jelas jika ia sedang tegang, sesekali ia menuduk, menatap jari-jarinya yang saling meremas, tangannya bahkan sudah terasa dingin dan berkeringat akibat gugup melanda dan jantungnya jangan di tanya lagi, sudah di pastikan sejak pagi di dalam sana tenda hajat sudah berdiri, karena apa? Karena ada acara dangdutan dadakan didalam sana.
Didalam kamar Yura juga tidak kalah gugup. Sejak habis sholat subuh tadi ia di rias, sang bunda dan kakak iparnya begitu antusias dengan acara hari ini, walaupun tidak ada acara resepsi tapi keduanya benar-benar membuat acara akad ini istimewa, lihat saja mereka bahkan membooking dekorasi dan juga MUA untuk menyempurnakan acara akad hari ini.
Yura terlihat jauh lebih anggun dari biasanya, wajah garangnya benar-benar tertutup sempurna oleh make up sampai siapapun yang melihatnya merasa pangling dan tidak mempercayai gadis itu adalah Yura. Yura menggunakan baju kebaya dengan warna senada dengan yang dikenakan oleh Aidan serta Yura mengenakan hiasan kepala berupa cunduk mentul khas Jawa.
"Tegang nduk?" tanya sang MUA melihat wajah tegang Yura.
Bibirnya keluh, ia hanya mampu menganggukkan kepala kaku.
Semantara di lantai satu, Aidan kembali mendongak, menatap sekilas Sandi yang juga tidak banyak bicara sepanjang mereka duduk berhadapan, Sandi juga tak kalah tegang dari Aidan karena ia akan menikahkan anak gadisnya untuk pertama dan terakhir kali.
Sandi menatap nanar calon mantunya yang berprofesi sebagai polisi itu tengah menundukkan kepalanya, Sandi menyadari jika Aidan sangat gugup sekarang "Tegang dan?" tanya Sandi di seberang sedikit pelan, tapi mampu di dengar Aidan.
Aidan sedikit kaget, namun kemudian ia menegakkan tubuhnya padahal pertanyaan Sandi sederhana, namun entah mengapa bibirnya terasa keluh untuk menjawab "sedikit om."
Sandi nampak tersenyum kecil "kamu udah hapal kalimat ijabnya kan?"
Aidan nampak berdeham "kalau cuma saya terima nikahnya... Kecil, udah hapal luar kepala Om." jawabnya yakin.
Sandi mendengus sebelum terkekeh "kalau salah, tak geletak ndasmu." peringatnya.
Aidan sudah tidak menanggapi perkataan sang calon mertua, bukan tidak sopan tapi bapak penghulu sudah mengakhiri khotbahnya. "Bagaimana apa sudah siap?" tanya bapak penghulu menatap Aidan.
Aidan menelan salivanya, lalu mengangguk kecil sebelum menjawab "insyaallah, siap." jawab Aidan udah kayak bocah hafidz Qur'an yang ada di TV TV.
"Baiklah kita mulai." instruksi penghulu tersebut. Aidan yang tadinya sudah sedikit rileks karena sempat berbicara dengan Sandi, malah ketegangan kembali menguasai dirinya. "Bapak Sandi dan mas Aidan saling berjabat tangan" instruksi penghulu itu lagi dan langsung di patuhi keduanya.
Wajah Aidan nampak serius saling bertatapan dengan Sandi. Di dalam sana, jantungnya sudah bukan dangdutan lagi, bahkan sekarang berubah jadi berdisko dengan Tempo yang kian cepat. Tidak bisa ia pungkiri Sandi pria yang telah menjadi tetangganya kurang lebih 20 tahun itu akan menjadi mertuanya sebentar lagi.
Begitu juga Yura, begitu bapak penghulu mengintruksikan untuk memulai ijab dan lantai satu rumahnya mendadak hening. Jantungnya malah jadi berdebar-debar, bahkan mungkin MUA yang sedang bersamanya mendengar suara detak jantungnya yang abnormal itu. Dalam hitungan beberapa detik lagi Yura akan melepas masa lajangnya, sebentar lagi dia akan resmi berstatus istri dari pria yang sejak kecil sudah ia anggap sebagai kakak sendiri dan yang setiap hari membuatnya naik tensi yaitu Aidan putra Bimantara, pria tampan berprofesi sebagai polisi dan malah penyuka susu indomilk, susunya para bocil se-Indonesia.
Sekelebat terlintas di benaknya apakah dia benar-benar siap menikah dengan Aidan? Menikah tanpa cinta dengan si indomilk berseragam polisi itu? Bahkan jika di pikir-pikir jangankan cinta, membayangkan ia hidup selamanya dengan Aidan juga tidak pernah terlintas di dalam benaknya.
Bagaimana jika pernikahan mereka tidak berjalan baik-baik seperti apa yang Yura pernah pikirkan? Rasa ragu tiba-tiba menyeruak begitu saja berusaha menguasai diri. Apakah ia masih bisa membatalkan pernikahan konyol bin tolol ini?
Yura memejamkan mata, menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan. Tangannya meremas rok batik yang ia kenakan. Meski mereka menikah, Yura dan Aidan akan tetap seperti sebelumnya, adik dan kakak yang setiap harinya ribut seperti kartun tom and jerry. Setalahnya ia tersenyum, meyakinkan diri sendiri kalau ia siap dan semuanya akan baik-baik saja seperti sediakala, tidak ada yang berubah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Saya nikahkan dan saya kawinkan saudara Aidan putra Bimantara dengan Putri saya bernama Yura khalisa binti Sandi Pranowo dengan mahar emas murni 3,5 gram dan uang tunai 5 juta 325 ribu rupiah dibayar tunai." ucap Sandi mantap.
"Saya terima, nikah dan kawinnya boncel-" seketika Aidan menghentikan kalimat ijabnya setalah menyadari kesalahan yang baru saja ia ucapkan.
Orangtua dan juga kedua kakaknya mendelikkan mata mereka mendengar Aidan yang malah menyebutkan nama Yura dengan sebutan 'boncel' seperti biasa.
Begitu juga orang-orang yang menghadiri juga mendelikkan mata terkejut sebelum mereka semua tergelak. Suasana tegang berubah cair kala Aidan malah salah menyebutkan nama calon istrinya.
Sandi sudah geleng-geleng kepala menatap Aidan tidak percaya, bisa-bisanya bocah satu ini, pikirnya.
Yura bahkan menepuk jidatnya di dalam kamar. "Bisa-bisanya indomilk kadaluarsa satu ini malah salah sabut nama. Bego banget indomilk!" geramnya.
Aidan nyengir kuda menatap Sandi sungkan, ia pun berbalik menatap kedua kakaknya sudah memelototinya di belakang. Semantara mulut Argan si manusia irit bicara itu mengumpatinya tanpa suara "bodoh!"
Saga dan Nada kompak memijat kening mereka merasa pusing dengan kelakuan si bungsu yang kelewat ajaibnya.
"Walah mas, nama pengantinnya kok jadi boncel sih? Di inget-inget dulu mas namanya siapa" ucap bapak penghulu sambil tertawa.
Aidan tersenyum sungkan pada bapak penghulu. Dalam hati ia merutuki diri sendiri, padahal satu malaman ini ia menghafal ijab Kabul itu dengan benar, dengan menyebutkan nama lengkap Yura. Eh, malah karena di kuasai gugup dirinya malah salah sebut. Kacau banget sih Aidan.
"Mari kita ulangi lagi, harus bener ya mas. Kalau gak gagal nikah nih nanti" ucap bapak penghulu setengah meledek.
Sandi dan Aidan kembali berjabat tangan, terlihat Aidan menarik nafas dalam-dalam berusaha untuk tenang.
"Saya nikahkan dan saya kawinkan saudara Aidan putra Bimantara dengan Putri saya bernama Yura khalisa binti Sandi Pranowo dengan mahar emas murni 3,5 gram dan uang tunai 5 juta 325 ribu rupiah dibayar tunai." ucap Sandi kembali memulai ijab. Kali ini jika Aidan salah berucap ingatkan Sandi untuk benar-benar memukul kepala anak nakal ini dengan mikrofon yang ia pegang. Jangan lupa.
Aidan menelan salivanya susah payah sebelum bersuara "saya terima nikah dan kawinnya Yura khalisa binti Sandi Pranowo dengan mahar tersebut, tunai." ucapnya mantap dalam satu tarikan nafas, sudah ia pastikan kali ini ia tidak salah sebutkan nama.
"Bagaimana para saksi?" tanya pak penghulu pada kedua saksi.
"Sah" ucap saksi seraya menganggukkan kepalanya mereka.
"SAH!" ucap pak penghulu selanjutkan menegaskan bahwa Aidan dan Yura telah resmi menjadi pasangan suami istri.
"Alhamdulillah" ucap Aidan dan juga beberapa orang disana. Ia menghela nafas lega setelah berhasil mengucapkan kalimat ijab dengan benar.
gak kerasaaaaa😛